Friday, April 19, 2024
33.7 C
Jayapura

Terlambat Dipanen, Sekitar 100 Hektar Padi Mulai Rusak

Kondisi padi yang sudah mulai rusak  yang belum di panen  karena terbatasnya  Combine  ( FOTO: Ist/Cepos )

MERAUKE-Terbatasnya  alat combine  atau mesin  pemanen membuat  petani  kesulitan  untuk  memanen padinya. Dilaporkan, sekitar 100 hektar  padi yang ada di  Kampung Rawa  Sari, Distrik Malind  sampai sekarang  belum  bisa di panen  karena terbatasnya   combine  tersebut.  

Akibatnya, banyak   yang  mulai  rusak  karena tidak dipanen tepat  waktu.   

   Namun terbatasnya  combine  ini  hampir  terjadi di seluruh sentra pertanian di Merauke. Karena permasalahan   ini telah disampaikan petani kepada  Bupati Merauke saat  panen  bersama di  SP 9 Tanah Miring  Merauke beberapa  waktu lalu. 

  Wakil  Bupati  Merauke   Sularso, SE, mengakui  jika  saat ini  sebagian  padi petani  belum bisa dipanen  karena terbatasnya  combine  tersebut. Ini disebabkan, selain  karena  terjadi intensifikasi dan  ektensifikasi  pertanian, juga  sebagian   bantuan Combine dari pemerintah   tidak lagi  maksimal  karena umur dari  peralatan  tersebut.   

Baca Juga :  Kendati Belum Diterapkan, Masyarakat Sudah New Normal

   Sementara  kemampuan  pemerintah  baik pusat  dan daerah sangat terbatas dalam memenuhi   kebutuhan  combine  tersebut. Karena itu, lanjut   Wabup  Sularso, terkait dengan   permasalahan  yang dialami  pertani  tersebut,  bupati  telah melakukan pertemuan dengan  para   gapoktan  belum lama ini.

   “Kalau saya simak dari petunjuk dan arahan pak bupati, kami pemerintah  daerah juga  ingin melakukan kerja sama dengan   perbankan  nasional terutama  untuk  pengadaan  combine dan mesin pengering yang saat ini dikeluhkan oleh petani. Kami sudah  mulai melakukan komunikasi dengan berbagai  pihak   termasuk internal  kami mulai  dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dimana setiap tahunnya ada program pengadaan alat -alat  pertanian.  Jenisnya cukup banyak, ada pompa  air, hand  traktor,   jonder dan combine,’’ jelasnya saat ditemui   media  ini di ruang kerjanya.   

Sularso, SE  ( FOTO: Sulo/Cepos) 

   Wabup  Sularso  menjelaskan, bahwa untuk   rasionalitasnya untuk combine dimana   setiap 100  hektar   seharusnya ada  1  mesin combine.  Dikatakan, setiap tahunnya  ada pengadaan Alsintan.   Namun  fakta yang  terjadi bahwa  hal itu   belum menyelesaikan permasalahan. Karena  dalam waktu bersamaan optimalisasi  lahan dan pembukaan  lahan  baru  juga dilakukan yang dibarengi dengan   dengan  infrastruktur lainnya.

Baca Juga :  Kapal Pesiar Alami Kerusakan Mesin di Laut Arafura

    Karena itu, tambah Wabup    Sularso,   untuk mengatasi   kekurangan  combine secara bertahap  tersebut  harus dilakukan kerja sama dengan  perbankan. “Kami juga mohon dukungan dari  Dewan untuk kita bisa berkolaborasi  minimal untuk meringankan beban  petani. Karena untuk menyelesaikan masalah secara keseluruhan saya pikir tidak bisa  tapi secara bertahap,’’ tandasnya. (ulo/tri)    

Kondisi padi yang sudah mulai rusak  yang belum di panen  karena terbatasnya  Combine  ( FOTO: Ist/Cepos )

MERAUKE-Terbatasnya  alat combine  atau mesin  pemanen membuat  petani  kesulitan  untuk  memanen padinya. Dilaporkan, sekitar 100 hektar  padi yang ada di  Kampung Rawa  Sari, Distrik Malind  sampai sekarang  belum  bisa di panen  karena terbatasnya   combine  tersebut.  

Akibatnya, banyak   yang  mulai  rusak  karena tidak dipanen tepat  waktu.   

   Namun terbatasnya  combine  ini  hampir  terjadi di seluruh sentra pertanian di Merauke. Karena permasalahan   ini telah disampaikan petani kepada  Bupati Merauke saat  panen  bersama di  SP 9 Tanah Miring  Merauke beberapa  waktu lalu. 

  Wakil  Bupati  Merauke   Sularso, SE, mengakui  jika  saat ini  sebagian  padi petani  belum bisa dipanen  karena terbatasnya  combine  tersebut. Ini disebabkan, selain  karena  terjadi intensifikasi dan  ektensifikasi  pertanian, juga  sebagian   bantuan Combine dari pemerintah   tidak lagi  maksimal  karena umur dari  peralatan  tersebut.   

Baca Juga :  Spesialis Pencuri Handphone di Mappi Diserahkan ke Jaksa

   Sementara  kemampuan  pemerintah  baik pusat  dan daerah sangat terbatas dalam memenuhi   kebutuhan  combine  tersebut. Karena itu, lanjut   Wabup  Sularso, terkait dengan   permasalahan  yang dialami  pertani  tersebut,  bupati  telah melakukan pertemuan dengan  para   gapoktan  belum lama ini.

   “Kalau saya simak dari petunjuk dan arahan pak bupati, kami pemerintah  daerah juga  ingin melakukan kerja sama dengan   perbankan  nasional terutama  untuk  pengadaan  combine dan mesin pengering yang saat ini dikeluhkan oleh petani. Kami sudah  mulai melakukan komunikasi dengan berbagai  pihak   termasuk internal  kami mulai  dengan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dimana setiap tahunnya ada program pengadaan alat -alat  pertanian.  Jenisnya cukup banyak, ada pompa  air, hand  traktor,   jonder dan combine,’’ jelasnya saat ditemui   media  ini di ruang kerjanya.   

Sularso, SE  ( FOTO: Sulo/Cepos) 

   Wabup  Sularso  menjelaskan, bahwa untuk   rasionalitasnya untuk combine dimana   setiap 100  hektar   seharusnya ada  1  mesin combine.  Dikatakan, setiap tahunnya  ada pengadaan Alsintan.   Namun  fakta yang  terjadi bahwa  hal itu   belum menyelesaikan permasalahan. Karena  dalam waktu bersamaan optimalisasi  lahan dan pembukaan  lahan  baru  juga dilakukan yang dibarengi dengan   dengan  infrastruktur lainnya.

Baca Juga :  Bangkai KM Patar Akan Dievakuasi?

    Karena itu, tambah Wabup    Sularso,   untuk mengatasi   kekurangan  combine secara bertahap  tersebut  harus dilakukan kerja sama dengan  perbankan. “Kami juga mohon dukungan dari  Dewan untuk kita bisa berkolaborasi  minimal untuk meringankan beban  petani. Karena untuk menyelesaikan masalah secara keseluruhan saya pikir tidak bisa  tapi secara bertahap,’’ tandasnya. (ulo/tri)    

Berita Terbaru

Artikel Lainnya