Friday, April 19, 2024
33.7 C
Jayapura

Ave Lefaan: Politik Tidak Boleh Menganggu Toleransi di Papua

JAYAPURA- Dosen Sosiologi Universitas Cenderawasih, Dr. Drs. Ave Lefaan, M.S mengatakan, toleransi antara umat beragama dan sesama di Papua tidak diragukan lagi. Pasalnya, di Papua setiap orang menunjung tinggi toleransi antara sesama dan umat bragama di bumi cenderawasih.

“Toleransi kita lihat sampai saat ini tidak diragukan lagi untuk Provinsi Papua dan seluruh tanah Papua,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos melalui pesan tertulisnya, Rabu (19/5) kemarin.

 Menurut Lefaan, multikultur yang terjadi di Papua ini dipengaruhi adalah toleransi beragama antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, hal inilah yang membuat toleransi masih kuat di Papua. “Berbagai suku bangsa yang hidup di tanah Papua ini disebabkan karena ada toleransi beragama antara satu dengan yang lainnya,” ucap Dosen Sosiologi Pascasarjana Universitas Cenderawasih ini. 

Baca Juga :  Dari 124 Koperasi, Hanya 18 yang Aktif

 Kata Lefaan, sejarah perkembangan Papua sangat ditentukan oleh pengaruh-pengaruh yang dibawah oleh mereka-mereka yang datang dari luar. Hal inilah yang membuat kompetensi pembangunan berjalan secara baik dan bagus. 

 Oleh karena itu, toleransi di bidang keagamaan harus terus di pupuk, sebab dalam hal politik justru persaingan antara para elit di Papua inilah yang mengakibatkan jangan sampai toleransi yang sudah selama ini dibangun oleh berbagai agama jangan sampai menganggunya. 

 “Kalau kita bicara politik, maka silahkan berpolitik, tetapi toleransi antara umat beragama harus tetap dijaga dan berjalan seperti biasa,” tutur Lefaan.

Lefaan menyatakan, toleransi kehidupan beragama harus terus dikembangkan dalam bidang-bidang yang lain, baik bidang pendidikan, kesehatan, politik dan lain-lain.

Baca Juga :  Satgas Pamwiltasrat RI-PNG Diminta Beri Nuansa Baru

 “Perekat multi kultur masyarakat di Papua ini salah satunya disebabkan oleh toleransi atau saling menghargai antara satu dengan yang lainnya,” ujarnya. 

 Lefaan menjelaskan bahwa sifat-sifat kerjasama dan toleransi harus berkembang di bidang keamanan. Artinya bahwa ada sekelompok orang yang ingin mendominasi orang lain tidak boleh terjadi di tanah Papua. 

Prinsip-prinsip egalitas, saling menghormati harus dijaga baik, sehingga toleransi menjadi simpul-simpul budaya antar berbagai suku bangsa, agama dan rasa menjadi kuat dan menjadi model untuk membangun politik yang lebih baik di Papua,” jelasnya. (bet/wen) 

JAYAPURA- Dosen Sosiologi Universitas Cenderawasih, Dr. Drs. Ave Lefaan, M.S mengatakan, toleransi antara umat beragama dan sesama di Papua tidak diragukan lagi. Pasalnya, di Papua setiap orang menunjung tinggi toleransi antara sesama dan umat bragama di bumi cenderawasih.

“Toleransi kita lihat sampai saat ini tidak diragukan lagi untuk Provinsi Papua dan seluruh tanah Papua,” ungkapnya kepada Cenderawasih Pos melalui pesan tertulisnya, Rabu (19/5) kemarin.

 Menurut Lefaan, multikultur yang terjadi di Papua ini dipengaruhi adalah toleransi beragama antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, hal inilah yang membuat toleransi masih kuat di Papua. “Berbagai suku bangsa yang hidup di tanah Papua ini disebabkan karena ada toleransi beragama antara satu dengan yang lainnya,” ucap Dosen Sosiologi Pascasarjana Universitas Cenderawasih ini. 

Baca Juga :  Kesal, Seorang Pemuda Aniaya Rekan Kerja

 Kata Lefaan, sejarah perkembangan Papua sangat ditentukan oleh pengaruh-pengaruh yang dibawah oleh mereka-mereka yang datang dari luar. Hal inilah yang membuat kompetensi pembangunan berjalan secara baik dan bagus. 

 Oleh karena itu, toleransi di bidang keagamaan harus terus di pupuk, sebab dalam hal politik justru persaingan antara para elit di Papua inilah yang mengakibatkan jangan sampai toleransi yang sudah selama ini dibangun oleh berbagai agama jangan sampai menganggunya. 

 “Kalau kita bicara politik, maka silahkan berpolitik, tetapi toleransi antara umat beragama harus tetap dijaga dan berjalan seperti biasa,” tutur Lefaan.

Lefaan menyatakan, toleransi kehidupan beragama harus terus dikembangkan dalam bidang-bidang yang lain, baik bidang pendidikan, kesehatan, politik dan lain-lain.

Baca Juga :  Dari 124 Koperasi, Hanya 18 yang Aktif

 “Perekat multi kultur masyarakat di Papua ini salah satunya disebabkan oleh toleransi atau saling menghargai antara satu dengan yang lainnya,” ujarnya. 

 Lefaan menjelaskan bahwa sifat-sifat kerjasama dan toleransi harus berkembang di bidang keamanan. Artinya bahwa ada sekelompok orang yang ingin mendominasi orang lain tidak boleh terjadi di tanah Papua. 

Prinsip-prinsip egalitas, saling menghormati harus dijaga baik, sehingga toleransi menjadi simpul-simpul budaya antar berbagai suku bangsa, agama dan rasa menjadi kuat dan menjadi model untuk membangun politik yang lebih baik di Papua,” jelasnya. (bet/wen) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya