JAYAPURA-Menjalankan agenda tahunan untuk mengevaluasi program kerja, Sidang Jemaat GKI Pniel Kotaraja ke XXXIV akhirnya digelar. Sidang tahun ini sedikit berbeda, sebab disebut sebagai tahun pembaruan. Ada sejumlah hal baru yang bakal diterapkan mulai dari nomenklatur penyebutan wik yang diganti dengan rayon, termasuk pokok program yang dari lima kini menjadi enam poin
Sidang di GSG Laurens Songgi Mano Kotaraja ini dibuka Wakil Ketua II Sinode GKI, Pdt Andris Chay dengan menyerahkan palu sidang kepada Pdt Yohana Hallatu M.Min. Dijelaskan tujuan sudah pasti mengevaluasi program yang sudah berjalan termasuk membahas APBD tahun 2023.
“Yang juga menjadi pokok pembahasan adalah amandemen Waropen dimana ada pokok program yang tadinya 5 urusan menjadi 6 urusan mulai dari pelayanan pembinaan jemaat, misi dan pekabaran injil, diakonia, KPKC, perdamaian dan keadilan dalam ekonomi, pembangunan serta asset,” kata Pdt Yohana Hallatu didampingi Ketua Panitia, Pnt. Steven Soor dan Sekretaris PHMJ, Pnt Septinus Saa disela – sela kegiatan Jumat (27/1) pekan kemarin.
Disampaikan bahwa pada sidang ini semua yang terjadi pada situasi di daerah maka gereja harus hadir dalam kondisi sebagai pembawa damai. Dan sidang ke XXXIV dipastikan ada perubahan sebab tahun 2023 menjadi tahun pembaruan. “Keselamatan Tuhan bisa terjadi dalam keputusan sidang jemaat dan tim perumus akan segera membahas untuk ditetapkan tahun 2023,” bebernya
Wakil Ketua Sinode, Pdt Andris Chay menambahkan bahwa saat ini semua berada pada transisi kepemimpinan dan pelayanan gereja. Definisi, pemahaman dan makna semua brubah. Dijelaskan sidang jemaat itu badan yang menentukan dan tugas butir A merundingkan kegiatan persekutuan. Namun kalimat merundingkan lebih pada konflik hingga perlu juru runding.
Akhirnya diputuskan sidang jemaat adalah perayaan keselamatan, menjadi pertanggungjawaban iman dan tempat pengambilan keputusan tertinggi.
“Dulu badan kini berubah menjadi perayaan keselamatan. Kita bicara selamat bukan merundingkan makanya diperbarui dan sidang kali ini waktu untuk bersyukur karena bisa terlibat sekaligus evaluasi diri,” beber Pdt Chay.
Ia juga berharap ada perhatian lebih yang diberikan untuk pelayan firman. “Beri perhatian yang berkaitan dengan kesejahteraan kepada mereka yang sudah lansia tapi masih menjadi pelayan firman,” imbuhnya. (ade/tri)