Penduduk Terlalu Padat, Peran Orang Tua Kurang Dalam Memantau Perkembangan Anak
JAYAPURA– Masalah stunting di Kota Jayapura menjadi salah satu perhatian serius dari pemerintah kota Jayapura melalui dinas kesehatan dan juga beberapa stakeholder terkait. Sampai saat ini dari data Dinas Kesehatan Kota Jayapura, angka stunting di kota Jayapura sudah mencapai 2000-an kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Ni Nyoman Sri Antari mengatakan, dari data jumlah tersebut, yang paling banyak itu berada di Kelurahan Gurabesi, hanya saja dia tidak merincikan berapa banyak anak-anak stunting di wilayah tersebut.
“Terbanyak itu ada di Gurabesi, terlalu padat penduduknya di situ dan saya melihat peran orang tua itu kurang,” kata Ni Nyoman Sri Antari, Senin (4/8) kemarin.
Diakuinya, angka stunting di kota Jayapura masih cukup tinggi di tahun 2024 ini. Karena itu pihaknya, meminta masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam upaya untuk mengentaskan stunting di kota Jayapura.
“Stunting itu tidak bisa dikerjakan hanya oleh dinas kesehatan, atau orang-orang di puskesmas. Pertama mereka yang punya anak dulu harus punya kesadaran bahwa anak itu adalah titipan Tuhan, dan dia harus berikan penghidupan yang baik,”ujarnya.
Lanjut dia, sebenarnya ada opsi lain yang bisa dilakukan oleh masyarakat tetapi itu bukan menjadi pilihan utama. Misalnya apabila ada keluarga atau masyarakat tidak mampu untuk menangani anak-anak stunting di masing-masing keluarga sebenarnya bisa meminta bantuan dari Dinas Sosial Kota Jayapura.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah dibawa ke Posyandu untuk ditimbang, diukur supaya kalau memang yang bersangkutan masuk dalam kategori stunting supaya pemerintah melakukan intervensi untuk memberikan makanan tambahan.
“Kemudian peran orang tua juga harus cukup karena tidak mungkin kita berikan setiap hari makanan, jadi tiga kali makan dalam sehari itu dua kalinya diberikan oleh keluarga,” katanya.
Untuk mengentaskan angka stunting ini juga Dinas Kesehatan Kota Jayapura juga telah memberdayakan kader-kader namun itu belum maksimal. Karena dari seribuan kader yang ada baru ada 300-an yang sudah terlatih.
“Kita punya kader juga untuk mengukur itu apalagi alatnya canggih sekarang. Alatnya itu sudah menggunakan antropometri, kita sudah latih, cuman belum semua atau seribu kader itu sudah kita latih baru sekitar 300-an. Keakuratan atau ketepatan membaca itu juga mempengaruhi bahwa anak ini stunting atau tidak,”tambahnya.(roy/wen)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos