Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Rencana Pemindahan 400 Kuburan Ditolak

Tolak pemindahan makam. Kuburan lama  yang ada di belakang Tubu Lingkaran Brawijaya Merauke. Para hali waris perintis menolak   rencana pemerintah memindahkan makam yang ada di  kuburan ini.  ( FOTO : Sulo/Cepos )

MERAUKE-   Ahli waris dari para perintis misi  Katolik dan Protestan di Kabupaten  Merauke menolak rencana  pemerintah  daerah yang akan memindahkan sedikitnya 400 makam   yang ada di belakang Tugu Lingkaran Brawijaya (Libra) Merauke.  

  Senin (20/5) lalu, para tokoh dari Katolik  dan Protestan  menggelar rapat  berlangsung Pertenten Sai Merauke. Hasilnya, menolak pemindahan  400  makam    yang ada di  lahan sekitar  kurang lebih 1 hektar tersebut. Dalam pertemuan itu  juga ditunjuk  sebagai ketua adalah Aloysius Dumatubun, SH. 

   Dihubungi  kemarin, Aloysius Dumatubun menjelaskan, bahwa    para ahli waris menolak rencana pemerintah  daerah   memindahkan  400 makam  yang ada di kuburan tersebut. ‘’Apapun yang terjadi, kami   ahli waris   perintis   dengan tegas  menyatakan menolak  pemindahan 400 makam  yang ada di kuburan tersebut,’’ tandas Aloysius Dumatubun. 

    Menurut  Aloysius bahwa yang harus disadari bahwa mereka yang dimakamkan di kuburan tersebut adalah  yang  datang ke Tanah Animha membawa kabar suka cita khususnya yang Katolik maupun Kristen Protestan. ‘’Pertanyaan sekarang apakah selama ini ada menggangu dan mengusik dan tiba-tiba pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Tata Kota langsung akan memindahkan 400-an makam di sana. Kalau  pemerintah mau buat ruang  terbuka hijau (RTH) maka pertanyaan saya  mari kita mulai ruang terbuka hijau itu dari mana. Apakah kita mulai dari bandara atau dari pelabuhan. Karena kita harus ingat bahwa peradaban itu masuk mulai dari laut. “ ujarnya. 

Baca Juga :  Pj Gubernur Janjikan SK Ketua dan PAW Segera Terbit

  “Conton,  begitu kita masuk  dari pelabuhan, kita lurus dan mentok  di sana kuburan Belanda.    Itukan menandakan bahwa itu dulu batas kota ada di situ, dan yang dimakamkan di sana adalah kolonial. mengapa makam mereka  tidak dicanangkan masuk ke dalam RTH. Justru oleh  pak bupati dicat dan    dibuat ruang terbuka hijau dan lebih cantik. Itu bukan bangsa Indonesia tapi kuburannya itu  dijaga, dipercantik dan diperlihara sebagai tonggak sejarah. Tapi mengapa bangsamu sendiri yang memperjuangkan dan membawa suka cita Injil ke tanah Papua ini mau di gusur-gusur,’’ tuturnya panjang lebar.

    Karena itu, tandas   Aloysius Dumatubun, pihaknya dengan tegas menolak rencana pemindahan  400 makam  tersebut. ‘’Ingat pesan dari tokoh Proklamator kita. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai     para pahlawannya. Mereka itu pahlawan. Yang saya tahu itu kuburan  Katolik dan yang boleh dimakamkan di sana adalah tokoh-tokoh  dari Gereja Katolik maupun Protestan,’’ jelasnya.  Termasuk  guru-guru  juga banyak dimakamkan di sana. 

Baca Juga :  Tanah Adat Diserobot, Masyarakat Adat Sosom Mengadu ke Polres

‘’ Kasihan mereka sudah datang berjuang di sini dari gelap maupun terang dan mau di kasih gusur,’’ terangnya. 

 Aloysius   Dumatubun mengaku bahwa pihaknya  tetap akan meminta audiens dengan pemerintah daerah. Namun audiens ini  akan dilakukan pihaknya setelah penetapan presiden terpilih oleh KPU RI. (ulo/tri)

Tolak pemindahan makam. Kuburan lama  yang ada di belakang Tubu Lingkaran Brawijaya Merauke. Para hali waris perintis menolak   rencana pemerintah memindahkan makam yang ada di  kuburan ini.  ( FOTO : Sulo/Cepos )

MERAUKE-   Ahli waris dari para perintis misi  Katolik dan Protestan di Kabupaten  Merauke menolak rencana  pemerintah  daerah yang akan memindahkan sedikitnya 400 makam   yang ada di belakang Tugu Lingkaran Brawijaya (Libra) Merauke.  

  Senin (20/5) lalu, para tokoh dari Katolik  dan Protestan  menggelar rapat  berlangsung Pertenten Sai Merauke. Hasilnya, menolak pemindahan  400  makam    yang ada di  lahan sekitar  kurang lebih 1 hektar tersebut. Dalam pertemuan itu  juga ditunjuk  sebagai ketua adalah Aloysius Dumatubun, SH. 

   Dihubungi  kemarin, Aloysius Dumatubun menjelaskan, bahwa    para ahli waris menolak rencana pemerintah  daerah   memindahkan  400 makam  yang ada di kuburan tersebut. ‘’Apapun yang terjadi, kami   ahli waris   perintis   dengan tegas  menyatakan menolak  pemindahan 400 makam  yang ada di kuburan tersebut,’’ tandas Aloysius Dumatubun. 

    Menurut  Aloysius bahwa yang harus disadari bahwa mereka yang dimakamkan di kuburan tersebut adalah  yang  datang ke Tanah Animha membawa kabar suka cita khususnya yang Katolik maupun Kristen Protestan. ‘’Pertanyaan sekarang apakah selama ini ada menggangu dan mengusik dan tiba-tiba pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Tata Kota langsung akan memindahkan 400-an makam di sana. Kalau  pemerintah mau buat ruang  terbuka hijau (RTH) maka pertanyaan saya  mari kita mulai ruang terbuka hijau itu dari mana. Apakah kita mulai dari bandara atau dari pelabuhan. Karena kita harus ingat bahwa peradaban itu masuk mulai dari laut. “ ujarnya. 

Baca Juga :  Pencarian Korban Jatuh dari Jembatan Masih Nihil 

  “Conton,  begitu kita masuk  dari pelabuhan, kita lurus dan mentok  di sana kuburan Belanda.    Itukan menandakan bahwa itu dulu batas kota ada di situ, dan yang dimakamkan di sana adalah kolonial. mengapa makam mereka  tidak dicanangkan masuk ke dalam RTH. Justru oleh  pak bupati dicat dan    dibuat ruang terbuka hijau dan lebih cantik. Itu bukan bangsa Indonesia tapi kuburannya itu  dijaga, dipercantik dan diperlihara sebagai tonggak sejarah. Tapi mengapa bangsamu sendiri yang memperjuangkan dan membawa suka cita Injil ke tanah Papua ini mau di gusur-gusur,’’ tuturnya panjang lebar.

    Karena itu, tandas   Aloysius Dumatubun, pihaknya dengan tegas menolak rencana pemindahan  400 makam  tersebut. ‘’Ingat pesan dari tokoh Proklamator kita. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai     para pahlawannya. Mereka itu pahlawan. Yang saya tahu itu kuburan  Katolik dan yang boleh dimakamkan di sana adalah tokoh-tokoh  dari Gereja Katolik maupun Protestan,’’ jelasnya.  Termasuk  guru-guru  juga banyak dimakamkan di sana. 

Baca Juga :  Tanah Adat Diserobot, Masyarakat Adat Sosom Mengadu ke Polres

‘’ Kasihan mereka sudah datang berjuang di sini dari gelap maupun terang dan mau di kasih gusur,’’ terangnya. 

 Aloysius   Dumatubun mengaku bahwa pihaknya  tetap akan meminta audiens dengan pemerintah daerah. Namun audiens ini  akan dilakukan pihaknya setelah penetapan presiden terpilih oleh KPU RI. (ulo/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya