Friday, November 22, 2024
24.7 C
Jayapura

Para Pengunjuk Rasa Berkumpul Melakukan Protes di Depan Kediaman PM Netanyahu

POLISI  menahan para pengunjuk rasa di depan kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Sabtu (4/11).

Di tengah kemarahan yang meluas atas kegagalan yang menyebabkan serangan mematikan bulan lalu oleh kelompok militan Hamas terhadap masyarakat di sekitar Jalur Gaza.

Dilansir melalui Reuters (5/11) para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Israel berwarna biru dan putih sambal meneriakkan “Penjara sekarang!”.

Ratusan massa mencoba menerobos penghalang polisi di sekitar kediaman Netanyahu di Yerusalem.

Protes tersebut menunjukkan lebih dari tiga perempat warga Israel setuju bahwa Netanyahu harus mengundurkan diri.

Aksi protes terjadi akibat meningkatnya kemarahan publik terhadap para pemimpin politik dan kondisi keamanan mereka.

Sejauh ini Netanyahu secara pribadi belum menerima tanggung jawab atas kegagalan serangan mendadak kelompok militan Hamas yang menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober lalu.

Ketika konflik awal telah meredam, kemarahan masyarakat pun meningkat dengan banyak keluarga para sandera yang ditahan di Gaza.

Baca Juga :  Israel Melakukan Genosida Terang-terangan di Jalur Gaza

Mereka merasa genting terhadap tanggapan pemerintah dan menyerukan agar kerabat mereka segera dipulangkan.

Di Tel Aviv, ribuan orang berdemonstrasi sambil mengibarkan bendera dan memegang foto beberapa tawanan di Gaza.

Poster-poster dengan slogan-slogan seperti “Bebaskan para sandera sekarang bagaimanapun caranya” bersama dengan teriakkan, “bawa mereka pulang sekarang”.

Ofri Bibas-Levy, yang saudara laki-lakinya, bersama putranya yang berusia empat tahun, Ariel dan putranya yang berusia 10 bulan, Kfir, disandera oleh Hamas.

Ofri Bibas-Levy mengatakan kepada Reuters bahwa ia datang untuk membela keluarganya.

“Kami tidak tahu di mana mereka berada, kami tidak tahu dalam kondisi apa mereka. Saya tidak tahu apakah Kfir mendapat makanan, saya tidak tahu apakah Ariel mendapat cukup makanan. Dia masih sangat kecil” ujar Bibas-Levy, dikutip melalui Reuters (5/11).

Sejak konflik tersebut, Israel telah melancarkan serangan udara dan darat yang intens di wilayah Gaza.

Otoritas kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas mengatakan, dalam serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 9.000 orang dan sebagian besar bangunan di wilayah tersebut hancur menjadi puing-puing.

Bahkan sebelum terjadinya perang, Netanyahu sudah menjadi tokoh yang memecah belah, membantah tuduhan korupsi dan mendorong rencana untuk mengekang kekuasaan peradilan yang menyebabkan ratusan ribu orang turun ke jalan untuk melakukan protes.

Baca Juga :  Mengulik Transisi Energi dari Sudut Pandang Jurnalis

Pada hari Sabtu (4/11), jajak pendapat yang dilakukan oleh Channel 13 Television Israel menunjukkan bahwa 76% warga Israel berpendapat bahwa Netanyahu, yang kini menjabat perdana menteri untuk keenam kalinya, harus mengundurkan diri.

Dan 64% mengatakan negara tersebut harus segera mengadakan pemilu setelah terjadinya konflik perang saat ini.

Ketika mereka ditanya siapa yang paling bersalah atas serangan itu, 44% warga Israel menyalahkan Netanyahu.

Sementara, 33% menyalahkan kepala staf militer serta pejabat senior IDF dan 5% lainnya menyalahkan Menteri Pertahanan. (*)

Sumber: Reuters.       |     Jawapos

POLISI  menahan para pengunjuk rasa di depan kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Sabtu (4/11).

Di tengah kemarahan yang meluas atas kegagalan yang menyebabkan serangan mematikan bulan lalu oleh kelompok militan Hamas terhadap masyarakat di sekitar Jalur Gaza.

Dilansir melalui Reuters (5/11) para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Israel berwarna biru dan putih sambal meneriakkan “Penjara sekarang!”.

Ratusan massa mencoba menerobos penghalang polisi di sekitar kediaman Netanyahu di Yerusalem.

Protes tersebut menunjukkan lebih dari tiga perempat warga Israel setuju bahwa Netanyahu harus mengundurkan diri.

Aksi protes terjadi akibat meningkatnya kemarahan publik terhadap para pemimpin politik dan kondisi keamanan mereka.

Sejauh ini Netanyahu secara pribadi belum menerima tanggung jawab atas kegagalan serangan mendadak kelompok militan Hamas yang menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober lalu.

Ketika konflik awal telah meredam, kemarahan masyarakat pun meningkat dengan banyak keluarga para sandera yang ditahan di Gaza.

Baca Juga :  Kapal Pemprov Papua Dianggap Meresahkan

Mereka merasa genting terhadap tanggapan pemerintah dan menyerukan agar kerabat mereka segera dipulangkan.

Di Tel Aviv, ribuan orang berdemonstrasi sambil mengibarkan bendera dan memegang foto beberapa tawanan di Gaza.

Poster-poster dengan slogan-slogan seperti “Bebaskan para sandera sekarang bagaimanapun caranya” bersama dengan teriakkan, “bawa mereka pulang sekarang”.

Ofri Bibas-Levy, yang saudara laki-lakinya, bersama putranya yang berusia empat tahun, Ariel dan putranya yang berusia 10 bulan, Kfir, disandera oleh Hamas.

Ofri Bibas-Levy mengatakan kepada Reuters bahwa ia datang untuk membela keluarganya.

“Kami tidak tahu di mana mereka berada, kami tidak tahu dalam kondisi apa mereka. Saya tidak tahu apakah Kfir mendapat makanan, saya tidak tahu apakah Ariel mendapat cukup makanan. Dia masih sangat kecil” ujar Bibas-Levy, dikutip melalui Reuters (5/11).

Sejak konflik tersebut, Israel telah melancarkan serangan udara dan darat yang intens di wilayah Gaza.

Otoritas kesehatan di wilayah yang dikelola Hamas mengatakan, dalam serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 9.000 orang dan sebagian besar bangunan di wilayah tersebut hancur menjadi puing-puing.

Bahkan sebelum terjadinya perang, Netanyahu sudah menjadi tokoh yang memecah belah, membantah tuduhan korupsi dan mendorong rencana untuk mengekang kekuasaan peradilan yang menyebabkan ratusan ribu orang turun ke jalan untuk melakukan protes.

Baca Juga :  Waspada Potensi Hujan Deras di Papua

Pada hari Sabtu (4/11), jajak pendapat yang dilakukan oleh Channel 13 Television Israel menunjukkan bahwa 76% warga Israel berpendapat bahwa Netanyahu, yang kini menjabat perdana menteri untuk keenam kalinya, harus mengundurkan diri.

Dan 64% mengatakan negara tersebut harus segera mengadakan pemilu setelah terjadinya konflik perang saat ini.

Ketika mereka ditanya siapa yang paling bersalah atas serangan itu, 44% warga Israel menyalahkan Netanyahu.

Sementara, 33% menyalahkan kepala staf militer serta pejabat senior IDF dan 5% lainnya menyalahkan Menteri Pertahanan. (*)

Sumber: Reuters.       |     Jawapos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya