Friday, March 29, 2024
24.7 C
Jayapura

Ngerti Jokowi Ada di Solo karena Ditongkrongi Paspampres

Timlo Maestro, Warung Langganan Presiden yang Lebih Hoki di Emperan Toko (40)

Warung Timlo Maestro hadir saat sang surya terbenam. Berlatar deretan pintu harmonika milik toko-toko di Jalan KH Ahmad Dahlan, warung langganan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mewarnai kehidupan malam Kota Solo. Potongan sosis, telur, dan ati ampela dalam kuah bening menawarkan semangkuk kehangatan.

RETNO DYAH AGUSTINA, Solo

SEKIRA pukul 18.00, geber bertulisan Warung Timlo Maestro itu dibentangkan. Emperan toko di sekitarnya langsung disulap menjadi tempat makan. Meja-meja kotak berkaki pendek dijajar di atas tikar yang dihamparkan di sepanjang emperan toko. Begitu semuanya beres, pengunjung berdatangan.

Satu meja kotak bisa dikerubungi maksimal empat orang saja. Itu sesuai dengan kapasitas meja yang hanya bisa menampung empat porsi timlo plus nasi. Kadang meja pendek itu hanya melayani sepasang muda-mudi yang sengaja tidak ingin berinteraksi dengan pengunjung lain.

Timlo Maestro menjadi salah satu referensi kuliner wajib di Solo. Tidak heran jika pelanggannya banyak. Evelyn Tri Nugroho, salah satunya. Malam itu dia membawa rombongan tamunya menikmati timlo favorit Jokowi tersebut. Kebetulan, tamu-tamunya berasal dari luar kota. ’’Aku sering ngajak tamu ke sini. Aku juga pelanggan lama sih,” tutur perempuan asli Solo tersebut.

Apa sih menariknya Timlo Maestro? Secara fisik, Timlo Maestro tidak berbeda dengan timlo-timlo lain di banyak warung yang ada di Solo. Kuliner khas Solo itu terdiri atas sosis, telur, dan ati ampela. Setelah dipotong-potong, tiga isian timlo itu diletakkan di dalam wadah. Kuah bening nan gurih lantas ditambahkan untuk merendam potongan sosis, telur, dan ati ampela.

Tanpa kuah pun, tiga isian timlo itu bisa dinikmati begitu saja. Sebab, ketiganya dimasak tuntas sebelum dipadukan di dalam wadah. Sosis, misalnya. Sosis untuk isian timlo itu khas. Meskipun sama-sama berbahan ayam, tampilannya tidak sama dengan sosis ayam yang dijual bebas.

Saking khasnya sosis dalam timlo itu, masyarakat menyebutnya sebagai sosis Solo. Penampilannya justru lebih mirip lumpia ketimbang sosis-sosis pada umumnya. Ada daging ayam yang dicincang kasar dan dibumbui sebagai isiannya. Adonan isi itu lantas diletakkan di dalam kulit sosis yang mirip dengan kulit lumpia. Kulit tersebut kemudian menutup rapat daging ayam dalam gulungan.

Karena selalu digoreng sebelum disajikan, sosis Solo juga nikmat dikudap langsung. Artinya, tanpa perlu ditambah kuah timlo atau ditemani telur dan ati ampela. Bahkan, sosis Solo bisa menjadi camilan mandiri yang ditemani cabai rawit. Senada dengan lumpia dan risoles.

Baca Juga :  Produk Bagus Harus Didaftarkan Mereknya, Supaya Makin Banyak Produk Unggulan

Saat menjadi bagian dari timlo, sosis Solo harus dipotong-potong dulu. Itu membuat teksturnya mirip potongan telur dadar. Bedanya, yang ini ada isian ayamnya.

’’Kalau kesukaan pribadi Pak Jokowi itu kombinasi sosis dan telur,” ucap Yunanto Adhi Prasetyo, pengelola dan penerus Timlo Maestro, saat ditemui Jawa Pos pada Desember lalu.

