JAYAPURA-Kisah pilu datang dari seorang warga Jayapura, Yorgen Ayomi, yang sudah lima tahun terakhir tinggal di sebuah bangunan kosong tak layak huni di kawasan Kali Hanyaan, Entrop, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua.
Ia menempati bangunan kumuh itu bersama tujuh anaknya, termasuk dua cucu, tanpa listrik, tanpa jamban, dan dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Yorgen terpaksa menempati bangunan bekas milik Toko Matahari tersebut sejak rumahnya terendam banjir besar pada tahun 2019.
Bencana itu datang ketika ia dan keluarganya tengah bekerja di daratan mengais botol plastik di tempat sampah, menjaga parkir di toko-toko demi menyambung hidup.
“Pada saat banjir kami semua kerja di darat, saya pungut botol, anak-anak jaga parkir. Ternyata rumah kami sudah terendam air. Semua isi rumah habis, tinggal baju di badan,” tutur Yorgen kepada Cenderawasih Pos, Kamis (17/7).
Tidak punya tempat tujuan lain, ia kemudian membawa seluruh anggota keluarganya menumpang di bangunan kosong di belakang Kali Hanyaan. Tempat itu sebenarnya bukan miliknya, bahkan dihuni tanpa seizin pemilik. Namun, hanya itu satu-satunya pilihan yang tersedia.
Kondisi tempat tinggal mereka sangat jauh dari layak. Bangunan tidak memiliki dinding permanen, dipenuhi sampah, dan tidak memiliki fasilitas dasar seperti jamban dan aliran listrik.
Untuk tidur, mereka hanya beralaskan kasur lusuh. Saat malam tiba, mereka bergelap-gelapan tanpa penerangan. “Sudah tidak ada lagi tempat yang bisa kami tinggali, jadi terpaksa bawa anak-anak tinggal di sini,” katanya lirih.