Wednesday, April 17, 2024
24.7 C
Jayapura

Meminimalisir Cut Off Harus Tambah Backbone di Papua

Melihat Upaya Telkom Maupun Pemerintah Terkait Kondisi Jaringan Internet di Jayapura dan Sekitarnya

Kebutuhan internet di Jayapura sudah menjadi kebutuhan pokok, hampir semua aktivitas bisa dilakukan hanya dengan menafaatkan layanan internet, lantas bagaiman ketika jaringan internet putus dan bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh Telkom maupun Pemerintah.

Laporan: Yohana

Putusnya Fiber Optik (FO) atau jaringan kabel laut di Jayapura sudah sering terjadi, dimana pasalnya ini sudah menjadi kasus ke 5 (lima) yang telah dirasakan oleh masyarakat di Kota Jayapura, Kab. Jayapura, Keerom dan Kab. Sarmi.

 Meski berkali-kali putus, hal ini tetap menjadi persoalan terbesar yang belum bisa diatasi baik pihak Telkom sebagai operator penyediaa jaringan maupun Pemerintah Provinsi Papua.

 Pasalnya, kebutuhan internet di Jayapura dan kabupaten lainnya yang cukup besar ini, tidak bisa diback up oleh satelit maupun jaringan radio IP, karena kapasitas bandwith yang tersedia dari jaringan satelit maupun radio IP tidak sebesar yang disediakan FO.

 Menurut General Manager Telkom Witel Papua, Sugeng Widodo mengatakan, bahwa kondisi putusnya FO yang kelima ini, terjadi area Sarmi – Biak dengan kedalaman 4.000 meter lebih, yang mana putusnya kabel FO merupakan kejadian alam.

 “Saat ini kami sedang mengupayakan kapal sewaan yang rencananya akan masuk di pelabuhan Jayapura pada 25-27 Mei 2021 mendatang,” ungkapnya.

Untuk perusahaan Telekomunikasi di Indonesia ini, harus melakukan sewa kapal lagi, karena kapal milik Telkom hanya 1 di Indonesia, untuk melayani seluruh Indonesia pastinya tidak cukup.

Baca Juga :  Frans Pekey: Pelayanan  di Dinas Terpusat di MPP

 Untuk itu, untuk mengatasi permasalahan di Japura, Telkom harus menyewa kapal, yang rencananya dengan adanya kapal tersebut, dapat mengupayakan perbaikan jaringan FO yang putus di area laut Sarmi – Biak.

“Kami tengah berupaya, untuk perbaikan jaringan FO, prediksi yang dapat kami sampaikan pemulihan jaringan internet di Jayapura maupun sekitarnya akan pulih pada awal Juni mendatang,” jelasnya lagi.

 Saat disinggung soal kerugian dan biaya operasional yang dikeluarkan PT. Telkom Witel Papua untuk perbaikan FO yang putus, Sugeng hanya tersenyum sambari memberi isyarat bahwa biaya yang dikeluarkan cukup besar.

 “Saya tidak bisa mengatakan secara langsung, karena ini kewenangan kantor pusat, akan tetapi untuk perbaikan FO pastinya biayanya tidak sedikit,” ungkapnya.

 Ia juga mengakui bahwa sampai dengan saat ini pasca putusnya FO pada (30/4) lalu sampai dengan hari ini, penggunaan internet dan layanan voice serta SMS murni menggunakan jaringan radio IP, Palapa Ring Timur maupun Satelit.

“Sampai dengan saat bandwith satelit sebesar 2.662 MBPS yang sudah diaktifkan sementara dari Palapa Ring Timur  sebesar 500 MBS dan Radio IP sebesar 1.600 MBPS, sehingga total bandwith saat ini sekitar 4,7 GBPS,” terangnya.

Dengan jumlah bandwith yang hanya 4,7 GBPS otomatis tidak bisa mengcover semua kebutuhan yang ada, berdasarkan dengan kondisi normal baik itu Kab. Sarmi, Kota Jayapura dan Kab. Jayapura sendiri bandwith normalnya sebesar 133 GBPS  khusus Telkom, sementara Telkomsel sebesar 21 GBPS.

Baca Juga :  Setengah Kilo Peledak Bisa Merusak 30 Meter Perairan Laut

“Jadi jika sebelumnya 135 GBPS, sekarang hanya bisa 4,7GBPS artinya hanya bisa dicaver sekitar 3 persen%, dengan bandwith yang terbatas ini, pastinya kami benar-benar manfaatkan sekali dan yang dilayani hanya pada area-area publik seperti rumah sakit, Kantor Gubernur, Kantor Wali Kota dan sebagainya,” tambahnya.

 Sementara itu,  Kepala Dinas Kominfo Provinsi Papua, Jery A. Yudianto juga menjelaskan dengan kondisi yang ada saat ini, pastinya Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam hal memberi kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian, mengingat Telekomunikasi di Indoensia dikuasai oleh negara.

“Khusus di Papua, memang sangat terbatas, tersedianya penyelenggara atau operator dan infrastruktur backbone internet hanya mengandalkan 1 backbone di wilayah utara Papua dan satu lagi diwilayah selatan,” terangnya.

 Pastinya dengan demikian, ini akan tidak maksimal apa bila terjadi cut off, seperti saat ini, karena itu solusi yang diberikan hanya Vsat atau Microwave yang kapasitasnya sangat terbatas dari penggunaan normal.

“Kami harapkan hal ini bisa segera diantisipasi oleh operator dalam hal ini membangun infrastruktur jaringan yang lebih banyak dan mengelilingi Papua agar ketika terjadi cut off masih ada bandwith yang tersedia dari segmen lainnya, ketika segmen yang lainnya putus,” terangnya.

 Dengan kondisi saat ini, membutuhkan kesabaran dan pengertian dari semua pihak, karena upaya perbaikan masih terus dilakukan oleh pihak Telkom dan Pemerintah Papua juga tetap berkoordinasi untuk pemulihan jaringan di Jayapura dan sekitarnya. (*/wen)

Melihat Upaya Telkom Maupun Pemerintah Terkait Kondisi Jaringan Internet di Jayapura dan Sekitarnya

Kebutuhan internet di Jayapura sudah menjadi kebutuhan pokok, hampir semua aktivitas bisa dilakukan hanya dengan menafaatkan layanan internet, lantas bagaiman ketika jaringan internet putus dan bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh Telkom maupun Pemerintah.

Laporan: Yohana

Putusnya Fiber Optik (FO) atau jaringan kabel laut di Jayapura sudah sering terjadi, dimana pasalnya ini sudah menjadi kasus ke 5 (lima) yang telah dirasakan oleh masyarakat di Kota Jayapura, Kab. Jayapura, Keerom dan Kab. Sarmi.

 Meski berkali-kali putus, hal ini tetap menjadi persoalan terbesar yang belum bisa diatasi baik pihak Telkom sebagai operator penyediaa jaringan maupun Pemerintah Provinsi Papua.

 Pasalnya, kebutuhan internet di Jayapura dan kabupaten lainnya yang cukup besar ini, tidak bisa diback up oleh satelit maupun jaringan radio IP, karena kapasitas bandwith yang tersedia dari jaringan satelit maupun radio IP tidak sebesar yang disediakan FO.

 Menurut General Manager Telkom Witel Papua, Sugeng Widodo mengatakan, bahwa kondisi putusnya FO yang kelima ini, terjadi area Sarmi – Biak dengan kedalaman 4.000 meter lebih, yang mana putusnya kabel FO merupakan kejadian alam.

 “Saat ini kami sedang mengupayakan kapal sewaan yang rencananya akan masuk di pelabuhan Jayapura pada 25-27 Mei 2021 mendatang,” ungkapnya.

Untuk perusahaan Telekomunikasi di Indonesia ini, harus melakukan sewa kapal lagi, karena kapal milik Telkom hanya 1 di Indonesia, untuk melayani seluruh Indonesia pastinya tidak cukup.

Baca Juga :  Frans Pekey: Pelayanan  di Dinas Terpusat di MPP

 Untuk itu, untuk mengatasi permasalahan di Japura, Telkom harus menyewa kapal, yang rencananya dengan adanya kapal tersebut, dapat mengupayakan perbaikan jaringan FO yang putus di area laut Sarmi – Biak.

“Kami tengah berupaya, untuk perbaikan jaringan FO, prediksi yang dapat kami sampaikan pemulihan jaringan internet di Jayapura maupun sekitarnya akan pulih pada awal Juni mendatang,” jelasnya lagi.

 Saat disinggung soal kerugian dan biaya operasional yang dikeluarkan PT. Telkom Witel Papua untuk perbaikan FO yang putus, Sugeng hanya tersenyum sambari memberi isyarat bahwa biaya yang dikeluarkan cukup besar.

 “Saya tidak bisa mengatakan secara langsung, karena ini kewenangan kantor pusat, akan tetapi untuk perbaikan FO pastinya biayanya tidak sedikit,” ungkapnya.

 Ia juga mengakui bahwa sampai dengan saat ini pasca putusnya FO pada (30/4) lalu sampai dengan hari ini, penggunaan internet dan layanan voice serta SMS murni menggunakan jaringan radio IP, Palapa Ring Timur maupun Satelit.

“Sampai dengan saat bandwith satelit sebesar 2.662 MBPS yang sudah diaktifkan sementara dari Palapa Ring Timur  sebesar 500 MBS dan Radio IP sebesar 1.600 MBPS, sehingga total bandwith saat ini sekitar 4,7 GBPS,” terangnya.

Dengan jumlah bandwith yang hanya 4,7 GBPS otomatis tidak bisa mengcover semua kebutuhan yang ada, berdasarkan dengan kondisi normal baik itu Kab. Sarmi, Kota Jayapura dan Kab. Jayapura sendiri bandwith normalnya sebesar 133 GBPS  khusus Telkom, sementara Telkomsel sebesar 21 GBPS.

Baca Juga :  Pemkot Jangan Hanya Kejar Pajak Tapi Rugikan Masyarakat

“Jadi jika sebelumnya 135 GBPS, sekarang hanya bisa 4,7GBPS artinya hanya bisa dicaver sekitar 3 persen%, dengan bandwith yang terbatas ini, pastinya kami benar-benar manfaatkan sekali dan yang dilayani hanya pada area-area publik seperti rumah sakit, Kantor Gubernur, Kantor Wali Kota dan sebagainya,” tambahnya.

 Sementara itu,  Kepala Dinas Kominfo Provinsi Papua, Jery A. Yudianto juga menjelaskan dengan kondisi yang ada saat ini, pastinya Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam hal memberi kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian, mengingat Telekomunikasi di Indoensia dikuasai oleh negara.

“Khusus di Papua, memang sangat terbatas, tersedianya penyelenggara atau operator dan infrastruktur backbone internet hanya mengandalkan 1 backbone di wilayah utara Papua dan satu lagi diwilayah selatan,” terangnya.

 Pastinya dengan demikian, ini akan tidak maksimal apa bila terjadi cut off, seperti saat ini, karena itu solusi yang diberikan hanya Vsat atau Microwave yang kapasitasnya sangat terbatas dari penggunaan normal.

“Kami harapkan hal ini bisa segera diantisipasi oleh operator dalam hal ini membangun infrastruktur jaringan yang lebih banyak dan mengelilingi Papua agar ketika terjadi cut off masih ada bandwith yang tersedia dari segmen lainnya, ketika segmen yang lainnya putus,” terangnya.

 Dengan kondisi saat ini, membutuhkan kesabaran dan pengertian dari semua pihak, karena upaya perbaikan masih terus dilakukan oleh pihak Telkom dan Pemerintah Papua juga tetap berkoordinasi untuk pemulihan jaringan di Jayapura dan sekitarnya. (*/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya