Friday, March 29, 2024
29.7 C
Jayapura

Perdalam Kajian Ke Islaman dan Lantunan Tadarus yang Merdu

Para santri dipandu Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay Madrasah Ibtidaiyah, Salman saat membaca Alquran, Senin (20/5) (FOTO : Elfira/Cepos)

Bulan Puasa di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Kotaraja

Melihat aktivitas Santri dan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay saat Ramadan!

Laporan- Elfira-Jayapura

Alquran menjadi menu wajib Santri dan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay Madrasah Ibtidaiyah saat bulan Ramadan seperti ini, suasana sejuk dan asri begitu terasa. 

Saat memasuki Pondok Pesantren yang beralamatkan di Jalan Baru Tembus Pasar Youtefa, Kotaraja Jayapura, Senin (20/5) Sore sekira pukul 16.00 WIT sebelum waktu berbuka puasa tiba, santri dan santriwati terlihat sibuk membaca Alquran dan sebagian lainnya melantunkan sholawat.

 Suasana sore syahdu di pondok pesantren dengan jumlah peserta didik sebanyak 700 san ini.

Selama bulan Ramadan ini, semua santri merasakan hidmatnya. Karena saat ini kajian dan keilmuan diperdalam untuk mendapat manfaat di bulan penuh barokah. 

Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay,  Salman menjelaskan suasana santri tercipta semakin meningkat saat memasuki bulan ramadan. Para santri diberikan berbagai kajian ke Islaman dari pengajar, bahkan nilai dalam pengajaran juga bertambah dengan adanya pendalaman dari metode belajar yang diberikan.

“Selama Ramadan, pagi hingga sore hari menjelang waktu berbuka puasa para santri mengaji tilawati Quran, memperlajari tata Bahasa Arab. Usai tarawih, dilanjutkan dengan tadarus di masjid,” ungkap Salman kepada Cenderawasih Pos.

Baca Juga :  Relaksasi Supaya Perekonomian Tetap Jalan

Selain tadarus, aktivitas santri lainnya bagi yang sudah dewasa pergi ke masjid-masjid yang ada Jayapura untuk melakukan ceramah tarawih sesuai dengan permintaan masjid. Yang pasti, selama Ramadan ini santri dan santriwati mengenal berbagai keindahan dan kesejukan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Dalam Pondok Pesantren kata Rahman, lebih mengedepankan nilai Ahlul Sunah Wal Jamah untuk menjadi pegangan santri dalam menempuh kehidupan.

Terkait dengan tantangan, menjadi seorang guru di santri menurut Salman memiliki banyak tantangan. Bagaimana memotivasi para santri dan santriwati untuk mengkaji ilmu agama dan ini tentu dibutuhkan dorongan orang tua.

“Kalau orang tua tidak mendorong dengan giat, anak-anak terkadang malas tau. Harus ada keseimbangan antara kedua belah pihak, guru dan orang tua. Sebab kalau hanya guru yang ingin anak-anak itu pintar mengaji, namun orang tuanya tidak begitu serius mendorong anak-anak mereka maka disitulah kita memiliki tantangan,” ungkapnya.

Belum lagi kata dia dalam proses belajar-mengajar tekadang ada pelanggaran-pelanggaran kecil atau besar yang dilakukan oleh santri dan santriwati. Dan pelanggaran diberikan hukuman kepada para santri, terkadang ada orang tua yang tidak menerima hal itu dan bahkan mengamuk membawa badik dan mengancam guru.

Baca Juga :  Disinyalir Sindikat Narkotika Dikendalikan dari Lapas

Baginya, itu semua tantangan. Namun ketika disampaikan dengan baik dan bijaksana ada juga sebagian orang tua paham.

“Saya pikir itu tantangn dalam mendidik anak-anak. Bagi saya tantangn itu selalu sebuah peluang  untuk mencerdaskan anak bangsa ini. Kita tidak bisa menyerah pada keadaan, kita punya prinsip sekali melangkah, melangkahlah terus jika kita berhenti akan diinjak orang,” tuturnya.

Di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay, santri dan santriwati dibatasi menggunakan HP. Pola ini dilakukan agar anak-anak fokus saat menuntut ilmu agama dan diperkenankan  menggunkana HP saat hari libur saja.

Menurutnya, dimoment Ramadan tahun ini harus ada peningkatan. Sebab orang  yang hari  ini sama dengan hari kemarin itu orang yang rugi. Ramadan ke Ramadan harus ada peningkatan  kualitas dan kuantitas dalam beribadah.

“Kalau tidak bisa berubah saat ini, musti  butuh berapa Ramadan lagi untuk kita bisa berubah sedang allah telah berikan kita rahmat,”  katanya.

Makna puasa bagi Salman yakni mampu mencegah dalam hal yang berlebihan, karena puasa  bukan sekedar menahan lapar melainkan menahan diri dari yang halal. Selain itu, sudah jijik melihat kemaksiatan sudah jijik melihat dosa. **

Para santri dipandu Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay Madrasah Ibtidaiyah, Salman saat membaca Alquran, Senin (20/5) (FOTO : Elfira/Cepos)

Bulan Puasa di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Kotaraja

Melihat aktivitas Santri dan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay saat Ramadan!

Laporan- Elfira-Jayapura

Alquran menjadi menu wajib Santri dan Santriwati di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay Madrasah Ibtidaiyah saat bulan Ramadan seperti ini, suasana sejuk dan asri begitu terasa. 

Saat memasuki Pondok Pesantren yang beralamatkan di Jalan Baru Tembus Pasar Youtefa, Kotaraja Jayapura, Senin (20/5) Sore sekira pukul 16.00 WIT sebelum waktu berbuka puasa tiba, santri dan santriwati terlihat sibuk membaca Alquran dan sebagian lainnya melantunkan sholawat.

 Suasana sore syahdu di pondok pesantren dengan jumlah peserta didik sebanyak 700 san ini.

Selama bulan Ramadan ini, semua santri merasakan hidmatnya. Karena saat ini kajian dan keilmuan diperdalam untuk mendapat manfaat di bulan penuh barokah. 

Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay,  Salman menjelaskan suasana santri tercipta semakin meningkat saat memasuki bulan ramadan. Para santri diberikan berbagai kajian ke Islaman dari pengajar, bahkan nilai dalam pengajaran juga bertambah dengan adanya pendalaman dari metode belajar yang diberikan.

“Selama Ramadan, pagi hingga sore hari menjelang waktu berbuka puasa para santri mengaji tilawati Quran, memperlajari tata Bahasa Arab. Usai tarawih, dilanjutkan dengan tadarus di masjid,” ungkap Salman kepada Cenderawasih Pos.

Baca Juga :  Boleh Santai, Namun Jangan Anggap Sepele

Selain tadarus, aktivitas santri lainnya bagi yang sudah dewasa pergi ke masjid-masjid yang ada Jayapura untuk melakukan ceramah tarawih sesuai dengan permintaan masjid. Yang pasti, selama Ramadan ini santri dan santriwati mengenal berbagai keindahan dan kesejukan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Dalam Pondok Pesantren kata Rahman, lebih mengedepankan nilai Ahlul Sunah Wal Jamah untuk menjadi pegangan santri dalam menempuh kehidupan.

Terkait dengan tantangan, menjadi seorang guru di santri menurut Salman memiliki banyak tantangan. Bagaimana memotivasi para santri dan santriwati untuk mengkaji ilmu agama dan ini tentu dibutuhkan dorongan orang tua.

“Kalau orang tua tidak mendorong dengan giat, anak-anak terkadang malas tau. Harus ada keseimbangan antara kedua belah pihak, guru dan orang tua. Sebab kalau hanya guru yang ingin anak-anak itu pintar mengaji, namun orang tuanya tidak begitu serius mendorong anak-anak mereka maka disitulah kita memiliki tantangan,” ungkapnya.

Belum lagi kata dia dalam proses belajar-mengajar tekadang ada pelanggaran-pelanggaran kecil atau besar yang dilakukan oleh santri dan santriwati. Dan pelanggaran diberikan hukuman kepada para santri, terkadang ada orang tua yang tidak menerima hal itu dan bahkan mengamuk membawa badik dan mengancam guru.

Baca Juga :  ASN Paling Rawan Terlibat Politik Praktis

Baginya, itu semua tantangan. Namun ketika disampaikan dengan baik dan bijaksana ada juga sebagian orang tua paham.

“Saya pikir itu tantangn dalam mendidik anak-anak. Bagi saya tantangn itu selalu sebuah peluang  untuk mencerdaskan anak bangsa ini. Kita tidak bisa menyerah pada keadaan, kita punya prinsip sekali melangkah, melangkahlah terus jika kita berhenti akan diinjak orang,” tuturnya.

Di Pondok Pesantren Darul Ma’rif Numbay, santri dan santriwati dibatasi menggunakan HP. Pola ini dilakukan agar anak-anak fokus saat menuntut ilmu agama dan diperkenankan  menggunkana HP saat hari libur saja.

Menurutnya, dimoment Ramadan tahun ini harus ada peningkatan. Sebab orang  yang hari  ini sama dengan hari kemarin itu orang yang rugi. Ramadan ke Ramadan harus ada peningkatan  kualitas dan kuantitas dalam beribadah.

“Kalau tidak bisa berubah saat ini, musti  butuh berapa Ramadan lagi untuk kita bisa berubah sedang allah telah berikan kita rahmat,”  katanya.

Makna puasa bagi Salman yakni mampu mencegah dalam hal yang berlebihan, karena puasa  bukan sekedar menahan lapar melainkan menahan diri dari yang halal. Selain itu, sudah jijik melihat kemaksiatan sudah jijik melihat dosa. **

Berita Terbaru

Artikel Lainnya