Friday, March 29, 2024
24.7 C
Jayapura

Bendung Rasa Malas dan Terus Giat Menulis

Novelis Asal Papua, Nunias Selegani ( FOTO: Yewen/Cepos)

Bincang-Bincang Dengan Novelis Asal Papua, Nunias Selegani

Memustuskan untuk berhenti kuliah ketika sudah berada pada semester 7, tetapi hal ini tidak memuat Nunias Selegani putus asa, tetapi dibalik hal tersebut memuat dirinya mampu menulis 8 buku yang berisi cerita novel dan kisah inspiratif tentang Papua. Seperti apa saja kisah Novelis asal Papua ini?

Laporan: Roberth Yewen

Banyak mahasiswa yang berada di kampus-kampus jika ditemui sudah berada pada semester 7, maka mereka akan berjuang lebih keras lagi untuk bisa meraih sarjana dan cita-cita mereka, sebab perjuangan dari semester 1 sampai semester 7 bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan proses perjuangan dan kerja keras tanpa pantang menyerah. Namun, hal ini berbeda dengan Nunias Selegani yang memilih berhenti kuliah ketika sudah berada di semester 7 di salah satu kampus ternama di Jogjakarta.

 Nunias berhenti dari perkuliahan karena menganggap jurusan yang diambil dari semester 1 sampai semester 7 itu teryata tidak sejalan dengan kehidupannya, sehingga dirinya memutuskan untuk berhenti kuliah dan memilih untuk menekuni diri di bidang menulis. Alhasil setelah berhenti kuliah, pemuda yang akrab di sapa Nunias ini berhasil menulis buku cerita novel, sehingga Nunias akrab disapa sebagai “Novelis Asal Papua”.

 Bagi Nunias menulis adalah bagian penting yang dibutuhkan oleh generasi Papua saat ini. Oleh karena itu, bukan masalah pendidikan, kesehatan, infranstruktur saja yang saat ini menjadi sorotan di Papua, tetapi mnulis juga adalah bagian yang akan menjadi sorotan kedepan. Apalagi tulisan adalah bagian dari pendidikan. Dengan adanya tulisan, maka seseorang dapat berjalan secara external di luar melalui media sosial (medsos) dan melalui buku.

Baca Juga :  Total Enam Saksi dari Mahasiwa Dimintai Keterangan

 “Yang saya kerjakan adalah buku, karena buku akan dibacakan oleh banyak orang, sehingga saya fokus menulis buku-buku novel dan buku-buku inspiratif,” katanya.

 Nunias sendiri mulai menulis sejak tahun 2018. Meskipun terhitung baru kurang lebih sebagai penulis, tetapi Nunias telah berhasil menulis kurang lebih 8 buku yang berisi novel dan kisah inspiratif. Misalnya buku novel romantis yang ditulis Nunias berjudul “Priskila Tentang Takut Kehilangan”, buku novel yang kedua, yaitu “Kekuatan Menunggu”. Dimana dalam novel ini bercerita mengenai kekuataan kepercayaan seorang laki-laki yang percaya bahwa perempuan yang sudah lama hilang akan kembali.

 Buku novel romantis sendiri ada dua yang di tulis oleh Nunias. Selain itu, ada juga buku inspiratif remaja berjudul “Kuliah atau Pacaran” yang di tulis oleh Nunias. Dalam buku Kuliah atau Pacaran ini mengulas tentang kisah mahasiswa yang kuliah sambil berpacaran. Apalagi kuliah atau pacaran ini sama-sama menyangkut masa depan, sehingga harus digali dengan baik-baik. Nunias juga buku kemanusiaan berjudul “Luka Yang Tertular”. Inilah yang akan dilaunching hari Kamis (20/2) di Jayapura. 

 Tidak hanya itu, ada juga buku berjudul “Genggam Bintang Di Langit Papua”,  “Pengacau Manusia Papua”, “Cape Pura-Pura Iklas, dan buku terakhir yang akan dilaunching pada bulan Maret 2020 mendatang, yaitu “Pemimpin Papua Butuh Dokter”.

Baca Juga :  Komitmen Atasi Penyebaran AIDS dan Hilangkan Stigma ODHIV

 “Setelah saya launching buku Luka Yang Tertular, baru saya akan launching buku Pemimpin Papua Butuh Dokter. Dan ini adalah buku yang wajib dimiliki oleh orang Papua,” ucap pemuda kelahiran Intan Jaya 15 Desember 1994 ini.

 Nunias mengatakan, anak-anak Papua secara umum hidup dalam lingkungan yang manja, seperti misalnya bisa ambil nasi di rumah dan ambil sayur di tetangga untuk makan. Hal inilah yang membuat anak-anak Papua kebanyakan manja dan tidak bisa melihat jauh tentang sesuatu yang ada di dalam diri mereka masing-masing.

 Yang paling menonjol saat ini adalah politik telah menutup mata anak-anak Papua sekarang tentang berdiri sendiri, apalagi laki-laki. Oleh karena itu, dalam bukunya berjudul “Pemimpin Papua Butuh Dokter”, Nunias mau menyampaikan bahwa anak-anak Papua sebenarnya pintar dan bisa mengejarkan sesuatu di luar batas kemampuan manusia.

“Anak-anak Papua itu pintar, tetapi rasa malasnya terlalu tinggi. Oleh karena itu, mereka harus mampu membendung rasa malas, sehingga bisa dapat melakukan sesuatu yang membuat orang lain akan heran dan bangga terhadap apa yang telah dilakukan tersebut,” ujarnya.

 Kini aktivitas Nunias adalah bergerak di dunia menulis dan menginspirasi anak-anak Papua, sehingga terus menulis bagi Papua. Selain itu, Nunias bercita-cita ingin membangun Yayasan di Papua bersama-sama dengan anak muda Papua lainnya di Papua. (*/wen) 

Novelis Asal Papua, Nunias Selegani ( FOTO: Yewen/Cepos)

Bincang-Bincang Dengan Novelis Asal Papua, Nunias Selegani

Memustuskan untuk berhenti kuliah ketika sudah berada pada semester 7, tetapi hal ini tidak memuat Nunias Selegani putus asa, tetapi dibalik hal tersebut memuat dirinya mampu menulis 8 buku yang berisi cerita novel dan kisah inspiratif tentang Papua. Seperti apa saja kisah Novelis asal Papua ini?

Laporan: Roberth Yewen

Banyak mahasiswa yang berada di kampus-kampus jika ditemui sudah berada pada semester 7, maka mereka akan berjuang lebih keras lagi untuk bisa meraih sarjana dan cita-cita mereka, sebab perjuangan dari semester 1 sampai semester 7 bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan proses perjuangan dan kerja keras tanpa pantang menyerah. Namun, hal ini berbeda dengan Nunias Selegani yang memilih berhenti kuliah ketika sudah berada di semester 7 di salah satu kampus ternama di Jogjakarta.

 Nunias berhenti dari perkuliahan karena menganggap jurusan yang diambil dari semester 1 sampai semester 7 itu teryata tidak sejalan dengan kehidupannya, sehingga dirinya memutuskan untuk berhenti kuliah dan memilih untuk menekuni diri di bidang menulis. Alhasil setelah berhenti kuliah, pemuda yang akrab di sapa Nunias ini berhasil menulis buku cerita novel, sehingga Nunias akrab disapa sebagai “Novelis Asal Papua”.

 Bagi Nunias menulis adalah bagian penting yang dibutuhkan oleh generasi Papua saat ini. Oleh karena itu, bukan masalah pendidikan, kesehatan, infranstruktur saja yang saat ini menjadi sorotan di Papua, tetapi mnulis juga adalah bagian yang akan menjadi sorotan kedepan. Apalagi tulisan adalah bagian dari pendidikan. Dengan adanya tulisan, maka seseorang dapat berjalan secara external di luar melalui media sosial (medsos) dan melalui buku.

Baca Juga :  Komitmen Atasi Penyebaran AIDS dan Hilangkan Stigma ODHIV

 “Yang saya kerjakan adalah buku, karena buku akan dibacakan oleh banyak orang, sehingga saya fokus menulis buku-buku novel dan buku-buku inspiratif,” katanya.

 Nunias sendiri mulai menulis sejak tahun 2018. Meskipun terhitung baru kurang lebih sebagai penulis, tetapi Nunias telah berhasil menulis kurang lebih 8 buku yang berisi novel dan kisah inspiratif. Misalnya buku novel romantis yang ditulis Nunias berjudul “Priskila Tentang Takut Kehilangan”, buku novel yang kedua, yaitu “Kekuatan Menunggu”. Dimana dalam novel ini bercerita mengenai kekuataan kepercayaan seorang laki-laki yang percaya bahwa perempuan yang sudah lama hilang akan kembali.

 Buku novel romantis sendiri ada dua yang di tulis oleh Nunias. Selain itu, ada juga buku inspiratif remaja berjudul “Kuliah atau Pacaran” yang di tulis oleh Nunias. Dalam buku Kuliah atau Pacaran ini mengulas tentang kisah mahasiswa yang kuliah sambil berpacaran. Apalagi kuliah atau pacaran ini sama-sama menyangkut masa depan, sehingga harus digali dengan baik-baik. Nunias juga buku kemanusiaan berjudul “Luka Yang Tertular”. Inilah yang akan dilaunching hari Kamis (20/2) di Jayapura. 

 Tidak hanya itu, ada juga buku berjudul “Genggam Bintang Di Langit Papua”,  “Pengacau Manusia Papua”, “Cape Pura-Pura Iklas, dan buku terakhir yang akan dilaunching pada bulan Maret 2020 mendatang, yaitu “Pemimpin Papua Butuh Dokter”.

Baca Juga :  Tak Gunakan Masker, Akan Ditindak Tegas

 “Setelah saya launching buku Luka Yang Tertular, baru saya akan launching buku Pemimpin Papua Butuh Dokter. Dan ini adalah buku yang wajib dimiliki oleh orang Papua,” ucap pemuda kelahiran Intan Jaya 15 Desember 1994 ini.

 Nunias mengatakan, anak-anak Papua secara umum hidup dalam lingkungan yang manja, seperti misalnya bisa ambil nasi di rumah dan ambil sayur di tetangga untuk makan. Hal inilah yang membuat anak-anak Papua kebanyakan manja dan tidak bisa melihat jauh tentang sesuatu yang ada di dalam diri mereka masing-masing.

 Yang paling menonjol saat ini adalah politik telah menutup mata anak-anak Papua sekarang tentang berdiri sendiri, apalagi laki-laki. Oleh karena itu, dalam bukunya berjudul “Pemimpin Papua Butuh Dokter”, Nunias mau menyampaikan bahwa anak-anak Papua sebenarnya pintar dan bisa mengejarkan sesuatu di luar batas kemampuan manusia.

“Anak-anak Papua itu pintar, tetapi rasa malasnya terlalu tinggi. Oleh karena itu, mereka harus mampu membendung rasa malas, sehingga bisa dapat melakukan sesuatu yang membuat orang lain akan heran dan bangga terhadap apa yang telah dilakukan tersebut,” ujarnya.

 Kini aktivitas Nunias adalah bergerak di dunia menulis dan menginspirasi anak-anak Papua, sehingga terus menulis bagi Papua. Selain itu, Nunias bercita-cita ingin membangun Yayasan di Papua bersama-sama dengan anak muda Papua lainnya di Papua. (*/wen) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya