Tuesday, April 23, 2024
31.7 C
Jayapura

Ekstrak Tailing PTFI Ternyata Bermanfaat Tingkatkan Produksi Pangan Lokal

Pemanfaatan ekstrak tailing PTFI untuk meningkatkan kesuburan  tanaman local Papua, seperti keladi dan talas.  ( FOTO: Dok.PTFI)

TIMIKA-Kandungan unsur hara mikro pada ekstrak tailing PTFI, ternyata  dapat meningkatkan kesuburan tanaman, termasuk di antaranya adalah tanaman keladi atau talas yang termasuk kategori bahan makanan pokok di Papua

  Hal ini terungkap dari hasil penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bersama Fakultas Pertanian (FAPERTA) Universitas Papua yang meneliti  pemanfaatan ekstrak tailing PTFI sebagai komponen pupuk formula, yang dilakukan sejak tahun 2015.

  “Ekstrak tailing PTFI memiliki kandungan seng, tembaga, mangan, dan besi dengan kadar cukup sebagai sumber unsur hara mikro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman keladi. Pupuk formula kotoran sapi sebagai amelioran atau penambah kesuburan tanah yang diperkaya ekstrak tailing sebagai sumber hara mikro pada komposisi 90% kompos dan 10% ekstrak tailing, dapat membuat anakan keladi tumbuh dengan lebih baik,” ungkap  Dr. Bertha Mangallo, peneliti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Papua yang terlibat dalam penelitian ini.

  Hasil penelitian tersebut akan semakin meningkatkan pemanfaatan keladi sebagai bahan makanan pokok alternatif bagi masyarakat. Pemanfaatan ini sejalan dengan kebiasaan masyarakat Papua yang menjadikan keladi sebagai salah satu bahan makanan pokok di Papua, selain beras dan sagu. Sebab, kandungan karbohidrat, protein, dan mineralnya yang tinggi dan seimbang. 

Baca Juga :  Hadiri Rakornas Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah

   “Penelitian yang dilakukan oleh FMIPA dan FAPERTA UNIPA telah membantu PTFI agar dapat terus menjalankan komitmen kami, untuk tidak hanya mengurangi dampak kegiatan operasi perusahaan terhadap lingkungan, namun juga untuk terus menciptakan nilai tambah dari setiap kegiatan kami bagi masyarakat di berbagai bidang, termasuk pertanian. Kami sangat mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin baik ini,” kata Senior Manajer Lingkungan Hidup PTFI Gesang Setyadi dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Minggu (20/9).

  Selain melakukan kerja sama dengan UNIPA, seperti dengan mengirimkan media tailing untuk penelitian, PTFI juga secara berkelanjutan bermitra dengan sejumlah institusi pendidikan lainnya, seperti Universitas Cendrawasih, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Lambung Mangkurat untuk melakukan berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan, mulai dari reklamasi, pemantauan keanekaragaman hayati, hingga kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan di sekitar area tailing.

Baca Juga :  Pemkab Siapkan Hibah Rp 4 miliar untuk KPU dan Bawaslu

  Hingga tahun 2020, PTFI telah mereklamasi lebih dari 1.000 Ha area tailing di Mimika, menjadikan area reklamasi ini sebagai ekosistem yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala, PTFI mencatat bahwa area reklamasi lahan tailing telah mampu menjadi ekosistem yang berfungsi bagi lebih dari 500 jenis tumbuhan, 116 jenis burung, 64 jenis kupu-kupu, 22 jenis reptil, serta 11 jenis mamalia yang hidup melalui proses suksesi alami.

   Di bidang lainnya, penelitian yang dilakukan bersama berbagai perguruan tinggi juga telah meningkatkan pemanfaatan lahan bekas pengendapan tailing sebagai lahan peternakan dan perikanan, misalnya melalui upaya budidaya berbagai jenis ikan yang dapat mendukung kegiatan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar area operasi PTFI di dataran rendah. 

  “Kolaborasi dengan dunia pendidikan tinggi akan terus kami lakukan agar upaya pelestarian lingkungan yang kami lakukan dapat dimanfaatkan secara maksimal, tidak hanya bagi lingkungan namun juga bagi masyarakat Mimika,” tutup Gesang. (*/tri)

Pemanfaatan ekstrak tailing PTFI untuk meningkatkan kesuburan  tanaman local Papua, seperti keladi dan talas.  ( FOTO: Dok.PTFI)

TIMIKA-Kandungan unsur hara mikro pada ekstrak tailing PTFI, ternyata  dapat meningkatkan kesuburan tanaman, termasuk di antaranya adalah tanaman keladi atau talas yang termasuk kategori bahan makanan pokok di Papua

  Hal ini terungkap dari hasil penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) bersama Fakultas Pertanian (FAPERTA) Universitas Papua yang meneliti  pemanfaatan ekstrak tailing PTFI sebagai komponen pupuk formula, yang dilakukan sejak tahun 2015.

  “Ekstrak tailing PTFI memiliki kandungan seng, tembaga, mangan, dan besi dengan kadar cukup sebagai sumber unsur hara mikro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman keladi. Pupuk formula kotoran sapi sebagai amelioran atau penambah kesuburan tanah yang diperkaya ekstrak tailing sebagai sumber hara mikro pada komposisi 90% kompos dan 10% ekstrak tailing, dapat membuat anakan keladi tumbuh dengan lebih baik,” ungkap  Dr. Bertha Mangallo, peneliti Jurusan Kimia FMIPA Universitas Papua yang terlibat dalam penelitian ini.

  Hasil penelitian tersebut akan semakin meningkatkan pemanfaatan keladi sebagai bahan makanan pokok alternatif bagi masyarakat. Pemanfaatan ini sejalan dengan kebiasaan masyarakat Papua yang menjadikan keladi sebagai salah satu bahan makanan pokok di Papua, selain beras dan sagu. Sebab, kandungan karbohidrat, protein, dan mineralnya yang tinggi dan seimbang. 

Baca Juga :  Kirim Anggota ke Makassar Dalami Kasus Penipuan Berkedok Debtcollector 

   “Penelitian yang dilakukan oleh FMIPA dan FAPERTA UNIPA telah membantu PTFI agar dapat terus menjalankan komitmen kami, untuk tidak hanya mengurangi dampak kegiatan operasi perusahaan terhadap lingkungan, namun juga untuk terus menciptakan nilai tambah dari setiap kegiatan kami bagi masyarakat di berbagai bidang, termasuk pertanian. Kami sangat mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin baik ini,” kata Senior Manajer Lingkungan Hidup PTFI Gesang Setyadi dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Minggu (20/9).

  Selain melakukan kerja sama dengan UNIPA, seperti dengan mengirimkan media tailing untuk penelitian, PTFI juga secara berkelanjutan bermitra dengan sejumlah institusi pendidikan lainnya, seperti Universitas Cendrawasih, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Lambung Mangkurat untuk melakukan berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan, mulai dari reklamasi, pemantauan keanekaragaman hayati, hingga kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan di sekitar area tailing.

Baca Juga :  Jenazah Anggota Polri, Korban Jembatan Putus Dimakamkan di Timika

  Hingga tahun 2020, PTFI telah mereklamasi lebih dari 1.000 Ha area tailing di Mimika, menjadikan area reklamasi ini sebagai ekosistem yang mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkala, PTFI mencatat bahwa area reklamasi lahan tailing telah mampu menjadi ekosistem yang berfungsi bagi lebih dari 500 jenis tumbuhan, 116 jenis burung, 64 jenis kupu-kupu, 22 jenis reptil, serta 11 jenis mamalia yang hidup melalui proses suksesi alami.

   Di bidang lainnya, penelitian yang dilakukan bersama berbagai perguruan tinggi juga telah meningkatkan pemanfaatan lahan bekas pengendapan tailing sebagai lahan peternakan dan perikanan, misalnya melalui upaya budidaya berbagai jenis ikan yang dapat mendukung kegiatan perekonomian masyarakat yang tinggal di sekitar area operasi PTFI di dataran rendah. 

  “Kolaborasi dengan dunia pendidikan tinggi akan terus kami lakukan agar upaya pelestarian lingkungan yang kami lakukan dapat dimanfaatkan secara maksimal, tidak hanya bagi lingkungan namun juga bagi masyarakat Mimika,” tutup Gesang. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya