Sunday, November 24, 2024
25.7 C
Jayapura

Gerakan Revolusi Mental,  Membangun Jiwa yang Merdeka

MIMIKA – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Mimika, Petrus Yumte mengatakan, mentalitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia mengalami kemunduran sehingga memerlukan revolusi mental dalam rangka mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

Hal itu disampaikan Petrus dalam sambutannya pada pembukaan Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Mimika di ruang pertemuan Hotel Horison Ultima Timika, Selasa (24/9) kemarin.

Petrus menerangkan, revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.

Revolusi mental ini digagas pertama kali oleh Presiden Soekarno pada peringatan hari kemerdekaan RI 17 Agustus 1956.

Baca Juga :  Inisiasi Penyusunan Juknis Anggota Dewan Unsur Pengangkatan

“Soekarno melihat revolusi Nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia seutuhnya belum tercapai,” kata Petrus.

“Revolusi di zaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya untuk mempertahankan NKRI. Kini 79 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum dan tak akan pernah berakhir,” sambungnya.

Revolusi yang dimaksud Petrus bukanlah mengangkat senjata melainkan membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandangan, pikiran, sikap dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Petrus melanjutkan, modal utama dalam membangun suatu adalah membangun jiwa bangsa. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali GNRM oleh Presiden RI, Joko Widodo.

Baca Juga :  Cabuli Anak Dibawah Umur, Seorang Pria  Ditangkap

“Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing perangkat daerah Kabupaten Mimika,” kata Petrus.

Sebagai pelopor gerakan revolusi kental, pemerintah melalui perangkat daedah harus melakukan 3 hal utama. Yakni, bersinergi, membangun manajemen isu, dan penguatan kapasitas ASN.  (mww/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

MIMIKA – Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Mimika, Petrus Yumte mengatakan, mentalitas Aparatur Sipil Negara (ASN) di Indonesia mengalami kemunduran sehingga memerlukan revolusi mental dalam rangka mencapai tujuan berbangsa dan bernegara.

Hal itu disampaikan Petrus dalam sambutannya pada pembukaan Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Mimika di ruang pertemuan Hotel Horison Ultima Timika, Selasa (24/9) kemarin.

Petrus menerangkan, revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.

Revolusi mental ini digagas pertama kali oleh Presiden Soekarno pada peringatan hari kemerdekaan RI 17 Agustus 1956.

Baca Juga :  Pemkab Jayapura Terima Bantuan Insentif Fiskal Rp 5,6 Miliar

“Soekarno melihat revolusi Nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia seutuhnya belum tercapai,” kata Petrus.

“Revolusi di zaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya untuk mempertahankan NKRI. Kini 79 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum dan tak akan pernah berakhir,” sambungnya.

Revolusi yang dimaksud Petrus bukanlah mengangkat senjata melainkan membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandangan, pikiran, sikap dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Petrus melanjutkan, modal utama dalam membangun suatu adalah membangun jiwa bangsa. Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali GNRM oleh Presiden RI, Joko Widodo.

Baca Juga :  Pindah ke Lingkungan Pasar Sentral, Wahana Pasar Malam Justru Bikin Macet Jalan

“Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing perangkat daerah Kabupaten Mimika,” kata Petrus.

Sebagai pelopor gerakan revolusi kental, pemerintah melalui perangkat daedah harus melakukan 3 hal utama. Yakni, bersinergi, membangun manajemen isu, dan penguatan kapasitas ASN.  (mww/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya