Wednesday, April 24, 2024
32.7 C
Jayapura

DOB Harus Dilihat dari Aspek Positif

JAYAPURA-Ketua Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah,  Ustad Ismail Asso mengimbau kepada seluruh mayarakat Papua agar melihat pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) dari aspek yang positif. Terkait dengan DOB dirinya meminta kepada Polda Papua agar dapat menyikapi pro dan kontra ini dengan bijak.

   Lalu kepada para tokoh-tokoh agama agar dapat mempercayai bahwa negara tidak akan pernah bermaksud untuk membunuh, merugikan dan juga untuk meniadakan rakyat Papua. “Negara hadir untuk melindungi seluruh rakyat dari Sabang sampai dengan Merauke. Tujuan dari daerah otonomi baru yaitu dalam rangka menjaga, melindungi dan meningkatkan keamanan, kesejahteraan masyarakat Papua secara merata dan adil,” ucap Ismail Asso, Rabu (16/3).

   Ustad Ismail Asso menambahkan bahwa harus diakui sejak Papua masuk di NKRI pemerintah sudah melakukan banyak progres dengan melakukan pembagunan salah satunya yaitu dengan DOB ini, yang mana kita harus melihatnya dari aspek yang positif.

   “Pro kontra memang ada tetapi disini negara hadir untuk melindungi serta meningkatkan kesejahteraan, keamanan dan perlindungan kepada masyarakat Papua. DOB ini hadir dalam rangka menciptakan pembangunan yang lebih baik lagi di tanah Papua. Oleh sebab itu, kita menyikapinya dengan positif dan kita ambil manfaat dari dilaksanaanya DOB tersebut,” tambahnya.

   Ia pun berpesan kepada para tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama dan intelektual agar dapat menjaga ketentraman dan situasi yang tetap kondusif sehingga tidak terjadi bentrok yang dapat merugikan semua.

Baca Juga :  Aliran Kali Acai Dangkal dan Tersumbat Sampah

   “Seluruh tokoh dan aktivis yang ada di Papua untuk bersama-sama menjaga keamanan sehingga terciptanya keamanan dan kedamaian di Tanah Papua. Ia juga menyinggung soal penggunaan media sosial agar digunakan dengan benar. Jangan justru digunakan untuk memprovokasi dan akhirnya lahir keributan baru.

   “Ini yang harus dihindari dalam berdemokrasi. Demokrasi yaitu kebebasan tetapi yang dilakukan secara terukur yang mana bisa semua tetap merasa aman dan bukan sebaliknya,” imbuhnya.

   Sementara satu akademisi Uncen, Marinus Yaung juga sependapat. Jangan karena demokrasi yang kebabalasan akhirnya terjadi pemaksaan kehendak hingga akhirnya ada jatuh korban. Papua tetap harus dirawat agar  memberi berkat bagi sesama.

Marinus Yaung

Yaung mengajak seluruh tokoh, pejabat serta elit di Papua untuk bersama-sama menjaga dan menciptakan Papua aman dan kondusif. Yang perlu dipikirkan para pejabat dan elite politik adalah bagaimana mempersiapkan masa depan Papua dari sekarang, terutama menghadapi bonus demokrasi di tahun 2030. Ia mewanti bahwa masa depan Papua tidak bisa disiapkan dalam keadaan instabilitas politik dan keamanan.

    “Masa depan Papua tidak bisa disiapkan dan dibentuk dalam keadaan konflik dan kekerasan. Karenanya para elit perlu menjaga narasi-narasi di ruang publik, jangan suka memunculkan narasi-narasi konflik, narasi kekerasan, narasi anti kemanusiaan dan narasi yang hanya melahirkan konflik baru.”tuturnya.

Baca Juga :  Uncen Kampus Biak Bersama LMA dan Dewan Adat Byak Gelar Public Lecture

   “Jangan sampai kita kehilangan waktu mempersiapkan masa depan Papua, sebab saya khawatir jika tidak berpikir ke depan maka bonus demografi itu akan menjadi bencana bagi generasi muda Papua itu sendiri,” imbuhnya.

   Pada situasi ini,  ia meminta semua bijaksana dalam menyikapinya dan tidak membangun narasi kekerasan, kebencian dan permusuhan di ruang publik termasuk menyebarkan foto-foto tentang kekerasan dan korban-korban di Papua,” kata  Dosen FISIP Uncen ini.

   Untuk kasus Yahukimo, dirinya melihat justru para elit ikut terlibat memviralkan tubuh korban yang tertembak. Ini menurutnya sudah harus dihentikan, karena hanya akan membangun dendam dan kebencian serta permusuhan sesama anak bangsa.

  “Menjelang paskah tahun ini, saya berharap ada kesadaran bersama dari setiap tokoh-tokoh dan elit politik baik itu tokoh sipil serta tokoh militer,” sambungnya.

   Iapun menutup bahwa konflik baik untuk membentuk peradaban yang lebih baik lagi ke depan. Namun konflik juga bisa menjadi bencana ketika keliru menyikapinya. “Semua punya peran bertanggung jawab menciptakan kedamaian di atas tanah ini,” imbuhnya. (ade/tri)

JAYAPURA-Ketua Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah,  Ustad Ismail Asso mengimbau kepada seluruh mayarakat Papua agar melihat pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) dari aspek yang positif. Terkait dengan DOB dirinya meminta kepada Polda Papua agar dapat menyikapi pro dan kontra ini dengan bijak.

   Lalu kepada para tokoh-tokoh agama agar dapat mempercayai bahwa negara tidak akan pernah bermaksud untuk membunuh, merugikan dan juga untuk meniadakan rakyat Papua. “Negara hadir untuk melindungi seluruh rakyat dari Sabang sampai dengan Merauke. Tujuan dari daerah otonomi baru yaitu dalam rangka menjaga, melindungi dan meningkatkan keamanan, kesejahteraan masyarakat Papua secara merata dan adil,” ucap Ismail Asso, Rabu (16/3).

   Ustad Ismail Asso menambahkan bahwa harus diakui sejak Papua masuk di NKRI pemerintah sudah melakukan banyak progres dengan melakukan pembagunan salah satunya yaitu dengan DOB ini, yang mana kita harus melihatnya dari aspek yang positif.

   “Pro kontra memang ada tetapi disini negara hadir untuk melindungi serta meningkatkan kesejahteraan, keamanan dan perlindungan kepada masyarakat Papua. DOB ini hadir dalam rangka menciptakan pembangunan yang lebih baik lagi di tanah Papua. Oleh sebab itu, kita menyikapinya dengan positif dan kita ambil manfaat dari dilaksanaanya DOB tersebut,” tambahnya.

   Ia pun berpesan kepada para tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama dan intelektual agar dapat menjaga ketentraman dan situasi yang tetap kondusif sehingga tidak terjadi bentrok yang dapat merugikan semua.

Baca Juga :  Tiga Tersangka Kasus Pencurian Diserahkan ke Kejaksaan

   “Seluruh tokoh dan aktivis yang ada di Papua untuk bersama-sama menjaga keamanan sehingga terciptanya keamanan dan kedamaian di Tanah Papua. Ia juga menyinggung soal penggunaan media sosial agar digunakan dengan benar. Jangan justru digunakan untuk memprovokasi dan akhirnya lahir keributan baru.

   “Ini yang harus dihindari dalam berdemokrasi. Demokrasi yaitu kebebasan tetapi yang dilakukan secara terukur yang mana bisa semua tetap merasa aman dan bukan sebaliknya,” imbuhnya.

   Sementara satu akademisi Uncen, Marinus Yaung juga sependapat. Jangan karena demokrasi yang kebabalasan akhirnya terjadi pemaksaan kehendak hingga akhirnya ada jatuh korban. Papua tetap harus dirawat agar  memberi berkat bagi sesama.

Marinus Yaung

Yaung mengajak seluruh tokoh, pejabat serta elit di Papua untuk bersama-sama menjaga dan menciptakan Papua aman dan kondusif. Yang perlu dipikirkan para pejabat dan elite politik adalah bagaimana mempersiapkan masa depan Papua dari sekarang, terutama menghadapi bonus demokrasi di tahun 2030. Ia mewanti bahwa masa depan Papua tidak bisa disiapkan dalam keadaan instabilitas politik dan keamanan.

    “Masa depan Papua tidak bisa disiapkan dan dibentuk dalam keadaan konflik dan kekerasan. Karenanya para elit perlu menjaga narasi-narasi di ruang publik, jangan suka memunculkan narasi-narasi konflik, narasi kekerasan, narasi anti kemanusiaan dan narasi yang hanya melahirkan konflik baru.”tuturnya.

Baca Juga :  Forum Pemuda Tabi Bersatu Siap Gelar Long March Dukungan Otsus dan DOB

   “Jangan sampai kita kehilangan waktu mempersiapkan masa depan Papua, sebab saya khawatir jika tidak berpikir ke depan maka bonus demografi itu akan menjadi bencana bagi generasi muda Papua itu sendiri,” imbuhnya.

   Pada situasi ini,  ia meminta semua bijaksana dalam menyikapinya dan tidak membangun narasi kekerasan, kebencian dan permusuhan di ruang publik termasuk menyebarkan foto-foto tentang kekerasan dan korban-korban di Papua,” kata  Dosen FISIP Uncen ini.

   Untuk kasus Yahukimo, dirinya melihat justru para elit ikut terlibat memviralkan tubuh korban yang tertembak. Ini menurutnya sudah harus dihentikan, karena hanya akan membangun dendam dan kebencian serta permusuhan sesama anak bangsa.

  “Menjelang paskah tahun ini, saya berharap ada kesadaran bersama dari setiap tokoh-tokoh dan elit politik baik itu tokoh sipil serta tokoh militer,” sambungnya.

   Iapun menutup bahwa konflik baik untuk membentuk peradaban yang lebih baik lagi ke depan. Namun konflik juga bisa menjadi bencana ketika keliru menyikapinya. “Semua punya peran bertanggung jawab menciptakan kedamaian di atas tanah ini,” imbuhnya. (ade/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya