Isu ini kemudian menjadi salah satu topik hangat dalam berbagai dialog Turkam yang digelar di empat kampung administratif di Distrik Muara Tami, yaitu Holtekamp, Mosso, Koya Kosso, dan Koya Tengah.
Perdebatan muncul, ada yang menilai pemekaran akan membuka ruang pembangunan lebih luas, namun ada pula yang menganggap perlu kehati-hatian agar tidak mengorbankan identitas masyarakat adat.
Abisai Rollo menegaskan, wacana Kabupaten Pasifik Raya bukanlah sekadar ambisi pribadi, melainkan sebuah kebutuhan jangka panjang. Ia melihat pertumbuhan penduduk di Distrik Muara Tami sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Lokasi yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini dan menjadi pintu gerbang internasional di Jayapura menjadikan Muara Tami semakin strategis.
“Perubahan jumlah penduduk sangat signifikan. Dengan kondisi itu, pelayanan pemerintahan dan pembangunan harus diperluas. Pemekaran kabupaten adalah salah satu jawaban untuk menghadapi tantangan ke depan,” jelasnya.
Meski menghadapi tantangan, Abisai tetap optimistis. Ia menyebut dinamika pro dan kontra adalah hal wajar dalam setiap kebijakan besar. Yang terpenting, menurutnya, adalah bagaimana pemerintah bersama masyarakat bisa duduk bersama membahas arah pembangunan yang berkelanjutan.
“Ini bukan pekerjaan yang selesai dalam satu atau dua tahun, tapi sebuah rencana jangka panjang untuk generasi berikutnya. Saya percaya dan atas ijin tuhan, dengan kerja sama semua pihak, Kabupaten Pasifik Raya bisa terwujud suatu saat nantinya,” tuturnya.(kim/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos