JAYAPURA – Tradisi dan budaya yang melekat secara turun temurun dari suku – suku yang ada di Papua ternyata mencatat bahwa secara tidak langsung dari atribut yang digunakan sudah mencerminkan bahwa orang Papua sudah sejak dulu mengenal fashion dibanding provinsi lain di Indonesia.
“Itu yang saya pelajari, orang Papua dari zaman dulu sudah mengenal fashion dan ini menarik untuk ditelusuri,” kata Prof Sardono Kusumo, satu seniman asal Surakarta saat ditemui di Kediaman Entrop, Kamis (27/6).
Pria yang telah melakukan riset sejak 30 tahun lalu di tengah Suku Dani dan Asmat ini menyebut bahwa fashion yang dimaksud adalah asesoris kostum budaya yang selalu melekat. Mulai dari asesoris yang terpasang di kaki, pergelangan tangan, kemudian yang diletakkan di kepala, rumbai-rumbai di pinggang hingga koteka adalah bagian dari fashion.
“Tanpa mereka sadari sebenarnya itu bagian dari fashion dan orang Papua sudah lama sekali mengenal itu, bahkan dari nenek moyangnya,” beber Prof Sardono.
Seniman kelahiran tahun 1945 yang juga seorang Master Tari Kraton Surakarta ini menyarankan dari catatan tersebut sebaiknya dilakukan riset menyangkut fashion, tari dan budaya di Papua untuk mencatat lebih detail pesan dan dokumentasi yang mengakar sejak zaman dulu.
Prof. Sardono juga menyarankan agar alam dijadikan sebagai sumber kreatifitas dalam penciptaan seni dimana alam adalah guru terbaik untuk dijadikan cermin. Profesor yang sejak tahun 1961 sudah menciptakan Sendratari Kolosal Ramayana yang dimainkan di Candi Prambanan ini juga mengapresiasi pola pernafasan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah pegunungan.
Ia mengaku belajar banyak bagaimana mengatur pola pernafasan yang ternyata membantu kesehatan jantung. “Sangat baik, saya belajar cara mengatur nafas yang baik dari mereka (masyarakat di pegunungan) dan sangat membantu kesehatan jantung,” imbuhnya. (ade/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos