Saturday, April 20, 2024
25.7 C
Jayapura

Belajar Tak Kenal Waktu, Tolak Tawaran dari Air Asia dan Perusahaan BMW

Grysie Margi Janggo, mahasiswi lulusan peraih Cumlaude di Universitas Shenyang Aerospace University China saat memperlihatkan hasil studinya kepada Bupati Jayapura, Mathius Awoitauwm, SE, M.Si  di ruang kerja Bupati Jayapura, Selasa (7/5).

Mengenal Grysie Margi Janggo, Peraih Cumlaude di Universitas Shenyang Aerospace University China 

Grysie Margi Janggo berhasil mencatatkan rekor mahasiswa yang paling pintar seangkatannya di Kampus Universitas Shenyang Aerospace University China. Ia memperoleh nilai cumlaude dengan nilai 7,720. Bagaimana langkahnya sampai bisa meraih prestasi gemilang itu?

Laporan: Robert Mboik- Sentani

Satu lagi Mutiara Hitam dari Papua kembali mencatatkan raihan prestasi yang sangat gemilang di luar negeri. Dia adalah Grysie Margi Janggo. Salah satu gadis pintar asal Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Ayahnya merupakan  warga Sentani dan ibunya berasal dari Serui. Dari perkawinan itu, kedua orang tuanya melahirkan 11 anak dan Grysie merupakan anak ketujuh dari 11 bersaudara. 

Dia dilahirkan di Sentani.  Ayahnya bernama Gustav Adol Janggo dan Ibunya bernama  Mina Kornelia Ramandei (Almh). Ia menuturkan, ayahnya yang bekerja sebagai PNS, pegawai peternakan mendidik mereka cukup disiplin. Singkat cerita, Grysie sejak kecil sudah dikenalkan dengan kehidupan yang sederhana dan disiplin. Di rumah, sang ayah begitu teliti mendidik dan mengarahkan ke 11 saudaranya  termasuk dia. Satu hal yang paling diingatnya adalah sang ayah selalu mengecek tugas atau jadwal harian anak-anaknya sebelum dan sepulang sekolah. Tak ada alasan bagi mereka untuk tidak sekolah kecuali sakit. 

Bagi keluarga ini, pendidikan tetap nomor satu, sehingga waktu bermainpun hampir tidak ada.

Bertumbuh dalam keluarga yang sederhana tidak menyurutkan niat sang ayah untuk mengubah nasib anak-anaknya melalui pendidikan. Itu sebabnya, sebelas saudaranya kini sudah menyelesaikan pendidikannya dan sudah  memiliki pekerjaan tetap.

Baca Juga :  Kunjungan Delegasi Gereja Dunia Tidak Sentuh Akar Persoalan Papua

Gryse menamatkan pendidikan SMA Negeri 1 Sentani. Selanjutnya mengikuti program 1000 doktor yang dicanangkan oleh Prmprov Papua kala itu. Ia pun mengikuti tes dan dinyatakan lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB), Univeraitas Indonesia (UI) dan salah satu Univeraitas di Jerman. Namun pada waktu itu, Prof. Yohanes  Surya yang merupakan gurunya di Semarang merekomendasikan untuk melanjutkan kuliah di China, karena dianggap lebih baik. “Saat awal kuliah itu, saya maunya ingin ambil civil enginering, tapi bapak bilang lebih baik ambil teknik pesawat karena tidak ada yang ambil itu,” ungkap Grysie kepada wartawan di Sentani baru-baru ini. 

Kemudian mulailah ia menempuh pendidikan tingginya di salah satu universitas di negeri Tirai Bambu itu dengan menekuni ilmu teknik pesawat. Empat tahun kuliah dan lulus S1 Tahun 2014.  Ia pun kembali dan melaporkan ke Pemerintah Provinsi Papua dengan harapan dibiayai untuk mengambil S2.  Karena tidak ada lagi biaya lanjutan dari provinsi, ia pun memutuskan untuk melamar kerja di Kabupaten Jayapura. Pertemuan dengan Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si kala itu membuka harapan baginya untuk melanjutkan pendidikan S2.

“Bapa lihat nilai saya, lalu bapa bupati tanya, mau kuliah atau kerja. Karena nilai saya bagus, bapak bupati merekomendasikan saya untuk lanjut kuliah S2,” ungkapnya.

Tepat di Tahun 2016 lalu, iapun mulai melanjutkan S2 di Universitas Shenyang Aerospace University China, jurusan Aerospace Engineering Manufacturing. Kurang lebih dua tahun menekuni pendidikan S2 di China tentu bukan perkara muda, ia tidak mau menyiakan kepercayaan yang sudah diberikan orang nomor satu di Kabupaten Jayapura. Perjuanganya menyelesaikan  S2 tentu bukan tanpa hambatan.  Berkat kegigihan dan ketekunan yang dimiliki, ia berhasil keluar sebagai sang juara dengan predikat culmlaude atau lulusan terbaik. Lantas bagaimana perjuangannya untuk meraih keberhasilan itu, ia mengatakan kunci yang paling utama adalah disiplin dan tekun belajar. Dalam sehari hampir  tak ada waktu untuk bersantai bahkan hari minggu sekalipun. Kesibukanya hanya ke laboratorium atau perpustakaan hingga larut malam.

Baca Juga :  Pemkab Siapkan Program Kenambai Umbai Mengajar

“Saya tidak suka bergaul, kalau teman saya hanya tinggal di  Asrama, saya tinggal di kos hanya untuk belajar,” katanya.

Rupanya kerja kerasnya itu berbuah manis. Iapun diwisuda dengan menyabet predikat cumlaude mengalahkan 16 mahasiswa lainnya seangkatannya. Dianggap genius, ia sempat dipinang perusahaan penerbangan Air Asia dan perusahaan Mobil BMW di China. Semuanya ditolak karena masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S3.

“Saya belajar dari pagi jam delapan di perpustakaan sampai jam enam sore, kemudian lanjut ke laboratorium hingga jam 12 sampai jam 1 malam,” ungkapnya.

Ia menyampaikan ucapan terimakasih yang luar biasa kepada Bupati Mathius Awoitauw yang telah memberikan kesempatan baginga hingga menyelesaikan jenjang S2. Dia juga berpesan kepada seluruh kaum muda khususnya yang masih sekolah untuk tekun belajar. Karena hanya dengan pendidikanlah masa depan seseorang dapat diubah dan bisa menjangkau dunia menjadi lebih muda.

“Prestasi ini saya berikan secara khusus buat bapak Bupati Matius Awoitauw yang sudah sepenuhnya mendukung saya,”tambahnya.(*)

Grysie Margi Janggo, mahasiswi lulusan peraih Cumlaude di Universitas Shenyang Aerospace University China saat memperlihatkan hasil studinya kepada Bupati Jayapura, Mathius Awoitauwm, SE, M.Si  di ruang kerja Bupati Jayapura, Selasa (7/5).

Mengenal Grysie Margi Janggo, Peraih Cumlaude di Universitas Shenyang Aerospace University China 

Grysie Margi Janggo berhasil mencatatkan rekor mahasiswa yang paling pintar seangkatannya di Kampus Universitas Shenyang Aerospace University China. Ia memperoleh nilai cumlaude dengan nilai 7,720. Bagaimana langkahnya sampai bisa meraih prestasi gemilang itu?

Laporan: Robert Mboik- Sentani

Satu lagi Mutiara Hitam dari Papua kembali mencatatkan raihan prestasi yang sangat gemilang di luar negeri. Dia adalah Grysie Margi Janggo. Salah satu gadis pintar asal Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Ayahnya merupakan  warga Sentani dan ibunya berasal dari Serui. Dari perkawinan itu, kedua orang tuanya melahirkan 11 anak dan Grysie merupakan anak ketujuh dari 11 bersaudara. 

Dia dilahirkan di Sentani.  Ayahnya bernama Gustav Adol Janggo dan Ibunya bernama  Mina Kornelia Ramandei (Almh). Ia menuturkan, ayahnya yang bekerja sebagai PNS, pegawai peternakan mendidik mereka cukup disiplin. Singkat cerita, Grysie sejak kecil sudah dikenalkan dengan kehidupan yang sederhana dan disiplin. Di rumah, sang ayah begitu teliti mendidik dan mengarahkan ke 11 saudaranya  termasuk dia. Satu hal yang paling diingatnya adalah sang ayah selalu mengecek tugas atau jadwal harian anak-anaknya sebelum dan sepulang sekolah. Tak ada alasan bagi mereka untuk tidak sekolah kecuali sakit. 

Bagi keluarga ini, pendidikan tetap nomor satu, sehingga waktu bermainpun hampir tidak ada.

Bertumbuh dalam keluarga yang sederhana tidak menyurutkan niat sang ayah untuk mengubah nasib anak-anaknya melalui pendidikan. Itu sebabnya, sebelas saudaranya kini sudah menyelesaikan pendidikannya dan sudah  memiliki pekerjaan tetap.

Baca Juga :  Pengendara yang Ditilang Sudah 172 Orang

Gryse menamatkan pendidikan SMA Negeri 1 Sentani. Selanjutnya mengikuti program 1000 doktor yang dicanangkan oleh Prmprov Papua kala itu. Ia pun mengikuti tes dan dinyatakan lulus di Institut Teknologi Bandung (ITB), Univeraitas Indonesia (UI) dan salah satu Univeraitas di Jerman. Namun pada waktu itu, Prof. Yohanes  Surya yang merupakan gurunya di Semarang merekomendasikan untuk melanjutkan kuliah di China, karena dianggap lebih baik. “Saat awal kuliah itu, saya maunya ingin ambil civil enginering, tapi bapak bilang lebih baik ambil teknik pesawat karena tidak ada yang ambil itu,” ungkap Grysie kepada wartawan di Sentani baru-baru ini. 

Kemudian mulailah ia menempuh pendidikan tingginya di salah satu universitas di negeri Tirai Bambu itu dengan menekuni ilmu teknik pesawat. Empat tahun kuliah dan lulus S1 Tahun 2014.  Ia pun kembali dan melaporkan ke Pemerintah Provinsi Papua dengan harapan dibiayai untuk mengambil S2.  Karena tidak ada lagi biaya lanjutan dari provinsi, ia pun memutuskan untuk melamar kerja di Kabupaten Jayapura. Pertemuan dengan Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si kala itu membuka harapan baginya untuk melanjutkan pendidikan S2.

“Bapa lihat nilai saya, lalu bapa bupati tanya, mau kuliah atau kerja. Karena nilai saya bagus, bapak bupati merekomendasikan saya untuk lanjut kuliah S2,” ungkapnya.

Tepat di Tahun 2016 lalu, iapun mulai melanjutkan S2 di Universitas Shenyang Aerospace University China, jurusan Aerospace Engineering Manufacturing. Kurang lebih dua tahun menekuni pendidikan S2 di China tentu bukan perkara muda, ia tidak mau menyiakan kepercayaan yang sudah diberikan orang nomor satu di Kabupaten Jayapura. Perjuanganya menyelesaikan  S2 tentu bukan tanpa hambatan.  Berkat kegigihan dan ketekunan yang dimiliki, ia berhasil keluar sebagai sang juara dengan predikat culmlaude atau lulusan terbaik. Lantas bagaimana perjuangannya untuk meraih keberhasilan itu, ia mengatakan kunci yang paling utama adalah disiplin dan tekun belajar. Dalam sehari hampir  tak ada waktu untuk bersantai bahkan hari minggu sekalipun. Kesibukanya hanya ke laboratorium atau perpustakaan hingga larut malam.

Baca Juga :  Hengky: Pemkab Jayapura Belum Bisa Pulihkan Perekonomian

“Saya tidak suka bergaul, kalau teman saya hanya tinggal di  Asrama, saya tinggal di kos hanya untuk belajar,” katanya.

Rupanya kerja kerasnya itu berbuah manis. Iapun diwisuda dengan menyabet predikat cumlaude mengalahkan 16 mahasiswa lainnya seangkatannya. Dianggap genius, ia sempat dipinang perusahaan penerbangan Air Asia dan perusahaan Mobil BMW di China. Semuanya ditolak karena masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S3.

“Saya belajar dari pagi jam delapan di perpustakaan sampai jam enam sore, kemudian lanjut ke laboratorium hingga jam 12 sampai jam 1 malam,” ungkapnya.

Ia menyampaikan ucapan terimakasih yang luar biasa kepada Bupati Mathius Awoitauw yang telah memberikan kesempatan baginga hingga menyelesaikan jenjang S2. Dia juga berpesan kepada seluruh kaum muda khususnya yang masih sekolah untuk tekun belajar. Karena hanya dengan pendidikanlah masa depan seseorang dapat diubah dan bisa menjangkau dunia menjadi lebih muda.

“Prestasi ini saya berikan secara khusus buat bapak Bupati Matius Awoitauw yang sudah sepenuhnya mendukung saya,”tambahnya.(*)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya