
JAYAPURA – Hasil kunjungan kerja anggota Komisi II DPR Papua, John Gobay ke lokasi Pomako Distrik Marupu Jaya Kabupaten Mimika mendapatkan pemandangan yang cukup menghenyak. Bagaimana tidak, sebagai masyarakat pemilik negeri yang kaya, masyarakat Komoro justru hidup memprihatinkan dan berada di garis kemiskinan. Ia melihat banyak masyarakat di lokasi ini yang rumahnya jauh dari layak.
“Dalam kunker ke Mimika saya menyempatkan diri ke Daerah Pomako, Distrik Mapurujaya dan jujur saya kaget dengan suasana memprihatinkan di dekat pelabuhan yang biasa mengirim hasil tambang dengan nominal miliaran dolar,” kata John yang baru kembali dari Timika, Selasa (11/6) kemarin.
Ia menyebut masyarakat Komoro di Distrik Marupu Jaya banyak yang tinggal di atas hutan bakau dengan rumah dari potongan-potongan papan. “Menurut saya ini sebuah fakta yang memprihatinkan dan harus dapat segera ditangani baik oleh pemerintah dan Freeport. Disana terdapat Suku Komoro dan Suku Asmat untuk itu saya mengharapkan adanya pembangunan rumah yang memang representatif serta manusiawi. Bukan terbiar seperti ini di atas negerinya sendiri,” beber John.
Dari kondisi itu, John meminta Freeport dan Pemprov maupun Pemkab serta Satker perumahan agar dapat merancang dan membangun pemukiman yang sesuai dengan kearifan lokal. “Jadi masyarakat di sini nampaknya selain memerlukan rumah yang layak huni tetapi juga jembatan sebagai penghubung,” katanya. (ade/tri)
SENTANI- Komandan Lanud Silas Papare Marsma TNI Ir. Tri Bowo Budi Santoso, mengadakan halal bihalal dengan masyarakat muslim di Wamena tepatnya di Kampung Yapema dengan cara tradisional yaitu bakar batu.
“Tradisi umat Muslim di Indonesia setelah hari raya Idul Fitri biasanya mengadakan halal bihalal dan silaturahmi. Kali ini ada yang berbeda kami dari Lanud Jayapura mengadakan bakar batu bersama masyarakat di Kampung Yapema Wamena,”ungkap Tri Bowo Budi Santoso kepada wartawan di Sentani, Selasa (11/6).
Menurutnya acara halal bihalal dengan upacara tradisional bakar batu itu diikuti oleh ratusan masyarakat setempat. Tidak hanya umat muslim tetapi masyarakat non muslim seperti umat Kristiani juga sangat antusias mengikuti acara tersebut. Kata dia hal ini juga dilakukan sebagai bentuk Mempererat hubungan tali silahturahmi baik antar sesama umat muslim maupun antar sesama umat beragama di wilayah itu.
“Kami menyumbangkan satu ekor sapi dan 600 ekor ayam untuk bahan konsumsi masyarakat. Menu ini diolah secara tradisional yaitu bakar batu,” tandasnya.
Dia menambahkan upacara bakar batu ini sedikit berbeda dari biasanya yang menggunakan daging babi sebagai menu utama namun kali ini pihaknya memilih menggunakan daging ayam dan sapi. Dia menambahkan halal bihalal di Wamena itu bertujuan untuk saling berbagi kebahagiaan dengan warga muslim yang berada di Wamena Selain itu untuk menjalin kebersamaan antar umat beragama. (roy/tri)