Menu itulah yang selalu Jokowi pesan ketika masih sering datang ke warung lesehan milik Adhi. ’’Itu kisaran tahun 2005. Beliau sedang nyalon jadi wali kota Solo periode pertama. Jadi, datang sama timsesnya,” kenangnya.

Adhi memang membebaskan para pelanggannya memilih sendiri isian timlo. Bisa kombinasi tiga atau dua isian. Mereka yang suka porsi jumbo bahkan bisa menambahkan jumlah isiannya. Sosis, telur, dan ati ampelanya tidak hanya satu.

Tentang telur yang menjadi isian timlo, Adhi menegaskan bahwa dirinya selalu menggunakan telur bebek. ’’Karena strukturnya lebih kuat jika dibandingkan dengan telur ayam. Terutama saat diolah,” jelas ayah dua anak tersebut.

Seperti halnya sosis Solo yang dimasak sebelum dipadukan menjadi timlo, telur bebek pun dibumbui lebih dulu. Telur-telur itu dimasak pindang. Itulah yang membuat bagian putih telur dalam timlo berwarna kecokelatan. Telur bebek juga memungkinkan kuning telur yang dipotong-potong sebelum disiram kuah tidak ambyar. Dengan demikian, kuah timlo tetap bening, tidak keruh karena kuning telur yang hancur.

Selain isiannya, kuah bening timlo menjadi kunci kelezatan makanan favorit Jokowi tersebut. Kekayaan rempah dan kaldu yang gurih membuat penikmatnya ketagihan. Campuran jahe, kayu manis, dan bawang putih menjadi ciri khas timlo. Bumbu dan rempah menghasilkan kuah yang tidak terlalu asin. ’’Bagi orang yang nggak cocok dengan timlo, mereka bisa merasa timlo itu enek, lho,” ujar Adhi.

Setelah menjadi wali kota hingga sekarang menjabat presiden, Timlo Maestro masih menjadi kuliner pilihan Jokowi. Memang, protokoler kepresidenan membuat Jokowi tidak lagi bisa makan lesehan di emperan toko. ’’Jadi, kami yang mengantar ke rumah pas beliau pulang ke Solo,” sambung Adhi.

Biasanya Timlo Maestro menjadi menu sarapan bagi keluarga Jokowi, tim Paspampres, dan tamu-tamu kepresidenan. ’’Mereka biasanya minta 150-200 porsi. Tapi, kalau diantar, semua menunya komplet dengan tiga lauk di dalamnya,” jelas pria kelahiran Solo tersebut.

Terkait aturan yang ketat, Adhi harus siap jika tiba-tiba warungnya diinspeksi Paspampres. Biasanya mereka datang untuk meriset makanan. Aktivitas riset itu malah berkembang menjadi kebiasaan nongkrong. ’’Jadi, malah Paspampres yang langganan. Dan, kita tahu juga ’Oh, Pak Presiden lagi pulang Solo’, tapi ya tidak bisa makan macam-macam karena pandemi, tidak terima tamu juga,” paparnya.

Baca Juga :  Kewenangan Pengelolaan Berubah-ubah, Guru dan Murid yang Dirugikan

Selain Jokowi, Timlo Maestro digemari sejumlah tokoh. Mulai politisi sampai seniman. Tidak jarang mereka juga kemudian menjadi pelanggan. ’’Yang pelanggan setia itu malah Katon Bagaskara sih,” ucap Adhi, kemudian tertawa.

Timlo Maestro yang didirikan pada 1997 itu mulai tenar sekitar 2000-an. Sebelumnya, ayah Adhi jatuh bangun mempertahankan usaha kuliner tersebut. Resep yang kali pertama diperoleh dari mertua itu diutak-atik ayah Adhi untuk mendapatkan takaran yang pas. ’’Awal-awal ya susah membangunnya. Jatuh bangun terasa sekali sampai pindah-pindah lokasi jualan,” kenangnya.

Dulu Timlo Maestro berjualan di kawasan Triwindu. Saat usaha mulai lancar dan pengunjung kian ramai, mereka kena gusur. Jadilah ayah Adhi babat alas lagi. Dia sendiri juga ikut merasakan perjuangan sang ayah. Setiap pulang sekolah, Adhi selalu membantu ayahnya mengelola Timlo Maestro. ’’Jujur saya lebih semangat jualan daripada sekolah,’’ ceplosnya.

Adhi mengambil alih Timlo Maestro sejak 2010 seiring makin lemahnya kondisi fisik sang ayah. Sebagai anak lelaki satu-satunya, Adhi punya tanggung jawab untuk mengembangkan usaha sang ayah.

Dulu Adhi pernah berupaya memindahkan Timlo Maestro dari emperan toko ke restoran. Dia menyewa ruko permanen yang tidak jauh dari Jalan KH Ahmad Dahlan. ’’Selama empat tahun di sana, justru sepi,” katanya, lalu menggelengkan pelan kepalanya.

Ternyata, para pelanggan lebih nyaman dengan konsep warung emperan. ’’Kata para pelanggan, berubah jadi restoran rasanya terlalu resmi,’’ imbuh Adhi.

Timlo Maestro pun kembali ke konsep awal sebagai warung pinggir jalan ala angkringan. Dengan demikian, pelanggan bisa makan timlo, lalu bebas merokok tanpa membuat meja sebelah terganggu. ’’Itu juga yang membuat saya merasa jualan online nggak akan menyamai animo kalau datang ke lokasi. Orang itu cari suasana juga selain makan,” tegasnya.

Kendati demikian, mimpi mengembangkan Timlo Maestro tetap Adhi pelihara. Cita-citanya adalah membuka cabang di kota-kota besar terdekat. Misalnya, Jogjakarta atau Semarang. ’’Sebenarnya sudah ada rencana di Jogjakarta dan Surabaya. Tapi, masih terhalang pandemi, jadi lihat situasi,” imbuhnya. Dia berharap pasar penikmat timlo juga menjadi lebih muda. Itu adalah cara untuk melestarikan kuliner khas Solo tersebut. (*/c7/hep/JPG)

Timlo Maestro, Warung Langganan Presiden yang Lebih Hoki di Emperan Toko (40)

Warung Timlo Maestro hadir saat sang surya terbenam. Berlatar deretan pintu harmonika milik toko-toko di Jalan KH Ahmad Dahlan, warung langganan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mewarnai kehidupan malam Kota Solo. Potongan sosis, telur, dan ati ampela dalam kuah bening menawarkan semangkuk kehangatan.

RETNO DYAH AGUSTINA, Solo

SEKIRA pukul 18.00, geber bertulisan Warung Timlo Maestro itu dibentangkan. Emperan toko di sekitarnya langsung disulap menjadi tempat makan. Meja-meja kotak berkaki pendek dijajar di atas tikar yang dihamparkan di sepanjang emperan toko. Begitu semuanya beres, pengunjung berdatangan.

Satu meja kotak bisa dikerubungi maksimal empat orang saja. Itu sesuai dengan kapasitas meja yang hanya bisa menampung empat porsi timlo plus nasi. Kadang meja pendek itu hanya melayani sepasang muda-mudi yang sengaja tidak ingin berinteraksi dengan pengunjung lain.

Timlo Maestro menjadi salah satu referensi kuliner wajib di Solo. Tidak heran jika pelanggannya banyak. Evelyn Tri Nugroho, salah satunya. Malam itu dia membawa rombongan tamunya menikmati timlo favorit Jokowi tersebut. Kebetulan, tamu-tamunya berasal dari luar kota. ’’Aku sering ngajak tamu ke sini. Aku juga pelanggan lama sih,” tutur perempuan asli Solo tersebut.

Apa sih menariknya Timlo Maestro? Secara fisik, Timlo Maestro tidak berbeda dengan timlo-timlo lain di banyak warung yang ada di Solo. Kuliner khas Solo itu terdiri atas sosis, telur, dan ati ampela. Setelah dipotong-potong, tiga isian timlo itu diletakkan di dalam wadah. Kuah bening nan gurih lantas ditambahkan untuk merendam potongan sosis, telur, dan ati ampela.

Tanpa kuah pun, tiga isian timlo itu bisa dinikmati begitu saja. Sebab, ketiganya dimasak tuntas sebelum dipadukan di dalam wadah. Sosis, misalnya. Sosis untuk isian timlo itu khas. Meskipun sama-sama berbahan ayam, tampilannya tidak sama dengan sosis ayam yang dijual bebas.

Saking khasnya sosis dalam timlo itu, masyarakat menyebutnya sebagai sosis Solo. Penampilannya justru lebih mirip lumpia ketimbang sosis-sosis pada umumnya. Ada daging ayam yang dicincang kasar dan dibumbui sebagai isiannya. Adonan isi itu lantas diletakkan di dalam kulit sosis yang mirip dengan kulit lumpia. Kulit tersebut kemudian menutup rapat daging ayam dalam gulungan.

Karena selalu digoreng sebelum disajikan, sosis Solo juga nikmat dikudap langsung. Artinya, tanpa perlu ditambah kuah timlo atau ditemani telur dan ati ampela. Bahkan, sosis Solo bisa menjadi camilan mandiri yang ditemani cabai rawit. Senada dengan lumpia dan risoles.

Baca Juga :  Panggangan Tidak Sempat Dingin, Sediakan Tiga Kondimen

Saat menjadi bagian dari timlo, sosis Solo harus dipotong-potong dulu. Itu membuat teksturnya mirip potongan telur dadar. Bedanya, yang ini ada isian ayamnya.

’’Kalau kesukaan pribadi Pak Jokowi itu kombinasi sosis dan telur,” ucap Yunanto Adhi Prasetyo, pengelola dan penerus Timlo Maestro, saat ditemui Jawa Pos pada Desember lalu.

Menu itulah yang selalu Jokowi pesan ketika masih sering datang ke warung lesehan milik Adhi. ’’Itu kisaran tahun 2005. Beliau sedang nyalon jadi wali kota Solo periode pertama. Jadi, datang sama timsesnya,” kenangnya.

Adhi memang membebaskan para pelanggannya memilih sendiri isian timlo. Bisa kombinasi tiga atau dua isian. Mereka yang suka porsi jumbo bahkan bisa menambahkan jumlah isiannya. Sosis, telur, dan ati ampelanya tidak hanya satu.

Tentang telur yang menjadi isian timlo, Adhi menegaskan bahwa dirinya selalu menggunakan telur bebek. ’’Karena strukturnya lebih kuat jika dibandingkan dengan telur ayam. Terutama saat diolah,” jelas ayah dua anak tersebut.

Seperti halnya sosis Solo yang dimasak sebelum dipadukan menjadi timlo, telur bebek pun dibumbui lebih dulu. Telur-telur itu dimasak pindang. Itulah yang membuat bagian putih telur dalam timlo berwarna kecokelatan. Telur bebek juga memungkinkan kuning telur yang dipotong-potong sebelum disiram kuah tidak ambyar. Dengan demikian, kuah timlo tetap bening, tidak keruh karena kuning telur yang hancur.

Selain isiannya, kuah bening timlo menjadi kunci kelezatan makanan favorit Jokowi tersebut. Kekayaan rempah dan kaldu yang gurih membuat penikmatnya ketagihan. Campuran jahe, kayu manis, dan bawang putih menjadi ciri khas timlo. Bumbu dan rempah menghasilkan kuah yang tidak terlalu asin. ’’Bagi orang yang nggak cocok dengan timlo, mereka bisa merasa timlo itu enek, lho,” ujar Adhi.

Setelah menjadi wali kota hingga sekarang menjabat presiden, Timlo Maestro masih menjadi kuliner pilihan Jokowi. Memang, protokoler kepresidenan membuat Jokowi tidak lagi bisa makan lesehan di emperan toko. ’’Jadi, kami yang mengantar ke rumah pas beliau pulang ke Solo,” sambung Adhi.

Biasanya Timlo Maestro menjadi menu sarapan bagi keluarga Jokowi, tim Paspampres, dan tamu-tamu kepresidenan. ’’Mereka biasanya minta 150-200 porsi. Tapi, kalau diantar, semua menunya komplet dengan tiga lauk di dalamnya,” jelas pria kelahiran Solo tersebut.

Terkait aturan yang ketat, Adhi harus siap jika tiba-tiba warungnya diinspeksi Paspampres. Biasanya mereka datang untuk meriset makanan. Aktivitas riset itu malah berkembang menjadi kebiasaan nongkrong. ’’Jadi, malah Paspampres yang langganan. Dan, kita tahu juga ’Oh, Pak Presiden lagi pulang Solo’, tapi ya tidak bisa makan macam-macam karena pandemi, tidak terima tamu juga,” paparnya.

Baca Juga :  Bermodalkan Tekat dan Kerja Keras, Kini Mampu Produksi Lebih 1.000  Bungkus

Selain Jokowi, Timlo Maestro digemari sejumlah tokoh. Mulai politisi sampai seniman. Tidak jarang mereka juga kemudian menjadi pelanggan. ’’Yang pelanggan setia itu malah Katon Bagaskara sih,” ucap Adhi, kemudian tertawa.

Timlo Maestro yang didirikan pada 1997 itu mulai tenar sekitar 2000-an. Sebelumnya, ayah Adhi jatuh bangun mempertahankan usaha kuliner tersebut. Resep yang kali pertama diperoleh dari mertua itu diutak-atik ayah Adhi untuk mendapatkan takaran yang pas. ’’Awal-awal ya susah membangunnya. Jatuh bangun terasa sekali sampai pindah-pindah lokasi jualan,” kenangnya.

Dulu Timlo Maestro berjualan di kawasan Triwindu. Saat usaha mulai lancar dan pengunjung kian ramai, mereka kena gusur. Jadilah ayah Adhi babat alas lagi. Dia sendiri juga ikut merasakan perjuangan sang ayah. Setiap pulang sekolah, Adhi selalu membantu ayahnya mengelola Timlo Maestro. ’’Jujur saya lebih semangat jualan daripada sekolah,’’ ceplosnya.

Adhi mengambil alih Timlo Maestro sejak 2010 seiring makin lemahnya kondisi fisik sang ayah. Sebagai anak lelaki satu-satunya, Adhi punya tanggung jawab untuk mengembangkan usaha sang ayah.

Dulu Adhi pernah berupaya memindahkan Timlo Maestro dari emperan toko ke restoran. Dia menyewa ruko permanen yang tidak jauh dari Jalan KH Ahmad Dahlan. ’’Selama empat tahun di sana, justru sepi,” katanya, lalu menggelengkan pelan kepalanya.

Ternyata, para pelanggan lebih nyaman dengan konsep warung emperan. ’’Kata para pelanggan, berubah jadi restoran rasanya terlalu resmi,’’ imbuh Adhi.

Timlo Maestro pun kembali ke konsep awal sebagai warung pinggir jalan ala angkringan. Dengan demikian, pelanggan bisa makan timlo, lalu bebas merokok tanpa membuat meja sebelah terganggu. ’’Itu juga yang membuat saya merasa jualan online nggak akan menyamai animo kalau datang ke lokasi. Orang itu cari suasana juga selain makan,” tegasnya.

Kendati demikian, mimpi mengembangkan Timlo Maestro tetap Adhi pelihara. Cita-citanya adalah membuka cabang di kota-kota besar terdekat. Misalnya, Jogjakarta atau Semarang. ’’Sebenarnya sudah ada rencana di Jogjakarta dan Surabaya. Tapi, masih terhalang pandemi, jadi lihat situasi,” imbuhnya. Dia berharap pasar penikmat timlo juga menjadi lebih muda. Itu adalah cara untuk melestarikan kuliner khas Solo tersebut. (*/c7/hep/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya