Tuesday, September 30, 2025
26.5 C
Jayapura

Keindahannya Tergerus Sepi, Harus Berinovasi di Tengah Maraknya Pilihan Wisata

Ia mengenang masa-masa kejayaan pantai Base G, dimana kala itu 10 gazebo miliknya tidak pernah kosong setiap akhir pekan. Namun kini mencari satu pengunjung pun terasa sulit.

“Dulu itu pondok tidak pernah kosong, bahkan hari biasa pun juga penuh. Tapi sekarang sepi sekali,” ujarnya.

Kemudian Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Kayu Batu (Pokdarwis) Steven Makanuay mengatakan sepinya Base G juga ditengarai oleh kemunculan destinasi wisata baru di Kota Jayapura dan sekitarnya.

Termasuk dibukanya Jembatan Merah pada tahun 2019, akses menuju Pantai Holtekamp dan Pasir II menjadi jauh lebih mudah, menarik perhatian banyak pelancong.

“Cukup berdampak, karena banyak wisata baru seperti pantai Holtekamp dan Pasir II Holtekamp. Di Kabupaten juga dulu jalan rusak tapi akses sudah bagus dan sudah banyak yang ke sana,” ungkap Steven.

Baca Juga :  Indeks Pelanggaran dan Kecelakaan di Wilayah Polda Papua Menurun

Ia menyebutkan, tahun 2019 ke belakang, pantai Base G kadang dikunjungi 4000-5000 orang setiap minggu.

“Sekarang karcis habis kadang 6-7 blok perminggu. Dulu itu kadang sampai 20 blok lebih hanya untuk sabtu-minggu. Satu blok itu ada 200 karcis,” ucapnya.

Dia juga tak tahu persis alasan Base G mulai ditinggal para pelancong. Tapi ia juga mengaku bahwa kerap menemui keluhan para pengunjung lewat media sosial terkait tarif yang dinilai lumayan mahal bagi sebagian masyarakat.

“Pondok di sini mulai Rp 200-300 ribu sudah termasuk kamar mandi dan parkiran. Tapi banyak yang menilai itu mahal,” ujar pria yang sehari-hari berdiri di gerbang masuk pantai.

Padahal menurutnya, harga tersebut sepadan dengan keindahan dan kebersihan yang disuguhkan oleh pantai Base G. Dari pantauan Cenderawasih Pos, Pantai Base G hanya kalah soal kuliner. Di Base G memang tidak menjajakan kuliner layaknya di destinasi pantai lainnya.

Baca Juga :  Tercatat 33 Keluhan Masyarakat yang Masuk, Mulai Soal Infrastruktur hingga Gaji

Steven juga berharap ada perhatian dari pemerintah untuk menghidupkan kembali wisata Base G. “Pemerintah sudah ikut membantu tapi harapannya perlu ada pendampingan lagi untuk menjawab kebutuhan pengunjung terkait apa yang kurang di pantai Base G,” pungkasnya.

Kata dia, pengunjung pantai Base G saat ini mayoritas pengunjung lama. Alias masyarakat itu-itu saja. Para pemilik tempat di pantai Base G kini hanya bisa berharap. Mereka merindukan masa ketika pantai ini kembali hidup, dipenuhi tawa ceria anak-anak, alunan musik, dan aroma ikan bakar. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Ia mengenang masa-masa kejayaan pantai Base G, dimana kala itu 10 gazebo miliknya tidak pernah kosong setiap akhir pekan. Namun kini mencari satu pengunjung pun terasa sulit.

“Dulu itu pondok tidak pernah kosong, bahkan hari biasa pun juga penuh. Tapi sekarang sepi sekali,” ujarnya.

Kemudian Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Kayu Batu (Pokdarwis) Steven Makanuay mengatakan sepinya Base G juga ditengarai oleh kemunculan destinasi wisata baru di Kota Jayapura dan sekitarnya.

Termasuk dibukanya Jembatan Merah pada tahun 2019, akses menuju Pantai Holtekamp dan Pasir II menjadi jauh lebih mudah, menarik perhatian banyak pelancong.

“Cukup berdampak, karena banyak wisata baru seperti pantai Holtekamp dan Pasir II Holtekamp. Di Kabupaten juga dulu jalan rusak tapi akses sudah bagus dan sudah banyak yang ke sana,” ungkap Steven.

Baca Juga :  Kerjasama Dengan Yohanes Surya, Ditargetkan Bisa Diserap 35 Ribu Anak

Ia menyebutkan, tahun 2019 ke belakang, pantai Base G kadang dikunjungi 4000-5000 orang setiap minggu.

“Sekarang karcis habis kadang 6-7 blok perminggu. Dulu itu kadang sampai 20 blok lebih hanya untuk sabtu-minggu. Satu blok itu ada 200 karcis,” ucapnya.

Dia juga tak tahu persis alasan Base G mulai ditinggal para pelancong. Tapi ia juga mengaku bahwa kerap menemui keluhan para pengunjung lewat media sosial terkait tarif yang dinilai lumayan mahal bagi sebagian masyarakat.

“Pondok di sini mulai Rp 200-300 ribu sudah termasuk kamar mandi dan parkiran. Tapi banyak yang menilai itu mahal,” ujar pria yang sehari-hari berdiri di gerbang masuk pantai.

Padahal menurutnya, harga tersebut sepadan dengan keindahan dan kebersihan yang disuguhkan oleh pantai Base G. Dari pantauan Cenderawasih Pos, Pantai Base G hanya kalah soal kuliner. Di Base G memang tidak menjajakan kuliner layaknya di destinasi pantai lainnya.

Baca Juga :  Tak Semua Takjil Dibuat Sendiri, Lebih Banyak Titipan yang Dijual Lapak

Steven juga berharap ada perhatian dari pemerintah untuk menghidupkan kembali wisata Base G. “Pemerintah sudah ikut membantu tapi harapannya perlu ada pendampingan lagi untuk menjawab kebutuhan pengunjung terkait apa yang kurang di pantai Base G,” pungkasnya.

Kata dia, pengunjung pantai Base G saat ini mayoritas pengunjung lama. Alias masyarakat itu-itu saja. Para pemilik tempat di pantai Base G kini hanya bisa berharap. Mereka merindukan masa ketika pantai ini kembali hidup, dipenuhi tawa ceria anak-anak, alunan musik, dan aroma ikan bakar. (*/tri)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya