Sunday, November 24, 2024
30.7 C
Jayapura

11 ABK KM Mulia 168 Dipulangkan ke Kampung Halamannya 

AKP Okto Samosir, SH  (FOTO: Sulo/Cepos)

MERAUKE- Sebanyak 11 dari 18 Anak Buah Kapal (ABK)  KM Mulia 168 yang mengalami musibah tenggelam di sekitar Laut Arafura Merauke, dikembalikan ke kampung halamannya dengan menggunakan pesawat Lion Air dari Merauke-Jakarta, Kamis (10/3).

Kapolres Merauke AKBP Ir. Untung Sangaji, M.Hum melalui Kasat Polairud  AKP, Okto Samosir, SH, saat ditemui media ini menjelaskan, pemulangan ke-11 ABK KM Mulia 168 ini dilakukan oleh perusahaan yang mempekerjakan para ABK  tersebut. ‘’Pemilik perusahannya ada di Jakarta  dan mereka yang membiayai pemulangan mereka kembali ke kampung halaman mereka,’’jelasnya.

Sementara Nahkoda, KKM dan ABK lainnya yang berjumlah 7 orang, kata AKP Okto Samosir, masih tinggal di Merauke. Karena kemungkinan mereka masih dibutuhkan keterangannya terkait masih adanya satu ABK yang tenggelam dan belum ditemukan sampai sekarang ini.

Baca Juga :  Petugas Parkir Tidak Lagi Memungut

Kasat Polairud Okto Samosir menjelaskan, para ABK yang pulang tersebut hanya membawa pakaian di badan saja. Sebab, barang-barang mereka sudah tenggelam bersama dengan kapal. Bahkan satu ABK lainnya bernama Yusup Supriadi  dinyatakan hilang tenggelam dan jasadnya belum temukan sampai sekarang ini.

Dijelaskan, pihaknya sempat bincang-bincang denan para ABK  tersebut dan terkadang mereka berada di tengah laut antara 7 bulan sampai 1 tahun.  ‘’Saya pikir mereka terlalu lama berada di tengah laut dengan kondisi laut yang kadang tidak menentu. Apalagi, kalau persediaan bekal mereka yang tidak memadai,’’ katanya.

Apalagi, lanjut dia, para ABK  cumi ini baru melakukan aktivitas pada malam hari di bawah sorot lampu yang panas dan cukup tajam. ‘’Karena  yang membuat cumi itu datang adalah sorot lampu itu. Itu  yang membuat kesehatan dari ABK Cumi ini  kadang memprihatinkan. Karena mereka berbulan-bulan di laut dan bekerja hanya di malam hari. Sementara siang harinya, belum  tentu mereka istirahat secara maksimal,’’pungkasnya.

Baca Juga :  Dikukuhkan, Korpri PPS Harus Kreatif 

Sekadar dikeyahui, KM Mulia 168 dengan GT 70 ini mengalami musibah tenggelam  di sekitar Perairan Arafura, Merauke pada  24 Februari 2022 lalu sekitar pukul  21.20 WIT. Akibatnya, satu ABK bernama Yusup Supriadi dinyatakan hilang dan belum ditemukan sampai sekarang ini. Pencarian sendiri dihentikan karena sudah lebuh dari 7 hari  sejak kejadian tersebut. Kapal cumi ini tenggelam setellah dihantam ombak yang tinggi di sekitar Perairan Arafura Merauke. (ulo/tho)

AKP Okto Samosir, SH  (FOTO: Sulo/Cepos)

MERAUKE- Sebanyak 11 dari 18 Anak Buah Kapal (ABK)  KM Mulia 168 yang mengalami musibah tenggelam di sekitar Laut Arafura Merauke, dikembalikan ke kampung halamannya dengan menggunakan pesawat Lion Air dari Merauke-Jakarta, Kamis (10/3).

Kapolres Merauke AKBP Ir. Untung Sangaji, M.Hum melalui Kasat Polairud  AKP, Okto Samosir, SH, saat ditemui media ini menjelaskan, pemulangan ke-11 ABK KM Mulia 168 ini dilakukan oleh perusahaan yang mempekerjakan para ABK  tersebut. ‘’Pemilik perusahannya ada di Jakarta  dan mereka yang membiayai pemulangan mereka kembali ke kampung halaman mereka,’’jelasnya.

Sementara Nahkoda, KKM dan ABK lainnya yang berjumlah 7 orang, kata AKP Okto Samosir, masih tinggal di Merauke. Karena kemungkinan mereka masih dibutuhkan keterangannya terkait masih adanya satu ABK yang tenggelam dan belum ditemukan sampai sekarang ini.

Baca Juga :  Pemkab Perpanjang Kerja Sama dengan Kejaksaan Negeri Merauke 

Kasat Polairud Okto Samosir menjelaskan, para ABK yang pulang tersebut hanya membawa pakaian di badan saja. Sebab, barang-barang mereka sudah tenggelam bersama dengan kapal. Bahkan satu ABK lainnya bernama Yusup Supriadi  dinyatakan hilang tenggelam dan jasadnya belum temukan sampai sekarang ini.

Dijelaskan, pihaknya sempat bincang-bincang denan para ABK  tersebut dan terkadang mereka berada di tengah laut antara 7 bulan sampai 1 tahun.  ‘’Saya pikir mereka terlalu lama berada di tengah laut dengan kondisi laut yang kadang tidak menentu. Apalagi, kalau persediaan bekal mereka yang tidak memadai,’’ katanya.

Apalagi, lanjut dia, para ABK  cumi ini baru melakukan aktivitas pada malam hari di bawah sorot lampu yang panas dan cukup tajam. ‘’Karena  yang membuat cumi itu datang adalah sorot lampu itu. Itu  yang membuat kesehatan dari ABK Cumi ini  kadang memprihatinkan. Karena mereka berbulan-bulan di laut dan bekerja hanya di malam hari. Sementara siang harinya, belum  tentu mereka istirahat secara maksimal,’’pungkasnya.

Baca Juga :  Sosialisasi Kebijakan dan Dana Kampanye 

Sekadar dikeyahui, KM Mulia 168 dengan GT 70 ini mengalami musibah tenggelam  di sekitar Perairan Arafura, Merauke pada  24 Februari 2022 lalu sekitar pukul  21.20 WIT. Akibatnya, satu ABK bernama Yusup Supriadi dinyatakan hilang dan belum ditemukan sampai sekarang ini. Pencarian sendiri dihentikan karena sudah lebuh dari 7 hari  sejak kejadian tersebut. Kapal cumi ini tenggelam setellah dihantam ombak yang tinggi di sekitar Perairan Arafura Merauke. (ulo/tho)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya