Friday, April 26, 2024
27.7 C
Jayapura

Pemilik Adat Ciberi Bantah Ada Pungli

Yosias Hamadi (kiri) saat bertandang di Kantor Cenderawasih Pos, Selasa (5/11) kemarin. (FOTO: Priyadi/Cepos)

Yosias: Kami Sudah Koordinsikan dengan Dinas Pariwisata, AkanDibuatkan Retribusi 

JAYAPURA -Tokoh adat pemilik tempat wisata Ciberi Pdt Yosias Hamadi  membantah bahwa pihaknya melakukan Pungli terhadap kendaraan yang melewati daerahnya. Dia menegaskan penarikan tersebut bukan Pungli, dimana masyarakat yang ingin masuk ke tempat lokasi Ciberi melewati tempatnya ditarik uang parkir untuk jaga keamanan dan kebersihan. 

  Dia menjelaskan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kota Jayapura nantinya akan dibuatkan karcis retribusi bahkan tarif masuk bisa turun seperti kendaraan mobil masuk Rp 15 ribu, bus Rp 20 ribu dan motor Rp 5 ribu, tapi untuk saat ini masih dengan tarif Rp 20 ribu untuk mobil Rp 10 ribu untuk motor. 

Baca Juga :  Poksus DPRP Dorong Pemetaan Wilayah Budaya di Tanah Papua

  “Melalui pemberitaan itu, saya menjadi malu karena dianggap Pungli, saya adalah pendeta tidak mungkin melakukan ini, saya harap media jika mau menulis harus lakukan kroscek terlebih dahulu karena sebagai pemilik wilayah adat di sana ini suatu penghinaan bagi saya ada kata Pungli,”tegas Yosias yang juga sebagai Bamuskam di Kampung Enggros.

  Yosias juga menegaskan, dimana saja masyarakat jika ingin ke obyek wisata tidak mungkin digratiskan, pastinya harus bayar apakah itu tiket masuk, parkiran, sewa tempat atau lainnya, karena hal ini untuk menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan pengunjung. Sehingga masyarakat juga harus tahu itu, karena pihaknya sudah sediakan tempat, keamanan serta kenyamanan bagi pengunjung.

Baca Juga :  Pergub dan Surat Edaran Tak Bisa Batasi Rakyat

 Adapun yang tarik di jalan menuju obyek wisata Ciberi tak lain juga masyarakat di sana, dan ada toleransi bagi masyarakat Tobati, Enggros, Nafri, Skouw, maupun masyarakat adat lainnya jika mau ke sana pihaknya kenal juga tidak bayar alias gratis, hal ini tentu bukan semata-mata pihaknya mencari uang saja, tapi untuk kekerabatan juga sebagai orang asli papua.(dil/wen)

Yosias Hamadi (kiri) saat bertandang di Kantor Cenderawasih Pos, Selasa (5/11) kemarin. (FOTO: Priyadi/Cepos)

Yosias: Kami Sudah Koordinsikan dengan Dinas Pariwisata, AkanDibuatkan Retribusi 

JAYAPURA -Tokoh adat pemilik tempat wisata Ciberi Pdt Yosias Hamadi  membantah bahwa pihaknya melakukan Pungli terhadap kendaraan yang melewati daerahnya. Dia menegaskan penarikan tersebut bukan Pungli, dimana masyarakat yang ingin masuk ke tempat lokasi Ciberi melewati tempatnya ditarik uang parkir untuk jaga keamanan dan kebersihan. 

  Dia menjelaskan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kota Jayapura nantinya akan dibuatkan karcis retribusi bahkan tarif masuk bisa turun seperti kendaraan mobil masuk Rp 15 ribu, bus Rp 20 ribu dan motor Rp 5 ribu, tapi untuk saat ini masih dengan tarif Rp 20 ribu untuk mobil Rp 10 ribu untuk motor. 

Baca Juga :  Sampah Plastik Picu Luapan Banjir

  “Melalui pemberitaan itu, saya menjadi malu karena dianggap Pungli, saya adalah pendeta tidak mungkin melakukan ini, saya harap media jika mau menulis harus lakukan kroscek terlebih dahulu karena sebagai pemilik wilayah adat di sana ini suatu penghinaan bagi saya ada kata Pungli,”tegas Yosias yang juga sebagai Bamuskam di Kampung Enggros.

  Yosias juga menegaskan, dimana saja masyarakat jika ingin ke obyek wisata tidak mungkin digratiskan, pastinya harus bayar apakah itu tiket masuk, parkiran, sewa tempat atau lainnya, karena hal ini untuk menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan pengunjung. Sehingga masyarakat juga harus tahu itu, karena pihaknya sudah sediakan tempat, keamanan serta kenyamanan bagi pengunjung.

Baca Juga :  Pergub dan Surat Edaran Tak Bisa Batasi Rakyat

 Adapun yang tarik di jalan menuju obyek wisata Ciberi tak lain juga masyarakat di sana, dan ada toleransi bagi masyarakat Tobati, Enggros, Nafri, Skouw, maupun masyarakat adat lainnya jika mau ke sana pihaknya kenal juga tidak bayar alias gratis, hal ini tentu bukan semata-mata pihaknya mencari uang saja, tapi untuk kekerabatan juga sebagai orang asli papua.(dil/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya