Friday, April 26, 2024
31.7 C
Jayapura

Temukan Fosil Kerang Laut Ukuran Kecil dan Besar

Ketika Balai Arkeologi Papua Lakukan Pencarian Benda Prasejarah di Sekitar Danau Love

Balai Arkeologi Papua menemukan fosil kerang laut yang tak jauh dari Danau Emfote, Distrik Ebunfauw, Kabupaten Jayapura. Bagaimana cara penemuan fosil kerang laut? 

Laporan: Roberth Yewen, Sentani

Untuk menemukan kerang laut ini, maka pada hari Rabu (7/7) sekitar pukul 09.30 WIT, Balai Arkeologi Papua bersama tim melakukan perjalanan dari Dermaga Yahim menggunakan perahu motor ke Dermaga Kampung Putali, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura. 

Sekitar 20 menit perjalanan, akhirnya tiba di Dermaga Putali. Sesampai di sini, Balai Arkeologi Papua bersama tim langsung bergegas berjalan kaki menyelusuri jalan raya menuju ke Danau Emfote atau yang dikenal dengan Danau Love. Dalam perjalanan, tim bertemu dengan Kepala Suku Abar, Bapak Naftali Felle yang telah menunggu di tengah jalan. 

Meskipun berjalan di jalan raya, tapi terdpaat beberapa jalan yang pecek, sehingga tim harus berhati-hati melewatinya. Jalan ini nampaknya merupakan jalan raya yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua (motor) maupun kendaraan roda empat (mobil). Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya tim tiba di Danau Love. 

Tim kemudian bertirahat sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari benda-benda prasejarah peninggalan masa lalu di sekitar Danau Love. Usai beristirahat, tim kemudian menelusuri jalan di sekitar Danau Love untuk mencari benda-benda prasejarah. Saat dalam perjalanan, tim menemukan kerang laut berbentuk kecil. 

Baca Juga :  50 Ton Lebih Bantuan Cadangan Beras Disalurkan di Kabupaten Jayapura

“Ini kerang laut  yang kami temukan,” kata Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto saat menunjukkan kerang laut yang ditemukan tersebut. 

Kerang laut yang ditemukan ini kemudian dikumpulkan dan dimasukkan dalam plastik sebagai bahan penelitian oleh Balai Arkeologi Papua. Ada beberapa kerang laut yang dikumpulkan dan dimasukan dalam plastik untuk bahan penelitian dari Balai Arkeologi Papua. 

Saat hendak berjalan lagi, tiba-tiba awan hitam dan hujan lebat dari arah Timur, sehingga tim kemudian kembali lagi ke pondok di Danau Love untuk berteduh sejenak, sambil menunggu hujan berhenti. 

Usai hujan berhenti, tim melanjutkan perjalanan lagi. Meskipun sepanjang jalan pecek, tetapi pencarian terhadap benda-benda prasejarah tetap dilakukan. Saat mendaki bukit, tim menemukan fosil kerang laut berukuran besar yang terlihat sebagian, sedangkan sebagiannya tertutup oleh tanah. 

Tim langsung melakukan penggalian terhadap fosil kerang laut yang ditemukan tersebut. Saat diangkat ternyata ini kerang laut berukuran besar yang ditemukan. Dengan adanya penemuan ini membuktikan bahwa dahulu kala Danau Sentani merupakan laut, tetapi terjadi proses geologi, sehingga berubah menjadi Danau Sentani. 

“Dengan penemuan fosil kerang laut ini, maka diyakini bahwa diduga ratusan juta tahun lalu Danau Sentani adalah air laut yang mengalami proses geologi, sehingga terpisah dengan lautan,” ucap pria yang akrab disapa Hari Suroto ini. 

Baca Juga :  KPK Harus Waspadai Peredaran Narkoba di Kampung

Balai Arkeologi Papua akan membawa temuan fosil kerang laut ini untuk dilakukan uji coba di laboratorium, guna memastikan usia dari kerang laut tersebut dalam kehidupannya. Dengan uji laboratorium, maka akan dipastikan mengenai kehidupan pra sejarah, terutama proses geologi yang terjadi ratusan juta tahun yang lalu di Sentani. 

“Kami akan lakukan uji laboratorium, untuk mengecek usia dari kerang laut yang ditemukan. Namun, penemuan kerang laut ini menandakan bahwa dahulu kala di Danau Sentani ini merupakan lautan, tetapi terjadi prosses geologi, sehingga terpisah dari Danau Sentani,” jelasnya. 

Usai menemukan kerang laut, maka Balai Arkeologi Papua bersama tim memutuskan untuk kembali ke Dermaga Putali. Meskipun dalam perjalanan terdapat hujan rintik-rintik, tetapi hal ini tidak mematahkan semangat tim untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Dermaga Putali. 

Sesampai di Dermaga Putali terlihat hari sudah mulai sore dan hujan sudah berhenti, sambil menunggu perahu motor tim beristirahat sejenak. Sekitar pukul 16.00 Wit, tim kembali lagi ke Dermaga Yahim untuk menyudahi kegiatan hari itu. (*)

Ketika Balai Arkeologi Papua Lakukan Pencarian Benda Prasejarah di Sekitar Danau Love

Balai Arkeologi Papua menemukan fosil kerang laut yang tak jauh dari Danau Emfote, Distrik Ebunfauw, Kabupaten Jayapura. Bagaimana cara penemuan fosil kerang laut? 

Laporan: Roberth Yewen, Sentani

Untuk menemukan kerang laut ini, maka pada hari Rabu (7/7) sekitar pukul 09.30 WIT, Balai Arkeologi Papua bersama tim melakukan perjalanan dari Dermaga Yahim menggunakan perahu motor ke Dermaga Kampung Putali, Distrik Ebungfauw, Kabupaten Jayapura. 

Sekitar 20 menit perjalanan, akhirnya tiba di Dermaga Putali. Sesampai di sini, Balai Arkeologi Papua bersama tim langsung bergegas berjalan kaki menyelusuri jalan raya menuju ke Danau Emfote atau yang dikenal dengan Danau Love. Dalam perjalanan, tim bertemu dengan Kepala Suku Abar, Bapak Naftali Felle yang telah menunggu di tengah jalan. 

Meskipun berjalan di jalan raya, tapi terdpaat beberapa jalan yang pecek, sehingga tim harus berhati-hati melewatinya. Jalan ini nampaknya merupakan jalan raya yang bisa dilalui oleh kendaraan roda dua (motor) maupun kendaraan roda empat (mobil). Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya tim tiba di Danau Love. 

Tim kemudian bertirahat sejenak, sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari benda-benda prasejarah peninggalan masa lalu di sekitar Danau Love. Usai beristirahat, tim kemudian menelusuri jalan di sekitar Danau Love untuk mencari benda-benda prasejarah. Saat dalam perjalanan, tim menemukan kerang laut berbentuk kecil. 

Baca Juga :  Kurir Narkoba, Dua Pelajar Dibekuk

“Ini kerang laut  yang kami temukan,” kata Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto saat menunjukkan kerang laut yang ditemukan tersebut. 

Kerang laut yang ditemukan ini kemudian dikumpulkan dan dimasukkan dalam plastik sebagai bahan penelitian oleh Balai Arkeologi Papua. Ada beberapa kerang laut yang dikumpulkan dan dimasukan dalam plastik untuk bahan penelitian dari Balai Arkeologi Papua. 

Saat hendak berjalan lagi, tiba-tiba awan hitam dan hujan lebat dari arah Timur, sehingga tim kemudian kembali lagi ke pondok di Danau Love untuk berteduh sejenak, sambil menunggu hujan berhenti. 

Usai hujan berhenti, tim melanjutkan perjalanan lagi. Meskipun sepanjang jalan pecek, tetapi pencarian terhadap benda-benda prasejarah tetap dilakukan. Saat mendaki bukit, tim menemukan fosil kerang laut berukuran besar yang terlihat sebagian, sedangkan sebagiannya tertutup oleh tanah. 

Tim langsung melakukan penggalian terhadap fosil kerang laut yang ditemukan tersebut. Saat diangkat ternyata ini kerang laut berukuran besar yang ditemukan. Dengan adanya penemuan ini membuktikan bahwa dahulu kala Danau Sentani merupakan laut, tetapi terjadi proses geologi, sehingga berubah menjadi Danau Sentani. 

“Dengan penemuan fosil kerang laut ini, maka diyakini bahwa diduga ratusan juta tahun lalu Danau Sentani adalah air laut yang mengalami proses geologi, sehingga terpisah dengan lautan,” ucap pria yang akrab disapa Hari Suroto ini. 

Baca Juga :  Kunker Dewan ke  Jepang Diundur

Balai Arkeologi Papua akan membawa temuan fosil kerang laut ini untuk dilakukan uji coba di laboratorium, guna memastikan usia dari kerang laut tersebut dalam kehidupannya. Dengan uji laboratorium, maka akan dipastikan mengenai kehidupan pra sejarah, terutama proses geologi yang terjadi ratusan juta tahun yang lalu di Sentani. 

“Kami akan lakukan uji laboratorium, untuk mengecek usia dari kerang laut yang ditemukan. Namun, penemuan kerang laut ini menandakan bahwa dahulu kala di Danau Sentani ini merupakan lautan, tetapi terjadi prosses geologi, sehingga terpisah dari Danau Sentani,” jelasnya. 

Usai menemukan kerang laut, maka Balai Arkeologi Papua bersama tim memutuskan untuk kembali ke Dermaga Putali. Meskipun dalam perjalanan terdapat hujan rintik-rintik, tetapi hal ini tidak mematahkan semangat tim untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Dermaga Putali. 

Sesampai di Dermaga Putali terlihat hari sudah mulai sore dan hujan sudah berhenti, sambil menunggu perahu motor tim beristirahat sejenak. Sekitar pukul 16.00 Wit, tim kembali lagi ke Dermaga Yahim untuk menyudahi kegiatan hari itu. (*)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya