Friday, March 29, 2024
29.7 C
Jayapura

Hutan Primer Makin Terkikis

Puluhan anggota Komunitas di Jayapura ketika melakukan penanaman bibit mangrove di Ciberi, Teluk  Youtefa, Ahad (21/4) kemarin. Di lokasi  ini hutan primer mangrove yang berstatus hutan lindung makin terkikis timbunan. ( FOTO : Gamel Cepos )

JAYAPURA – Kondisi hutan primer mangrove yang berada di Teluk Yotefa makin terkikis seiring dikebutnya pembangunan jalan jembatan Hamadi – Holtekam.  Dengan pembangunan jalan di bawah fly over membuat bagian hutan harus ada yang dikorbankan. Alhasil sejumlah pohon mangrove primer yang berada di kawasan hutan lindung menjadi korban. Ini terungkap saat sejumlah komunitas melakukan penanaman di lokasi yang sempat disebut sebagai kesalahan di awal pembangunan jalan hamadi holtekam ini. 

 Lokasi hampir 1 Hektar tersebut  dibabat rata dengan rencana akan dilewati bagian jalan. Namun ternyata lokasi jalan bergeser sekitar 20 meter sehingga lokasi yang sudah dibabat habis ini terbiar kosong. Tak hanya itu, ada juga dampak abrasi yang nyata dimana jalan selebar 4 meter terkikis habis termasuk makam adat di Kampung Engros yang juga terancam abrasi. “Ini menjadi agenda teman-teman di komunitas Lindungi Hutan dengan tajuk rawat bumi jadi yang dilakukan selain menanam tetapi ada juga monitoring atau merawat hingga ia tumbuh,” kata Ketua Komunitas Lindungi Hutan Jayapura, Iznillah.

Baca Juga :  Dr Anthon Raharusun Pimpin Peradi Kota

 Dengan menggandeng BBKSDA Papua termasuk Saka Wanabakti dan sejumlah komunitas yang tergabung dalam Forum Komunitas Jayapura (FKJ) rombongan tak hanya melakukan penanaman tetapi juga mengecek bibit yang sudah ditanami sebelumnya. “Ini diakhiri dengan pembersihan  lokasi disekitar jembatan,” kata Iznilah. Ia membenarkan bahwa dipilihnya lokasi Ciberi, Teluk Yotefa ini lantaran ada lahan yang kosong dan tidak ditanami. “Kami mendengar jika lokasi ini sempat menarik perhatian ibu Menteri Siti Nurbaya karena kesalahan di awal tadi, harusnya pihak yang salah pekerjaannya yang menanami tapi itu tidak dilakukan dan kami coba masuk (menanam),” jelasnya. 

 Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG) Fredy Wanda juga mengaku kaget jika ada badan jalan di bawah jembatan yang ikut dibangun dan kembali mengikis hutan primer mangrove tersebut. “Kami bingung, yang kemarin babat dan dibiarkan tidak ditanami tapi kini ditimbun lagi. Kami penasaran apakah ada surat dari dinas untuk mengambil bagian dari hutan mangrove ini atau tidak. Jangan-jangan tidak ada surat karena setiap meter jika ingin digunakan  harus tetap sesuai aturan,” sindirnya. Ia berharap dari bibit yang sudah ditanami ini tidak lagi menjadi korban karena pembangunan. “Ingat disini juga ada makan adat, ada hutan adat  yang menjadi dapur bagi masyarakat setempat. Jangan karena pembangunan akhirnya semua dikorbankan. Pemerintah tak bisa  beralasan demi pembangunan begitu saja sebab ada nilai kearifan yang juga harus dijaga,” tegasnya. (ade/wen)

Baca Juga :  Rektor Uncen Terpilih Jadi Panelis Debat Pilpres

Puluhan anggota Komunitas di Jayapura ketika melakukan penanaman bibit mangrove di Ciberi, Teluk  Youtefa, Ahad (21/4) kemarin. Di lokasi  ini hutan primer mangrove yang berstatus hutan lindung makin terkikis timbunan. ( FOTO : Gamel Cepos )

JAYAPURA – Kondisi hutan primer mangrove yang berada di Teluk Yotefa makin terkikis seiring dikebutnya pembangunan jalan jembatan Hamadi – Holtekam.  Dengan pembangunan jalan di bawah fly over membuat bagian hutan harus ada yang dikorbankan. Alhasil sejumlah pohon mangrove primer yang berada di kawasan hutan lindung menjadi korban. Ini terungkap saat sejumlah komunitas melakukan penanaman di lokasi yang sempat disebut sebagai kesalahan di awal pembangunan jalan hamadi holtekam ini. 

 Lokasi hampir 1 Hektar tersebut  dibabat rata dengan rencana akan dilewati bagian jalan. Namun ternyata lokasi jalan bergeser sekitar 20 meter sehingga lokasi yang sudah dibabat habis ini terbiar kosong. Tak hanya itu, ada juga dampak abrasi yang nyata dimana jalan selebar 4 meter terkikis habis termasuk makam adat di Kampung Engros yang juga terancam abrasi. “Ini menjadi agenda teman-teman di komunitas Lindungi Hutan dengan tajuk rawat bumi jadi yang dilakukan selain menanam tetapi ada juga monitoring atau merawat hingga ia tumbuh,” kata Ketua Komunitas Lindungi Hutan Jayapura, Iznillah.

Baca Juga :  Berkelakuan Baik, Napi Diusulkan Dapat Remisi 

 Dengan menggandeng BBKSDA Papua termasuk Saka Wanabakti dan sejumlah komunitas yang tergabung dalam Forum Komunitas Jayapura (FKJ) rombongan tak hanya melakukan penanaman tetapi juga mengecek bibit yang sudah ditanami sebelumnya. “Ini diakhiri dengan pembersihan  lokasi disekitar jembatan,” kata Iznilah. Ia membenarkan bahwa dipilihnya lokasi Ciberi, Teluk Yotefa ini lantaran ada lahan yang kosong dan tidak ditanami. “Kami mendengar jika lokasi ini sempat menarik perhatian ibu Menteri Siti Nurbaya karena kesalahan di awal tadi, harusnya pihak yang salah pekerjaannya yang menanami tapi itu tidak dilakukan dan kami coba masuk (menanam),” jelasnya. 

 Ketua Forum Peduli Port Numbay Green (FPPNG) Fredy Wanda juga mengaku kaget jika ada badan jalan di bawah jembatan yang ikut dibangun dan kembali mengikis hutan primer mangrove tersebut. “Kami bingung, yang kemarin babat dan dibiarkan tidak ditanami tapi kini ditimbun lagi. Kami penasaran apakah ada surat dari dinas untuk mengambil bagian dari hutan mangrove ini atau tidak. Jangan-jangan tidak ada surat karena setiap meter jika ingin digunakan  harus tetap sesuai aturan,” sindirnya. Ia berharap dari bibit yang sudah ditanami ini tidak lagi menjadi korban karena pembangunan. “Ingat disini juga ada makan adat, ada hutan adat  yang menjadi dapur bagi masyarakat setempat. Jangan karena pembangunan akhirnya semua dikorbankan. Pemerintah tak bisa  beralasan demi pembangunan begitu saja sebab ada nilai kearifan yang juga harus dijaga,” tegasnya. (ade/wen)

Baca Juga :  Dr Anthon Raharusun Pimpin Peradi Kota

Berita Terbaru

Artikel Lainnya