Perum Bulog Merauke Tidak Lagi Beli Beras Tapi GKG
Aktivitas pengeluaran beras dari gudang Bulog Merauke beberapa waktu lalu. Mulai musim panen rendengan tahun ini, gudang bulog tersebut tidak seluruhnya diisi lagi dengan beras tapi Gabah Kering Giling (GKG) hasil pengadaan dari petani melalui mitra Bulog. ( FOTO: Sulo/Merauke)
MERAUKE- Jika selama ini, Perum Bulog Merauke membeli hasil panen petani dalam bentuk beras, maka mulai musim panen tahun ini perusahaan plat merah tersebut tidak lagi membeli beras tapi berupa Gabah Kering Giling (GKG). “Itu instruksi dari kantor pusat yang resminya kami terima tanggal 20 Maret 2020 kemarin, dimana pengadaan yang dilakukan oleh Bulog diutamakan gabah kering giling dengan persyaratan kadar air 14 persen, hampa kotoran 3 persen,’’ kata Kepala Perum Bulog Merauke Djabiruddin, dihubungi media ini, Jumat (17/4).
Djabiruddin menjelaskan, untuk pembelian GKG tersebut dengan HPP sebesar Rp 5.300 perkilonya. Harga ini sudah berada di gudang bulog. Djabiruddin menyebut, pembellian GKG yang dilakukan Bulog ini lebih berpihak kepada petani. Karena petani tinggal menanggung biaya jemur gabah. Sedangkan jasa giling sebesar 10 persen tidak ditanggung lagi oleh petani.
“Ini yang harus dipahami oleh petani bahwa biaya giling sebesar 10 persen tidak ditanggung lagi oleh petani. Jadi kebijakan ini sebenarnya lebih berpihak kepada petani,’’ terangnya.
Karena itu, lanjut Djabiruddin, pembelian GKG oleh Bulog ini harus terus menerus dilakukan oleh para mitra Bulog dengan memberikan pemahaman kepada petani sehingga para petani di Merauke dapat menerima kebijakan ini. Karena pihaknya tidak lagi membeli beras namun dalam bentuk gabah kering siap giling.
Djabiruddin menjelaskan bahwa dengan membeli dalam bentuk gabah maka akan lebih tahan lama. Pada tahun 2020 ini, Perum Bulog Merauke ditargetkan untuk pengadaan sebanyak 32.000 ron beras. Menurut Djabiruddin, untuk pengadaan GKG tersebut akan disesuaikan dengan beras 32.000 ton tersebut.
“Untuk gabah yang setara beras 32.000 ton itu mungkin sekitar 45.000-50.000 ton,’’katanya.
Soal ketersediaan gudang untuk menampung gabah yang volumenya lebih banyak dibandingkan dengan beras, Djabituddin mengaku jika gudang yang dimiliki Bulog cukup. ‘’Untuk gudang saya pikir cukup untuk menampung gabah tersebut,’’ tambahnya. (ulo/tri)
Aktivitas pengeluaran beras dari gudang Bulog Merauke beberapa waktu lalu. Mulai musim panen rendengan tahun ini, gudang bulog tersebut tidak seluruhnya diisi lagi dengan beras tapi Gabah Kering Giling (GKG) hasil pengadaan dari petani melalui mitra Bulog. ( FOTO: Sulo/Merauke)
MERAUKE- Jika selama ini, Perum Bulog Merauke membeli hasil panen petani dalam bentuk beras, maka mulai musim panen tahun ini perusahaan plat merah tersebut tidak lagi membeli beras tapi berupa Gabah Kering Giling (GKG). “Itu instruksi dari kantor pusat yang resminya kami terima tanggal 20 Maret 2020 kemarin, dimana pengadaan yang dilakukan oleh Bulog diutamakan gabah kering giling dengan persyaratan kadar air 14 persen, hampa kotoran 3 persen,’’ kata Kepala Perum Bulog Merauke Djabiruddin, dihubungi media ini, Jumat (17/4).
Djabiruddin menjelaskan, untuk pembelian GKG tersebut dengan HPP sebesar Rp 5.300 perkilonya. Harga ini sudah berada di gudang bulog. Djabiruddin menyebut, pembellian GKG yang dilakukan Bulog ini lebih berpihak kepada petani. Karena petani tinggal menanggung biaya jemur gabah. Sedangkan jasa giling sebesar 10 persen tidak ditanggung lagi oleh petani.
“Ini yang harus dipahami oleh petani bahwa biaya giling sebesar 10 persen tidak ditanggung lagi oleh petani. Jadi kebijakan ini sebenarnya lebih berpihak kepada petani,’’ terangnya.
Karena itu, lanjut Djabiruddin, pembelian GKG oleh Bulog ini harus terus menerus dilakukan oleh para mitra Bulog dengan memberikan pemahaman kepada petani sehingga para petani di Merauke dapat menerima kebijakan ini. Karena pihaknya tidak lagi membeli beras namun dalam bentuk gabah kering siap giling.
Djabiruddin menjelaskan bahwa dengan membeli dalam bentuk gabah maka akan lebih tahan lama. Pada tahun 2020 ini, Perum Bulog Merauke ditargetkan untuk pengadaan sebanyak 32.000 ron beras. Menurut Djabiruddin, untuk pengadaan GKG tersebut akan disesuaikan dengan beras 32.000 ton tersebut.
“Untuk gabah yang setara beras 32.000 ton itu mungkin sekitar 45.000-50.000 ton,’’katanya.
Soal ketersediaan gudang untuk menampung gabah yang volumenya lebih banyak dibandingkan dengan beras, Djabituddin mengaku jika gudang yang dimiliki Bulog cukup. ‘’Untuk gudang saya pikir cukup untuk menampung gabah tersebut,’’ tambahnya. (ulo/tri)