Friday, April 19, 2024
27.7 C
Jayapura

Air Tanah di Dok IV Mulai Tercemar?

Aktivitas pengisian air bersih yang dikelola masyarakat adat di Dok IV dilaporkan mulai terasa asin karena tercemar air laut. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Jayapura menyebut Bangunan-bangunan besar seperti gedung PUPR bisa ambles karena kondisi tanah terganggu akibat air yang terus dikuras. ( FOTO: Gamel/Cenderawasih Pos )

“Secara Alami, Air laut Pasti Masuk Sebab Rongga Dibawanya Kosong dan Saat ini Sudah Terjadi,” Kepala DLH Kota Jayapura Kety Kailola

JAYAPURA – Masyarakat yang sering membeli air di Dok IV tepatnya di dekat kantor PUPR Provinsi Papua mengeluhkan bahwa air yang biasanya segar, kini mulai terasa payau (tercampur dengan air laut). Seperti disampaikan Prasetyo kepada Cenderawasih Pos bahwa dua minggu lebih dirinya telah merasa ada sesuatu yang dirasa aneh saat minum air yang dibeli di dok IV melalui mobil pikap. 

 “ Kami selama ini membeli air karena PDAM tak jelas kapan mengalirnya. Selama ini biasa kami konsumsi, namun skitar dua minggu lebih kami merasa agak rasa payau,” katanya saat menghubungi koran ini. 

 Apakah bisa dikonsumsi? Pras panggilannya mengaku tetap konsumsi air tersebut. Namun dia meminta pemerintah perlu melihat ataupun mengecek sumber air tersebut apakah masih bisa dikonsumsi atau tidak. 

 Ya, Informasi terkait tercemarnya air tanah di Dok IV Jayapura dimana selama ini dikonsumsi oleh warga setelah dijual lewat tandon maupun tangki ditanggapi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Jayapura. Menurut Kety Kailola selaku kepala dinas sejatinya warga pemilik ulayat sudah lama diingatkan untuk tidak jor joran menguras air tanah tersebut. Pasalnya jika tak dikontrol maka dampak lingkungannya jauh lebih besar. 

Baca Juga :  Akui Banyak Warga PNG Tanpa Identitas di Jayapura

 Mulai dari pencemaran air, menurunnya debit air hingga hilangnya daya dukung alam termasuk berdampak pada kondisi bangunan yang berada di atasnya. Bangunan-bangunan besar seperti gedung PU bisa merembes atau amblas karena kondisi tanah terganggu akibat air yang terus dikuras. “Sudah lama sekali kami peringatkan, sejak tahun 90 an tapi sampai sekarang masih saja diambil tanpa kontrol dan kini muncul keluhan soal air tercemar. Dari dulu kami sudah wanti-wanti soal ini dan kini terjadi,” kata Kety melalui ponselnya, Kamis (2/1).

 Dikatakan ada enam mata air dan puluhan tahun terus diambil tanpa pengaturan yang wajar. Ondoafi sendiri sudah menyerahkan ke pemerintah untuk ditata tapi masyarakat juga tidak konsisten dan terus menguras sehingga kini dampaknya adalah berpeluang ambles. “Jadi sudah kami ingatkan, jangan lagi mengambil air disitu sebab daya dukung disekitar lokasi sudah tidak mampu. Tahun ini kami coba bikinkan kajian dan disitu sangat berpeluang ambles,” beber Kety. Secara alami, air laut pasti masuk sebab rongga dibawanya kosong dan saat ini sudah terjadi. 

Baca Juga :  Penerapan New Normal Life Wali Kota akan Bicarakan Dengan Pansus DPRD

 Dikatakan dalam sehari aktifitas penjualan air di lokasi Dok IV bisa mencapai 60 truk. Ini belum mobil tandon yang lebih kecil sehingga bisa dibayangkan jika selama bertahun-tahun air terus diambil dan tidak ada upaya untuk memperbaiki sehingga tidak heran jika akhirnya akan menimbulkan kerusakan yang masive. “Jadi kalau mengatakan air terasa asin artinya air laut memang sudah masuk menggantikan air tawar yang mulai mengering dan setelah ini pondasi tanah di bawah akan berubah dan memberi  dampak pada yang lain. Bangunan dan lainnya terancam ambles,” pungkasnya. (ade/wen) 

Aktivitas pengisian air bersih yang dikelola masyarakat adat di Dok IV dilaporkan mulai terasa asin karena tercemar air laut. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Jayapura menyebut Bangunan-bangunan besar seperti gedung PUPR bisa ambles karena kondisi tanah terganggu akibat air yang terus dikuras. ( FOTO: Gamel/Cenderawasih Pos )

“Secara Alami, Air laut Pasti Masuk Sebab Rongga Dibawanya Kosong dan Saat ini Sudah Terjadi,” Kepala DLH Kota Jayapura Kety Kailola

JAYAPURA – Masyarakat yang sering membeli air di Dok IV tepatnya di dekat kantor PUPR Provinsi Papua mengeluhkan bahwa air yang biasanya segar, kini mulai terasa payau (tercampur dengan air laut). Seperti disampaikan Prasetyo kepada Cenderawasih Pos bahwa dua minggu lebih dirinya telah merasa ada sesuatu yang dirasa aneh saat minum air yang dibeli di dok IV melalui mobil pikap. 

 “ Kami selama ini membeli air karena PDAM tak jelas kapan mengalirnya. Selama ini biasa kami konsumsi, namun skitar dua minggu lebih kami merasa agak rasa payau,” katanya saat menghubungi koran ini. 

 Apakah bisa dikonsumsi? Pras panggilannya mengaku tetap konsumsi air tersebut. Namun dia meminta pemerintah perlu melihat ataupun mengecek sumber air tersebut apakah masih bisa dikonsumsi atau tidak. 

 Ya, Informasi terkait tercemarnya air tanah di Dok IV Jayapura dimana selama ini dikonsumsi oleh warga setelah dijual lewat tandon maupun tangki ditanggapi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Jayapura. Menurut Kety Kailola selaku kepala dinas sejatinya warga pemilik ulayat sudah lama diingatkan untuk tidak jor joran menguras air tanah tersebut. Pasalnya jika tak dikontrol maka dampak lingkungannya jauh lebih besar. 

Baca Juga :  Akui Banyak Warga PNG Tanpa Identitas di Jayapura

 Mulai dari pencemaran air, menurunnya debit air hingga hilangnya daya dukung alam termasuk berdampak pada kondisi bangunan yang berada di atasnya. Bangunan-bangunan besar seperti gedung PU bisa merembes atau amblas karena kondisi tanah terganggu akibat air yang terus dikuras. “Sudah lama sekali kami peringatkan, sejak tahun 90 an tapi sampai sekarang masih saja diambil tanpa kontrol dan kini muncul keluhan soal air tercemar. Dari dulu kami sudah wanti-wanti soal ini dan kini terjadi,” kata Kety melalui ponselnya, Kamis (2/1).

 Dikatakan ada enam mata air dan puluhan tahun terus diambil tanpa pengaturan yang wajar. Ondoafi sendiri sudah menyerahkan ke pemerintah untuk ditata tapi masyarakat juga tidak konsisten dan terus menguras sehingga kini dampaknya adalah berpeluang ambles. “Jadi sudah kami ingatkan, jangan lagi mengambil air disitu sebab daya dukung disekitar lokasi sudah tidak mampu. Tahun ini kami coba bikinkan kajian dan disitu sangat berpeluang ambles,” beber Kety. Secara alami, air laut pasti masuk sebab rongga dibawanya kosong dan saat ini sudah terjadi. 

Baca Juga :  Tahun ini, Dinkes Temukan 2000 Kasus TBC 

 Dikatakan dalam sehari aktifitas penjualan air di lokasi Dok IV bisa mencapai 60 truk. Ini belum mobil tandon yang lebih kecil sehingga bisa dibayangkan jika selama bertahun-tahun air terus diambil dan tidak ada upaya untuk memperbaiki sehingga tidak heran jika akhirnya akan menimbulkan kerusakan yang masive. “Jadi kalau mengatakan air terasa asin artinya air laut memang sudah masuk menggantikan air tawar yang mulai mengering dan setelah ini pondasi tanah di bawah akan berubah dan memberi  dampak pada yang lain. Bangunan dan lainnya terancam ambles,” pungkasnya. (ade/wen) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya