MERAUKE- Temu Raya III Persekutuan Anggota Muda (PAM) GKI di Tanah Papua yang berlangsung di Merauke dari tanggal 31 Oktober sampai 2 November, salah satunya yang dihasilkan adalah mengamandemen pedoman unsur PAM GKI di Tanah Papua.
“Jadi salah satu yang dihasilkan dari temu raya III ini berkenaan dengan segala perubahan dan kemajuan, maka pedoman unsur PAM Pemuda ditinjau kembali atau diamandemen untuk bersama-sama dengan amendemen tata gereja dan peraturan yang akan dibawa dalam sidang Waropen 2022,” kata Sekretaris Departemen Pembinaan Jemaat Sinode GKI di Tanah Papua Pdt. Gustaf Melkias Wutoi, M.Th saat menggelar jumpa pers beberapa saat sebelum penutupan temu raya tersebut, Sabtu (2/11).
Dikatakan, temu raya ini adalah pertemuan 5 tahunan yang dilakukan oleh GKI untuk mempertemukan para pimpinan pemuda di tingkat Klasis sehingga tugas dari temu raya ini adalah menggumuli permasalahan riil yang dihadapi oleh para pemuda selama periode 5 tahun ini untuk kemudian dicari jalan keluar dalam bentuk program dan kegiatan-kegiatan yag akan dilakukan 5 tahun setelah sidang berikutnya.
“Apa yang telah dibicarakan dan hasilkan disini merupakan usulan pemuda yang akan dibawa dalam Raker Am Sinode di tahun depan di Ayammaru dan dibawa ke sidang Sinode di Waropen tahun 2022 yang ditetapkan sebagai program AM GKI 5 tahun berikutnya,’’ jelasnya.
Ketua Panitia Sadrak Rumbino menjelaskan Temu Raya III PAM GKI di Tanah Papua ini sudah programkan dan diagendakan oleh sinode GKI di Tanah Papua dalam rangka pembinaan pemuda dalam konteks pelayanan sehingga pemuda ini berjalan sesuai dengan koridor dalam aturan gereja secara khusus GKI di Tanah Papua.
Ketua Klasis GKI Merauke Pdt Hetty Kaleb Lumoha, STh, menjelaskan bahwa Klasis GKI Merauke berusaha sebagai sebagai tuan rumah yang baik. Menurutnya, dari 56 klasis dan 14 bakal klasis GKI di Tanah Papua, hadir sebanyak 178 peserta dari 34 klasis. ‘’Yang hadir tidak seperti yang diharapkan dimana seluruh klasis bisa mneghadirkan wakil-wakilnya tapi mungkin karena masalah transportasi sehingga kehadiran pemuda dalam pertemuan ini tidak seperti yang diharapkan,’’ tandasnya. (ulo/tri)
MERAUKE- Temu Raya III Persekutuan Anggota Muda (PAM) GKI di Tanah Papua yang berlangsung di Merauke dari tanggal 31 Oktober sampai 2 November, salah satunya yang dihasilkan adalah mengamandemen pedoman unsur PAM GKI di Tanah Papua.
“Jadi salah satu yang dihasilkan dari temu raya III ini berkenaan dengan segala perubahan dan kemajuan, maka pedoman unsur PAM Pemuda ditinjau kembali atau diamandemen untuk bersama-sama dengan amendemen tata gereja dan peraturan yang akan dibawa dalam sidang Waropen 2022,” kata Sekretaris Departemen Pembinaan Jemaat Sinode GKI di Tanah Papua Pdt. Gustaf Melkias Wutoi, M.Th saat menggelar jumpa pers beberapa saat sebelum penutupan temu raya tersebut, Sabtu (2/11).
Dikatakan, temu raya ini adalah pertemuan 5 tahunan yang dilakukan oleh GKI untuk mempertemukan para pimpinan pemuda di tingkat Klasis sehingga tugas dari temu raya ini adalah menggumuli permasalahan riil yang dihadapi oleh para pemuda selama periode 5 tahun ini untuk kemudian dicari jalan keluar dalam bentuk program dan kegiatan-kegiatan yag akan dilakukan 5 tahun setelah sidang berikutnya.
“Apa yang telah dibicarakan dan hasilkan disini merupakan usulan pemuda yang akan dibawa dalam Raker Am Sinode di tahun depan di Ayammaru dan dibawa ke sidang Sinode di Waropen tahun 2022 yang ditetapkan sebagai program AM GKI 5 tahun berikutnya,’’ jelasnya.
Ketua Panitia Sadrak Rumbino menjelaskan Temu Raya III PAM GKI di Tanah Papua ini sudah programkan dan diagendakan oleh sinode GKI di Tanah Papua dalam rangka pembinaan pemuda dalam konteks pelayanan sehingga pemuda ini berjalan sesuai dengan koridor dalam aturan gereja secara khusus GKI di Tanah Papua.
Ketua Klasis GKI Merauke Pdt Hetty Kaleb Lumoha, STh, menjelaskan bahwa Klasis GKI Merauke berusaha sebagai sebagai tuan rumah yang baik. Menurutnya, dari 56 klasis dan 14 bakal klasis GKI di Tanah Papua, hadir sebanyak 178 peserta dari 34 klasis. ‘’Yang hadir tidak seperti yang diharapkan dimana seluruh klasis bisa mneghadirkan wakil-wakilnya tapi mungkin karena masalah transportasi sehingga kehadiran pemuda dalam pertemuan ini tidak seperti yang diharapkan,’’ tandasnya. (ulo/tri)