Friday, November 22, 2024
25.7 C
Jayapura

Biasanya Hanya Dua Kali, Selama Ramadan  Bisa Salat Lima Waktu di Mesjid

   Selain ibadah sholat wajib lima waktu, pihak Lapas Abepura juga bekerja sama dengan  Kementerian Agama Kota Jayapura untuk mengajarkan para napi tentang ilmu agama termasuk mengerjakan salat sunah seperti dituntunkan Nabi Muhammad SAW. Seusai salat, para WBP itu bertadarus Alquran dan membaca kitab-kitab islami lainnya.

   “Kami lebih banyak menghabiskan waktu untuk kajian-kajian, salat berjamaah, tadarus Alquran dan membaca kitab-kitab selepas salat,” kata salah satu WBP, Zaiful (37) saat diwawancarai Cenderawasih Pos, Selasa (19/3).

    Meski status narapidana kasus korupsi, namun Zaiful ini dipercaya sebagai  seorang imam Masjid dan penceramah di dalam Lapas. Ia juga  peserta lomba dakwah di tingkat nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) wilayah Papua.

Baca Juga :  Belum Semua Beraktifitas, Banyak yang Masih Fokus Pelayanan di Kantor Induk 

    Tak hanya Zaiful,  Lapas kelas IIA Abepura juga telah berhasil mendidik  seorang terpidana kasus pembunuhan, mendalami ilmu agama  yakni Muh. Wildansyah (25). Ia mendapatkan gelar juara satu dalam lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) se-Distrik Abepura.

   “Ada hikmah, untuk keluar nati kita punya bekal tersendiri untuk kita bisa bagikan kepada masyarakat secara umumnya,” lanjut Muh. Wildansyah.

   Meski saat ini belum bisa bertemu keluarganya secara langsung, tapi kerinduan itu bisa diobati dengan buka puasa bersama teman-teman napi lainnya di Lapas.  Dia mengaku tidak bisa membayangkan, puncak keharuan yang dirasakannya pada saat malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Baca Juga :  Berusaha Meminimalisir Kesalahan, Siap Bawa KPU Papua Jadi Barometer 

  Ia berharap, Ramadhan di balik jeruji besi bisa melatih kesabaran dan mengubah diri menjadi lebih baik.  Pasalnya, tak hanya menahan hawa nafsu, lapar, dan haus, namun menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadhan tentunya menjadi tujuannya.

   Selain ibadah sholat wajib lima waktu, pihak Lapas Abepura juga bekerja sama dengan  Kementerian Agama Kota Jayapura untuk mengajarkan para napi tentang ilmu agama termasuk mengerjakan salat sunah seperti dituntunkan Nabi Muhammad SAW. Seusai salat, para WBP itu bertadarus Alquran dan membaca kitab-kitab islami lainnya.

   “Kami lebih banyak menghabiskan waktu untuk kajian-kajian, salat berjamaah, tadarus Alquran dan membaca kitab-kitab selepas salat,” kata salah satu WBP, Zaiful (37) saat diwawancarai Cenderawasih Pos, Selasa (19/3).

    Meski status narapidana kasus korupsi, namun Zaiful ini dipercaya sebagai  seorang imam Masjid dan penceramah di dalam Lapas. Ia juga  peserta lomba dakwah di tingkat nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) wilayah Papua.

Baca Juga :  Bentuk Dukungan Ketahanan Pangan, Juga Berdayakan Masyarakat OAP dan  UMKM

    Tak hanya Zaiful,  Lapas kelas IIA Abepura juga telah berhasil mendidik  seorang terpidana kasus pembunuhan, mendalami ilmu agama  yakni Muh. Wildansyah (25). Ia mendapatkan gelar juara satu dalam lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) se-Distrik Abepura.

   “Ada hikmah, untuk keluar nati kita punya bekal tersendiri untuk kita bisa bagikan kepada masyarakat secara umumnya,” lanjut Muh. Wildansyah.

   Meski saat ini belum bisa bertemu keluarganya secara langsung, tapi kerinduan itu bisa diobati dengan buka puasa bersama teman-teman napi lainnya di Lapas.  Dia mengaku tidak bisa membayangkan, puncak keharuan yang dirasakannya pada saat malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Baca Juga :  Sering Terjadi Korban Tenggelam, Pengungung Harus Lebih Hati-hati

  Ia berharap, Ramadhan di balik jeruji besi bisa melatih kesabaran dan mengubah diri menjadi lebih baik.  Pasalnya, tak hanya menahan hawa nafsu, lapar, dan haus, namun menjadi pribadi yang lebih baik setelah Ramadhan tentunya menjadi tujuannya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya