
MERAUKE – Tokoh Selatan Papua Drs Johanes Gluba Gebze mengajak seluruh masyarakat Merauke untuk tidak perlu takut berlebihan terkait dengan informasi atau isu yang gencar di masyarakat akan adanya aksi demi besar-besaran yang akan terjadi pada hari ini, Rabu (4/9).
Mantan orang nomor satu dua periode tersebut menjelaskan bahwa aksi tersebut tidak ada karena Merauke ini sudah dimateraikan dengan sebagai istana damai, istana cinta kasih sebagai gerbang Hati Kudus Yesus.
‘’Yang bikin takut itu adalah ketakutan kita itu sendiri. Jadi jangan takut. Jadi persoalan sesungguhnya adalah cara kita menanggagap,’’ tandasnya.
Johanes Gluba Gebze yang akrab juga disapa JGG ini menjelaskan bahwa demo itu bukan anarkis. Menurutnya, masyarakat bisa menjalankan hak konstitusionalnya yang sudah diatur baik kepada setiap individu orang maupun kepada kelompok massa pada Pasal 28 UUD 1945 yakni kemedekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan ddengan UU.
‘’Dimana UU-nya Nomor 19 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Tidak ada judul merusak. Jangan sampai kata demonstrasi itu ditransfer seakan –akan kita merusak. Itu salah. Melakukan demo itu ada etikanya. Kalau anda merusak maka anda sudah menyeberang ke wilayah hukum. Tapi selama anda masih berada dalam koridor kemerdekaan berpendapat silakan berpendapat. Hanya satu, yang saya pesan sebagai tokoh. Jika anda tidak puas maka sampaikan itu dengan jelas supaya publik bisa memahami tujuan anda menyampaikan penyampaian di depan umum. Tapi jangan merusak karena itu akan berhadapan dengan hukum,’’ tandasnya.
JGG juga menjelaskan bahwa bagi setiap perantau ada filosofi yang harus dipegang teguh, yakni dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Selain itu, lanjutnya, satu isyarat untuk bagaimana memelihara kemajemukan yang baik kedepan. Karena menurutnya, potensi damai dan kerusuhan itu terjadi karena tidak memahami perbedaan itu dengan baik.
‘’Jangan soal perbedaan fisiknya tapi bagaimana mengelola pikiran , mulut, tangan, dan jarimu. Persoalan pertama manusia itu karena salah mengelola organ tubuh yang dikaruniakan Allah. mata dipakai melotot, mulut digunakan memaki orang dengan kata-kata kasar dan sebagainya,’’ jelasnya.
Ditambahkan, damai tidak pernah datang karena spanduk tapi damai ini karena menyalami setiap orang yang ditemui, mengunjungi sesama, saling memberi ajakan dan sapaan kasih.
‘’Sederhana saja tapi kadang kita abaikan dan cari yang rumit-rumit dengan buat spanduk,’’ tambahnya. (ulo/tri)