Marthen Ganna: Tidak Boleh Ada Bangunan di Atas Resapan Air!
Salah satu perumahan di Nowari depan Lantamal XI Merauke yang dianggap dibangun di areal resapan air yang setiap tahunnya juga alami banjir. Terparah terjadi pada tahun 2018 lalu. ( FOTO: Sulo/Cepos )
Salah satu perumahan di Nowari depan Lantamal XI Merauke yang dianggap dibangun di areal resapan air yang setiap tahunnya juga alami banjir. Terparah terjadi pada tahun 2018 lalu. ( FOTO: Sulo/Cepos )
MERAUKE- Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Pertanahan Kabupaten Merauke Drs Marthen Ganna menegaskan bahwa wilayah yang menjadi resapan air selama ini tidak boleh ada bangunan di atasnya, termasuk perumahan. Sebab, jika wilayah-wilayah resapan air tersebut diberikan izin membangun maka akan memberi dampak yang cukup besar bagi Kota Merauke.
“Karena kita tahu bahwa Merauke ini adalah daerah yang rata. Kita tahu, hujan sedikit langsung banjir. Kalau daerah-daerah resapan itu sudah ditutup dengan bangunan maka tentunya kita semua yang akan terima dampaknya besok. Banjir akan semakin tinggi. Kalau hujan besar ditambah air pasang dari laut maka sudah pasti akan terjadi banjir,’’ tandas Marthen Ganna ketika ditemui media ini, Senin (2/11).
Namun untuk perizinan bangunan tersebut, lanjut Marhen Ganna, pihaknya tidak mengeluarkan perizinan. ‘’Perizinan soal ruang atau zona itu dari Dinas Pekerjaaan Umum. Tapi tentunya, ketika seorang pengembang perumahan membangun itu pasti sudah mengantongi perizinan. Tidak mungkin membangun tanpa mengantongi izin lokasi karena dia akan rugi besar kalau ternyata belum. Karena akan dibongkar,’’ jelasnya.
Sementara itu, Cenderawasih Pos saat mendatangi salah satu perumahan di sekitar depan Mako Lantamal XI Merauke tampak sebagian dari rumah tersebut belum ditempati atau ditinggalkan oleh penghuninya. ‘’Bapak kalau mau beli rumah disini, lebih baik tidak usah. Kami yang sudah beli rumah ini justru kecewa. Karena selain masalah jalannya, juga tiap tahun kebanjiran. Bagaimana sudah tahu daerah rendah begini tapi pondasinya sangat rendah,’’ kata seorang warga di tempat tersebut yang sedang menaikan pondasi rumahnya lagi.
Sementara itu, kantor dari pengembang tersebut saat didatangi media ini tertutup. Di depan kantor hanya ada satu unit motor, namun saat media ini mengetuk pintu dan memanggil tak satupun orang menyahut dari dalam. (ulo/tri)
Salah satu perumahan di Nowari depan Lantamal XI Merauke yang dianggap dibangun di areal resapan air yang setiap tahunnya juga alami banjir. Terparah terjadi pada tahun 2018 lalu. ( FOTO: Sulo/Cepos )
MERAUKE- Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Pertanahan Kabupaten Merauke Drs Marthen Ganna menegaskan bahwa wilayah yang menjadi resapan air selama ini tidak boleh ada bangunan di atasnya, termasuk perumahan. Sebab, jika wilayah-wilayah resapan air tersebut diberikan izin membangun maka akan memberi dampak yang cukup besar bagi Kota Merauke.
“Karena kita tahu bahwa Merauke ini adalah daerah yang rata. Kita tahu, hujan sedikit langsung banjir. Kalau daerah-daerah resapan itu sudah ditutup dengan bangunan maka tentunya kita semua yang akan terima dampaknya besok. Banjir akan semakin tinggi. Kalau hujan besar ditambah air pasang dari laut maka sudah pasti akan terjadi banjir,’’ tandas Marthen Ganna ketika ditemui media ini, Senin (2/11).
Namun untuk perizinan bangunan tersebut, lanjut Marhen Ganna, pihaknya tidak mengeluarkan perizinan. ‘’Perizinan soal ruang atau zona itu dari Dinas Pekerjaaan Umum. Tapi tentunya, ketika seorang pengembang perumahan membangun itu pasti sudah mengantongi perizinan. Tidak mungkin membangun tanpa mengantongi izin lokasi karena dia akan rugi besar kalau ternyata belum. Karena akan dibongkar,’’ jelasnya.
Sementara itu, Cenderawasih Pos saat mendatangi salah satu perumahan di sekitar depan Mako Lantamal XI Merauke tampak sebagian dari rumah tersebut belum ditempati atau ditinggalkan oleh penghuninya. ‘’Bapak kalau mau beli rumah disini, lebih baik tidak usah. Kami yang sudah beli rumah ini justru kecewa. Karena selain masalah jalannya, juga tiap tahun kebanjiran. Bagaimana sudah tahu daerah rendah begini tapi pondasinya sangat rendah,’’ kata seorang warga di tempat tersebut yang sedang menaikan pondasi rumahnya lagi.
Sementara itu, kantor dari pengembang tersebut saat didatangi media ini tertutup. Di depan kantor hanya ada satu unit motor, namun saat media ini mengetuk pintu dan memanggil tak satupun orang menyahut dari dalam. (ulo/tri)