Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Lapak Dibongkar, PKL Minta Harus Ada Solusi

JAYAPURA-Pembongkaran lapak atau tenda jualan milik pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Baru Youtefa oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jayapura dinilai tanpa memberikan solusi bagi mereka. Sejatinya sebagian PKL di dalam pasar tidak keberatan dengan penertiban itu, hanya saja perlu ada pengaturan yang baik dan ada solusi yang tepat dari pemerintah. Karena selain berdagang, mereka juga tetap membayar pajak.

“Soal penertiban ini sebenarnya kami tidak keberatan, hanya saja kami minta supaya tenda kami jangan dibongkar, karena itu hanya melindungi jualan saja,” kata Firda salah satu PKL saat berbicara kepada Ccenderwasih Pos, Rabu (6/9).

Dia menerangkan, dari pemerintah mengarahkan para PKL di luar area gedung Pasar Mama Papua untuk berjualan di dalam Pasar Baru Youtefa. Tapi kata dia, tempat jualan di dalam gedung itu hanya disiapkan khusus untuk pedagang orang asli Papua. Bahkan kalaupun dipaksakan berjualan di dalam gedung, kondisinya tidak representatif, karena setiap hujan turun pasti banjir dan ada kebocoran dari bagian atap bangunan itu.

Baca Juga :  Akhirnya, 13 Kepala Kampung Dilantik Serentak

“Di dalam itu kalau hujan dia banjir, kemudian untuk menempati tempat jualan di dalam bangunan pasar, itu hanya diperuntukaan bagi pedagang orang asli Papua. Itu khusus putra daerah, setiap petaknya itu sudah ada orangnya. Jadi kita bingung mau jualan di mana,” katanya lagi

Sementara salah satu pedangang Mama Papua, Linda Wanino mengakui, lapak jualan di dalam pasar yang diberi nama Pasar Mama Papua itu, sangat tidak layak digunakan. Dimana setiap pedagang hanya dibatasi dengan garis dan ukuranya sangat sangat kecil untuk ditempati.

“Di dalam itu memang pasar mama Papua, tapi kami tidak bisa menghuni di. dalam, karena kotaknya kecil. Mama Papua itu dia punya jualan satu pikap, satu manusia. Mau jualan di dalam tidak muat,” ujarnya.

Masalah lain, di. dalam bangunan pasar Mama Papua itu juga saat ini sudah ditempati oleh pedagang lain yang bukan Mama Papua. Bahkan mereka membangun tempat hunian kecil seperti kos dan tempat untuk berjualan. Sementara tempat itu semestinya hanya untuk pedagang.

Baca Juga :  Sebanya 5.000-an Maba Uncen Jayapura Ikut Kuliah Umum

“Bos-bos kecil ada di dalam situ, mereka ada bangun kios, tempat tidur, tempat karaoke, miras segala macam. Baru istri anak juga semua di sini. Kami tidak mengerti apakah itu tempat tinggal atau tempat jualan (mama Papua),” sesalnya.

“Kemudian gedung ini sebelah menyebelah Mama Papua punya. Mama-mama (nusantara) ini menempati bagian belakang,” sambungnya.

Pihaknya meminta supaya pembagian tempat antara pedagang Mama Papua dan nusantara ini harus diperjelas sesuai dengan posisi gedung dan pembagiannya.

“Karena kita bawa barang, tapi tidak ada tempat, teman-teman isi gabung dengan kita” pungkasnya.
Pantauan media ini, tempat jualan di dalam gedung pasar hampir sama sekali tidak ditempati. (roy/nat)

JAYAPURA-Pembongkaran lapak atau tenda jualan milik pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Baru Youtefa oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Jayapura dinilai tanpa memberikan solusi bagi mereka. Sejatinya sebagian PKL di dalam pasar tidak keberatan dengan penertiban itu, hanya saja perlu ada pengaturan yang baik dan ada solusi yang tepat dari pemerintah. Karena selain berdagang, mereka juga tetap membayar pajak.

“Soal penertiban ini sebenarnya kami tidak keberatan, hanya saja kami minta supaya tenda kami jangan dibongkar, karena itu hanya melindungi jualan saja,” kata Firda salah satu PKL saat berbicara kepada Ccenderwasih Pos, Rabu (6/9).

Dia menerangkan, dari pemerintah mengarahkan para PKL di luar area gedung Pasar Mama Papua untuk berjualan di dalam Pasar Baru Youtefa. Tapi kata dia, tempat jualan di dalam gedung itu hanya disiapkan khusus untuk pedagang orang asli Papua. Bahkan kalaupun dipaksakan berjualan di dalam gedung, kondisinya tidak representatif, karena setiap hujan turun pasti banjir dan ada kebocoran dari bagian atap bangunan itu.

Baca Juga :  Ibu Hamil Wajib Tes HIV-AIDS

“Di dalam itu kalau hujan dia banjir, kemudian untuk menempati tempat jualan di dalam bangunan pasar, itu hanya diperuntukaan bagi pedagang orang asli Papua. Itu khusus putra daerah, setiap petaknya itu sudah ada orangnya. Jadi kita bingung mau jualan di mana,” katanya lagi

Sementara salah satu pedangang Mama Papua, Linda Wanino mengakui, lapak jualan di dalam pasar yang diberi nama Pasar Mama Papua itu, sangat tidak layak digunakan. Dimana setiap pedagang hanya dibatasi dengan garis dan ukuranya sangat sangat kecil untuk ditempati.

“Di dalam itu memang pasar mama Papua, tapi kami tidak bisa menghuni di. dalam, karena kotaknya kecil. Mama Papua itu dia punya jualan satu pikap, satu manusia. Mau jualan di dalam tidak muat,” ujarnya.

Masalah lain, di. dalam bangunan pasar Mama Papua itu juga saat ini sudah ditempati oleh pedagang lain yang bukan Mama Papua. Bahkan mereka membangun tempat hunian kecil seperti kos dan tempat untuk berjualan. Sementara tempat itu semestinya hanya untuk pedagang.

Baca Juga :  Ada Isu Pemalangan TPU di Buper, Ini Penjelasan Kepala Suku Hengga

“Bos-bos kecil ada di dalam situ, mereka ada bangun kios, tempat tidur, tempat karaoke, miras segala macam. Baru istri anak juga semua di sini. Kami tidak mengerti apakah itu tempat tinggal atau tempat jualan (mama Papua),” sesalnya.

“Kemudian gedung ini sebelah menyebelah Mama Papua punya. Mama-mama (nusantara) ini menempati bagian belakang,” sambungnya.

Pihaknya meminta supaya pembagian tempat antara pedagang Mama Papua dan nusantara ini harus diperjelas sesuai dengan posisi gedung dan pembagiannya.

“Karena kita bawa barang, tapi tidak ada tempat, teman-teman isi gabung dengan kita” pungkasnya.
Pantauan media ini, tempat jualan di dalam gedung pasar hampir sama sekali tidak ditempati. (roy/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya