Di perusahaan tempatnya bekerja, Dolfina terlibat langsung dalam menciptakan teknologi laser.
“Jadi yang saya kerjakan, saya membuat laser, bagaimana supaya bisa menghasilkan cahaya laser,” ungkap membocorkan.
Perusahaan tempatnya bekerja juga menjalin kerjasama dengan berbagai industri besar, salah satunya Pasar Asia, yang menjadi pelanggan utama produk laser mereka untuk aplikasi dalam pembuatan mesin, seperti pemotongan lempengan baja.
Berkutat dengan teknologi laser di perusahaan Inolas Laser, pekerjaan Dolfina melibatkan perancangan dan pengembangan sistem laser yang canggih untuk berbagai aplikasi industri dan penelitian, termasuk untuk pelanggan besar seperti Pasar Asia dalam proses pemotongan material.
Meskipun bidang ini menawarkan inovasi yang menarik, potensi risiko juga ada, terutama terkait dengan keamanan penggunaan sinar laser berdaya tinggi yang memerlukan kehati-hatian dan kepatuhan pada prosedur keselamatan yang ketat.
Sebagai seorang wanita dalam ranah teknologi yang didominasi pria, Dolfina tidak hanya membuktikan kompetensinya secara profesional, tetapi juga membawa perspektif yang unik dan teliti dalam menangani detail teknis dan potensi risiko, menunjukkan bahwa keahlian dan kecermatan tidak mengenal gender dalam dunia sains dan teknologi.
Itulah menurut Dolfina semangat emansipasi yang diperjuangkan oleh Ibu Kartini juga menjadi pendorong baginya untuk membuktikan bahwa perempuan mampu berprestasi setara dengan laki-laki. Perjalanan Dolfina di Jerman telah berlangsung selama hampir 13 tahun.
Ia menceritakan tahapan yang harus dilaluinya, mulai dari les bahasa, program penyetaraan selama dua tahun, hingga kuliah selama empat tahun. Setelah lulus, ia berhasil mendapatkan pekerjaan dan telah berkarya di Jerman sejak tahun 2022, atau hampir tiga tahun lamanya.
Dengan pengalamannya menembus batas dan meraih kesuksesan di negeri orang, Dolfina memiliki pesan yang kuat bagi para perempuan di Papua dan Indonesia.