Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Lebih Penting Mengaji dari Pada Main HP

NGAJI JALANAN – Suasana mengaji jalanan atau Ngaji On The Street (Ngaos) yang dilakukan komunitas Odoj Jayapura di Taman Trisila, Entrop, Ahad (12/5) pekan kemarin. Al Quran bisa dibaca selama lokasinya bersih dan bebas dari najis. (Odoj For Cepos)

Melihat Pengajian Jalanan Ala One Day One Juz di Jayapura 

Mencari berkah dan rahmat Allah SWT banyak cara yang bisa dilakukan dan salah satunya adalah Ngaji On The Street (Ngaos)  yang dilakukan komunitas ODOJ Jayapura.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Hanya dengan modal beberapa lembar terpal, tanah yang sedikit lapang dan tak terlalu terik dengan suasana yang tak terlalu berisik, menjadi modal pertama untuk bisa menggelar pengajian jalanan. Disebut pengajian jalanan karena lokasi untuk mengaji tak harus di tempat tertutup tetapi lebih sering ditempat terbuka dan tempat berkumpul  warga. Ini dilakukan sebagai bentuk mengingatkan umat Islam bahwa beribadah bisa dimana saja selama tempat yang dipakai bersih dan bebas dari najis. 

 Odoj sendiri kepanjangan dari One Day One Juz yang bisa diartikan  setiap harinya sebisa mungkin ada 1 juz dalam Al Quran yang dibaca atau dikhatamkan. Odoj merupakan salah satu komunitas pemuda di Jayapura yang terus membumikan Al Quran dimana saja. Mereka juga mencoba mematahkan anggapan bahwa mengaji harus selalu dilakukan di masjid ataupun di rumah. Ngaos umumnya dilaksanakan ditempat terbuka kemudian peserta Ngaos akan dibagikan juz 1 hingga sampai juz  30. Jika jumlah peserta yang hadir berjumlah 30 maka genaplah Ngaos saat itu.

 Waktu yang diberikan adalah 1 jam untuk mengkhatamkan Al Qur’an 30 juz. “Alhamdulillah ini kali ke sembilan yang dilakukan pengurus DPA Kota Jayapura. Biasanya kami lakukan di bulan-bulan biasa tapi kali ini di bulan Ramadhan,” kata Nurhasna, S.Pd.I ketua Panpel ODOJ Semarak Ramadhan (OSR) 2019 usai menggelar Ngaos di Taman Trisila,  Ahad (12/5) pekan kemarin.

Baca Juga :  Sentuhan Kemanusiaan di Daerah Konflik juga Salah Satu Implementasi Nilai Pancasila

 Meski dilakukan dipinggir jalan, namun pengajian tetap hikmad dilakukan hingga tuntas. Bahkan diakhir  acara ada tausiyah tentangb bagaimana bisa selalu istiqomah dengan Al Quran dan bisa menghafalkan serta mengamalkannya. 

 “Materi ini langsung di sampaikan oleh Ustadz Abdul Mukti yang datang jauh-jauh dari Jakarta dan alhamdulillah kegiatan  ini tak hanya didominasi kaum milenial tetapi juga emak-emak dan itu sangat spesial,” katanya.

 Kata Nurhasna selama ini banyak kaum milenial yang terjebak dengan HP (Hand Phone). Banyak waktu digunakan untuk menatap HP sedangkan Al Quran hampir dilupakan. Nah Odoj dengan program Ngaosnya ini  ingin mengubah pola pikir kaum milenial yang saat dominan bermain HP. 

“Kalau bermain HP bisa berjam-jam mengapa mengaji tidak bisa?,” katanya. 

  Ngaos kata Nur juga membuktikan bahwa dimanapun berada selama masih di Bumi Allah dan bebas dari najis maka disitu adalah tempat yang bisa digunakan untuk mendapatkan kebaikan apalagi membaca Al qur’an. 

 Para peserta juga hadir dengan berwudhu lebih dulu di masjid terdekat. “Mengaji di Masjid itu baik akan tetapi mengaji di tempat umum itu yg luar biasa karena syi’ar Al Qur’an bukan hanya dimasjid atau rumah saja. Poinnya jangan malu atau minder jika ingin mengaji,” tambahnya.  Ngaos juga menjelaskan soal amalan  mengaji bulan puasa yang sangat banyak. Seperti dijelaskan dalam hadist, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi]

Baca Juga :  Macet, Truk Kontainer Diminta Taati Jam Oprasi

Disinggung tak khawatir dianggap riya atau pamer oleh masyarakat sekitar? Nur menjelaskan bahwa terkadang ada yang mengupload  fotonya pas lagi Umroh. Lalu ada yang bilang dalam hati itu pamer  karena ibadah umroh itu bukan buat dipublish, lalu orang lagi ngaji di kendaraan umum dan ada yang mengatakan mengapa tidak mengaji di rumah saja, ada juga yang jalan-jalan ke Eropa kemudian ditanggapi sayang sekali uangnya, mending diinfakkan. Bahkan ada juga yang memposting konten dan caption dakwah di sosmed selanjutnya direspon sok alim. 

 “Nah pernahkah kita berpikiran seperti itu. Ini sebenarnya mereka yang riya atau justru kita yang Hasad atau iri, dengki?,” sindir Nur.

  “Setiap isi hati seseorang tak ada yang tahu selain Allah. Bahkan seorang Malaikat pencatat amal kebaikan saja tidak bisa mengetahui niat dalam hati seseorang itu. Mau ikhlas atau belum, tetaplah dicatat sebagai amal kebaikan. Biarlah amal ibadah itu jadi urusan orang tersebut dengan Allah,” tegas Nur.

 Begitu juga dengan respon warga sekitar yang kadang menjadikan Taman Trisila sebagai tempat berkumpul maupun tempat berpacaran. Dari kegiatan Ngaos ini tak sedikit pedagang yang merasa senang karena taman yang tak jauh dari tempat berjualan justru digunakan untuk beribadah.(***)

NGAJI JALANAN – Suasana mengaji jalanan atau Ngaji On The Street (Ngaos) yang dilakukan komunitas Odoj Jayapura di Taman Trisila, Entrop, Ahad (12/5) pekan kemarin. Al Quran bisa dibaca selama lokasinya bersih dan bebas dari najis. (Odoj For Cepos)

Melihat Pengajian Jalanan Ala One Day One Juz di Jayapura 

Mencari berkah dan rahmat Allah SWT banyak cara yang bisa dilakukan dan salah satunya adalah Ngaji On The Street (Ngaos)  yang dilakukan komunitas ODOJ Jayapura.

Laporan : Abdel Gamel Naser – Jayapura 

Hanya dengan modal beberapa lembar terpal, tanah yang sedikit lapang dan tak terlalu terik dengan suasana yang tak terlalu berisik, menjadi modal pertama untuk bisa menggelar pengajian jalanan. Disebut pengajian jalanan karena lokasi untuk mengaji tak harus di tempat tertutup tetapi lebih sering ditempat terbuka dan tempat berkumpul  warga. Ini dilakukan sebagai bentuk mengingatkan umat Islam bahwa beribadah bisa dimana saja selama tempat yang dipakai bersih dan bebas dari najis. 

 Odoj sendiri kepanjangan dari One Day One Juz yang bisa diartikan  setiap harinya sebisa mungkin ada 1 juz dalam Al Quran yang dibaca atau dikhatamkan. Odoj merupakan salah satu komunitas pemuda di Jayapura yang terus membumikan Al Quran dimana saja. Mereka juga mencoba mematahkan anggapan bahwa mengaji harus selalu dilakukan di masjid ataupun di rumah. Ngaos umumnya dilaksanakan ditempat terbuka kemudian peserta Ngaos akan dibagikan juz 1 hingga sampai juz  30. Jika jumlah peserta yang hadir berjumlah 30 maka genaplah Ngaos saat itu.

 Waktu yang diberikan adalah 1 jam untuk mengkhatamkan Al Qur’an 30 juz. “Alhamdulillah ini kali ke sembilan yang dilakukan pengurus DPA Kota Jayapura. Biasanya kami lakukan di bulan-bulan biasa tapi kali ini di bulan Ramadhan,” kata Nurhasna, S.Pd.I ketua Panpel ODOJ Semarak Ramadhan (OSR) 2019 usai menggelar Ngaos di Taman Trisila,  Ahad (12/5) pekan kemarin.

Baca Juga :  Alumni SMA Gabungan Jayapura 1988 Berbagi Kasih di Kampung Tabati

 Meski dilakukan dipinggir jalan, namun pengajian tetap hikmad dilakukan hingga tuntas. Bahkan diakhir  acara ada tausiyah tentangb bagaimana bisa selalu istiqomah dengan Al Quran dan bisa menghafalkan serta mengamalkannya. 

 “Materi ini langsung di sampaikan oleh Ustadz Abdul Mukti yang datang jauh-jauh dari Jakarta dan alhamdulillah kegiatan  ini tak hanya didominasi kaum milenial tetapi juga emak-emak dan itu sangat spesial,” katanya.

 Kata Nurhasna selama ini banyak kaum milenial yang terjebak dengan HP (Hand Phone). Banyak waktu digunakan untuk menatap HP sedangkan Al Quran hampir dilupakan. Nah Odoj dengan program Ngaosnya ini  ingin mengubah pola pikir kaum milenial yang saat dominan bermain HP. 

“Kalau bermain HP bisa berjam-jam mengapa mengaji tidak bisa?,” katanya. 

  Ngaos kata Nur juga membuktikan bahwa dimanapun berada selama masih di Bumi Allah dan bebas dari najis maka disitu adalah tempat yang bisa digunakan untuk mendapatkan kebaikan apalagi membaca Al qur’an. 

 Para peserta juga hadir dengan berwudhu lebih dulu di masjid terdekat. “Mengaji di Masjid itu baik akan tetapi mengaji di tempat umum itu yg luar biasa karena syi’ar Al Qur’an bukan hanya dimasjid atau rumah saja. Poinnya jangan malu atau minder jika ingin mengaji,” tambahnya.  Ngaos juga menjelaskan soal amalan  mengaji bulan puasa yang sangat banyak. Seperti dijelaskan dalam hadist, “Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR. At-Tirmidzi]

Baca Juga :  Macet, Truk Kontainer Diminta Taati Jam Oprasi

Disinggung tak khawatir dianggap riya atau pamer oleh masyarakat sekitar? Nur menjelaskan bahwa terkadang ada yang mengupload  fotonya pas lagi Umroh. Lalu ada yang bilang dalam hati itu pamer  karena ibadah umroh itu bukan buat dipublish, lalu orang lagi ngaji di kendaraan umum dan ada yang mengatakan mengapa tidak mengaji di rumah saja, ada juga yang jalan-jalan ke Eropa kemudian ditanggapi sayang sekali uangnya, mending diinfakkan. Bahkan ada juga yang memposting konten dan caption dakwah di sosmed selanjutnya direspon sok alim. 

 “Nah pernahkah kita berpikiran seperti itu. Ini sebenarnya mereka yang riya atau justru kita yang Hasad atau iri, dengki?,” sindir Nur.

  “Setiap isi hati seseorang tak ada yang tahu selain Allah. Bahkan seorang Malaikat pencatat amal kebaikan saja tidak bisa mengetahui niat dalam hati seseorang itu. Mau ikhlas atau belum, tetaplah dicatat sebagai amal kebaikan. Biarlah amal ibadah itu jadi urusan orang tersebut dengan Allah,” tegas Nur.

 Begitu juga dengan respon warga sekitar yang kadang menjadikan Taman Trisila sebagai tempat berkumpul maupun tempat berpacaran. Dari kegiatan Ngaos ini tak sedikit pedagang yang merasa senang karena taman yang tak jauh dari tempat berjualan justru digunakan untuk beribadah.(***)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya