Tuesday, April 15, 2025
25.7 C
Jayapura

Pantai Holtekamp Jadi Tempat Wisata Paling Kotor di Jayapura

JAYAPURA– Potensi sektor pariwisata di Kota Jayapura hingga kini masih menjanjikan. Hanya sayangnya belum ada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tergarap signifikan dari sektor ini. Selain itu lokasi wisata juga belum 100 persen memberikan kenyamanan. Adanya retribusi yang muncul secara mendadak dan juga persoalan sampah yang tak selesai-selesai.

   Dan satu lokasi yang paling banyak dihujani sampah adalah Pantai Holtekamp. Disini sampah seakan tak habis-habisnya.Jika hari ini dibersihkan maka dipastikan beberapa hari ke depan sepanjang bibir pantai akan kembali di penuhi sampah. Selalu seperti itu.

  “Dari hasil grebek sampah yang kesekian kalinya ternyata pantai ini memang sangat kotor. Bersih sedikit besoknya langsung kotor. Begitu terus,” kata Rahmatullah, Koodinator Rumah Bakau Jayapura usai kegiatan, Sabtu (12/4).

Baca Juga :  Pj Wali Kota: Data Harus Akurat, Jangan Dibuat-buat! 

  Ia menyampaikan dari kegiatan pembersihan tadi ia dan tim berhasil mengumpulkan sebanyak 42 kantong sampah dengan berat 548 Kg. “Tapi jumlah ini diperoleh dengan jarak hanya sekitar 200 meter. Memang sampahnya banyak sekali, mungkin karena air naik sampai ke bibir pantai,” imbuhnya.

  Selain itu hal lain yang dianggap tidak nyaman adalah muncul retribusi – retribusi dadakan. “Ini juga yang akhirnya membuat kami malas untuk masuk ke teluk (Teluk Yotefa), belum apa-apa sudah dimintai uang. Tadi kami hanya sejenak berhenti dan parkir di pinggir jalan dan saat mau jalan eh dimintai uang satu motor Rp 5 ribu,” beber Rahmatullah.

  “Sebenarnya bukan soang berapa yang dibayarkan selama jika itu masuk ke PAD. Tapi terkesan seperti pungutan lian. Kami berfikir jangan-jangan mereka juga yang bangun jalan hingga kami bisa berada sampai disini,” singgungnya.

Baca Juga :  Pasca Libur Lebaran, Pelayanan Publik  Pemprov Papua Kembali Normal 

   Ia berharap hal-hal ini bisa ditertibkan atau diatur sehingga tidak menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi pengunjung. “Kalau pajaknya atau retribusinya jelas tentu kami tidak masalah, asal jangan dibuat seolah-olah ini pungli apalagi seperti kena palak. Sangat tidak nyaman dan bisa – bisa pengunjung akhirnya malas juga datang,” tutupnya. (ade/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

JAYAPURA– Potensi sektor pariwisata di Kota Jayapura hingga kini masih menjanjikan. Hanya sayangnya belum ada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tergarap signifikan dari sektor ini. Selain itu lokasi wisata juga belum 100 persen memberikan kenyamanan. Adanya retribusi yang muncul secara mendadak dan juga persoalan sampah yang tak selesai-selesai.

   Dan satu lokasi yang paling banyak dihujani sampah adalah Pantai Holtekamp. Disini sampah seakan tak habis-habisnya.Jika hari ini dibersihkan maka dipastikan beberapa hari ke depan sepanjang bibir pantai akan kembali di penuhi sampah. Selalu seperti itu.

  “Dari hasil grebek sampah yang kesekian kalinya ternyata pantai ini memang sangat kotor. Bersih sedikit besoknya langsung kotor. Begitu terus,” kata Rahmatullah, Koodinator Rumah Bakau Jayapura usai kegiatan, Sabtu (12/4).

Baca Juga :  Akan Terus Kawal Regulasi yang Telah Dijalankan

  Ia menyampaikan dari kegiatan pembersihan tadi ia dan tim berhasil mengumpulkan sebanyak 42 kantong sampah dengan berat 548 Kg. “Tapi jumlah ini diperoleh dengan jarak hanya sekitar 200 meter. Memang sampahnya banyak sekali, mungkin karena air naik sampai ke bibir pantai,” imbuhnya.

  Selain itu hal lain yang dianggap tidak nyaman adalah muncul retribusi – retribusi dadakan. “Ini juga yang akhirnya membuat kami malas untuk masuk ke teluk (Teluk Yotefa), belum apa-apa sudah dimintai uang. Tadi kami hanya sejenak berhenti dan parkir di pinggir jalan dan saat mau jalan eh dimintai uang satu motor Rp 5 ribu,” beber Rahmatullah.

  “Sebenarnya bukan soang berapa yang dibayarkan selama jika itu masuk ke PAD. Tapi terkesan seperti pungutan lian. Kami berfikir jangan-jangan mereka juga yang bangun jalan hingga kami bisa berada sampai disini,” singgungnya.

Baca Juga :  600 Orang Mengungsi, Korban Banjir Lainnya Bertahan

   Ia berharap hal-hal ini bisa ditertibkan atau diatur sehingga tidak menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi pengunjung. “Kalau pajaknya atau retribusinya jelas tentu kami tidak masalah, asal jangan dibuat seolah-olah ini pungli apalagi seperti kena palak. Sangat tidak nyaman dan bisa – bisa pengunjung akhirnya malas juga datang,” tutupnya. (ade/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/