Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Tak Hanya Hutan Angkasa, Hutan di Kampwolker Juga Rusak

Jhon Betaubun (Gamel Cepos)

JAYAPURA – Pantauan DPRD Kota Jayapura terkait wilayah yang masuk dalam kawasan penyangga maupun yang dekat dengan kawasan penyangga namun mengalami kerusaka ternyata tak hanya di titik Hutan Angkasa Distrik Jayapura Utara. Titik lainnya yang juga mengalami kerusakan adalah Kampwolker, Distrik Heram. Ini dikatakan tak lepas dari bentuk perambahan dan pembukaan lahan untuk perkebunan termasuk mulai maraknya rumah tinggal. DPRD Jayapura khawatir kondisi ini akan memberi dampak negatif yang tak hanya bicara bencana tetapi juga terkait kebutuhan air di waktu mendatang.

 “Saya pikir tak hanya hutan Angkasa yang kondisinya sudah banyak dipenuhi kebun nenas tetapi wilayah jalur alternatif hingga waena ini juga mulai banyak yang rusak terlebih di kawasan Kampwolker,” kata Ketua Komisi B DPRD Kota Jayapura yang membidangi lingkungan, Giovano Pattipawae kepada Cenderawasih Pos pekan kemarin. Ia melihat   wilayah di jalan alternatif juga mulai banyak bangunan dan kayu – kayu kering yang dijual. Ini artinya ada yang meggantungkan hidup dari hutan disekitar situ. Sementara di Kampwolker sendiri ada intake air yang harus dijaga agar pemenuhan air tidak menjadi soal akibat hilangnya debit air. 

Baca Juga :  Jalan Depan Lantamal Jayapura Memprihatinkan

 Giovano meminta pemerintah terlebih  instansi yang menangani kawasan ini bisa lebih tegas memproteksi wilayah yang memang tak boleh tersentuh aktifitas manusia. “Jika intake terganggu kita mau ambil air dimana lagi, kami minta ketegasan,” bebernya. Senada disampaikan Wakil Ketua I DPRD Kota Jayapura, Jhon Betaubun bahwa dengan kondisi cuaca dan iklim yang masih sering hujan, seharusnya sudah bisa diantisipasi dengan memastikan wilayah ketinggian tidak terganggu. “Longsoran yang terjadi ditambah kekeruhan air saya pikir ini menjadi tanda bahwa kawasan atas sudah terganggu. Ada aktifitas pembukaan lahan yang akhirnya kondisi air seperti itu (keruh). Jika ini masih terbiar maka ada banyak potensi ancaman dan kerusakan yang akan terjadi sehingga perlu segera disikapi,” tutup Jhon. (ade/wen)

Baca Juga :  Wali Kota Minta Data Petugas Kebersihan Diverifikasi Ulang
Jhon Betaubun (Gamel Cepos)

JAYAPURA – Pantauan DPRD Kota Jayapura terkait wilayah yang masuk dalam kawasan penyangga maupun yang dekat dengan kawasan penyangga namun mengalami kerusaka ternyata tak hanya di titik Hutan Angkasa Distrik Jayapura Utara. Titik lainnya yang juga mengalami kerusakan adalah Kampwolker, Distrik Heram. Ini dikatakan tak lepas dari bentuk perambahan dan pembukaan lahan untuk perkebunan termasuk mulai maraknya rumah tinggal. DPRD Jayapura khawatir kondisi ini akan memberi dampak negatif yang tak hanya bicara bencana tetapi juga terkait kebutuhan air di waktu mendatang.

 “Saya pikir tak hanya hutan Angkasa yang kondisinya sudah banyak dipenuhi kebun nenas tetapi wilayah jalur alternatif hingga waena ini juga mulai banyak yang rusak terlebih di kawasan Kampwolker,” kata Ketua Komisi B DPRD Kota Jayapura yang membidangi lingkungan, Giovano Pattipawae kepada Cenderawasih Pos pekan kemarin. Ia melihat   wilayah di jalan alternatif juga mulai banyak bangunan dan kayu – kayu kering yang dijual. Ini artinya ada yang meggantungkan hidup dari hutan disekitar situ. Sementara di Kampwolker sendiri ada intake air yang harus dijaga agar pemenuhan air tidak menjadi soal akibat hilangnya debit air. 

Baca Juga :  Danrem 172/PWY: Ada Makna yang Terkandung dalam Maulid Nabi Muhammad SAW

 Giovano meminta pemerintah terlebih  instansi yang menangani kawasan ini bisa lebih tegas memproteksi wilayah yang memang tak boleh tersentuh aktifitas manusia. “Jika intake terganggu kita mau ambil air dimana lagi, kami minta ketegasan,” bebernya. Senada disampaikan Wakil Ketua I DPRD Kota Jayapura, Jhon Betaubun bahwa dengan kondisi cuaca dan iklim yang masih sering hujan, seharusnya sudah bisa diantisipasi dengan memastikan wilayah ketinggian tidak terganggu. “Longsoran yang terjadi ditambah kekeruhan air saya pikir ini menjadi tanda bahwa kawasan atas sudah terganggu. Ada aktifitas pembukaan lahan yang akhirnya kondisi air seperti itu (keruh). Jika ini masih terbiar maka ada banyak potensi ancaman dan kerusakan yang akan terjadi sehingga perlu segera disikapi,” tutup Jhon. (ade/wen)

Baca Juga :  Uskup Leo Bakal  Habiskan Sisa Hidup di Tanah Papua

Berita Terbaru

Artikel Lainnya