Karenanya, para siswa dan masyarakat merasa tidak nyaman ketika hendak menyeberang. Mereka berharap ada perhatian dari pemerintah setempat.
“Saya sebenarnya agak takut lewat disini (JPO), karena kondisi lintasannya bolong hingga terlihat lalu-lalang kendaraan (dibawa jembatan), kemudiankan beberapa bagian besi penyangga juga sudah karatan dan lapuk. Jadi kita lewati disini juga dengan hati-hati,” ungkap Maikel.
Di tempat yang sama Yoselan (14) seorang Siswa kelas VIII di SMP Advent yang sehari-hari mengunakan JPO tersebut untuk menyebrang, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi JPO yang semakin memburuk. Ia menyoroti salah satu bagian JPO Abepura yang terlihat berbahaya untuk digunakan.
”Itu di belokan bagian atas jembatan itu rusaknya sudah terlalu parah, papan bagian alas jembatan sudah pada jebol tidak lagi pada tempatnya masing-masing. Kemudian juga besi penyangga bagian bawa jembatan terlihat karat dan lapuk,” ungkap Yoselan.
Sementara itu, pengemudi taksi, Anton (33) menyampaikan cerita serupa. Ia sering melihat kondisi JPO yang memprihatinkan, penuh sampah, dan kurang aman. Bahkan, beberapa kali ia mendapati anak-anak yang menggunakan JPO sebagai tempat untuk minuman keras.