JAYAPURA-Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Jayapura Jean Hendrik Rollo mengungkapkan bahwa pengelolaan tanaman padi di Kota Jayapura sudah full mekanisasi. Hanya saja, pilihan petani pada komoditas yang banyak diminati di pasaran itu yang menyebabkan luas tanam padi di Kota Jayapura itu sampai dengan tahun 2023 cenderung menurun.
“Tapi ketika komoditas yang diminta di pasar itu jenuh, petani kalau mau tanam padi itu sarana penunjangnya lengkap, itu untuk komoditas strategis. Kita belum sampai pada selera konsumen varietas apa. Jadi ketika konsumen ketemu beras koya, itu dia tahu berarti beras yang baru panen. Itu dia masih terserap, jadi kebutuhan beras produksi lokal jauh lebih sedikit dibanding dengan permintaan,” katanya.
Dia mengatakan, pihaknya sebenarnya sangat berharap agar petani lokal ini bisa mengembangkan komoditas padi. Hanya saja Padi ini memang sangat tergantung dengan ketersediaan air. Sementara itu untuk alat penunjang pekerjaan semuanya tersedia kecuali pupuk yang memang pada waktu tertentu langkah. Kelangkaan pupuk ini bukan karena tidak ada tetapi masalah penyalurannya untuk sampai ke petani.
“Langkah itu bukan karena tidak ada, tetapi droppingnya. Dia punya sistem yang kita atur di sini, menyusun kebutuhan mulai dari kelompok sampai dengan keluar SK walikota, SK gubernur untuk kebutuhan pupuk Papua,” katanya.
“Dari tahun ke tahun jumlah produksi kita meningkat tetapi luas tanahnya itu yang menurun. Ketika pilihan komoditas cabe, harga di pasaran yang lebih tinggi petani cenderung lari ke cabe. Jadi pilihan komoditas tergantung serapan atau permintaan pasar,” tambahnya. (roy/tri)