MERAUKE- Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke, Stefanus Kaphasiang, S.Pd, mengakui, sampai saat ini, masih ada 1 sekolah yang terancam siswanya tidak bisa mengikuti ujian akhir sekolah karena murid sekolah tersebut belum terdaftar dalam Dapodik, sistem pendataan berskala nasional yang terintegrasi dengan data kependidikan lainnya.
‘’Jujur saya katakan, masih ada 1 sekolah yang belum kita rapikan. Saya lebih bagus lakukan apa yang sebetulnya kita lakukan. Kalau belum siap, jangan dipaksa. Kita mau putus mata rantai. Jangan sampai terjadi buta huruf terus,’’ katanya di sela-sela peringatan Hgari Pendidikan Nasional 2 Mei 2023, kemarin.
Namun begitu, Stefanus Kaphasiang enggan membeberkan nama sekolah yang dimaksud. ‘’Sekolahnya nanti kita sampaikan. Sekarang kita masih melakukan pembenahan,’’ terangnya.
Kendati begitu, Stefanus Kaphasiang menyebut jika sekolah tersebut berada di pinggiran Kota Merauke. ‘’Hanya kendalanya di Dapodik. Sekarang kita usahakan. Tapi ketika Dapodik sudah baik dan NSP sudah keluar, berarti dia sudah bisa jalan,’’ katanya.
Menurutnya, sekolah tersebut tetap operasional, hanya kendalanya pada masalah Dapodik siswa. ‘’Sementara sinkronisasi data,’’ terangnya.
Sekadar diketahui pada 2022 lalu, 5 sekolah dasar di Merauke yang dilaporkan tidak dapat mengikuti ujian akhir sekolah dikarenakan sekolah tersebut tidak operasional. Namun Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke mulai melakukan pembenahan, di mana seluruh guru yang mendapatkan nota dinas dikembalikan sesuai tempat tugas yang ada di dalam SK. Selain itu, Dinas Pendidikan merekrut dan menempatkan sejumlah guru kontrak pada sekolah-sekolah yang masih kekurangan guru.(ulo/tho)