Derasnya Informasi Era Digital, Harus Mampu Imbangi Informasi yang Benar

Pada tahun 2020, ia menempuh pendidikan Sespimen Polri di Palembang. Setelah satu tahun, ia kembali ke Papua dan dipercaya mengisi posisi sebagai Kasubdit 3 Jatanras Ditreskrimum. Tak lama berselang, pada tahun 2021, tantangan baru datang, ia dipercaya menjadi Kapolres Pegunungan Bintang (Pegubin).

Menjadi Kapolres di wilayah perbatasan RI Papua Nugini bukan perkara mudah. Pegubin dikenal dengan medannya yang berat, dikelilingi hutan belantara, dan sering menjadi target gangguan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

“Waktu saya pimpin Pegubin, jumlah personel hanya 128 orang. Tapi dengan tantangan yang besar, kami tetap laksanakan tugas dengan maksimal,” ujarnya mengenang.

Salah satu peristiwa paling menyedihkan baginya adalah saat salah satu anggota gugur akibat serangan KKB. Tidak hanya soal keamanan, Pegubin juga menghadirkan tantangan distribusi logistik.

Harga kebutuhan pokok, termasuk air mineral, bisa berkali-kali lipat dibandingkan kota. Tapi itu semua tak memadamkan semangatnya dalam mengelola operasional dan menjaga moral anak buah. Hingga akhir tahun 2022, Pegubin tetap kondusif.

“Kuncinya adalah manajemen dan semangat. Kita harus bisa memotivasi personel agar tetap solid di tengah keterbatasan,” katanya.

Pengabdiannya membuahkan hasil. Ia dipromosikan menjadi Komisaris Besar Polisi dan menjabat sebagai Dirpamobvit Polda Maluku selama sembilan bulan lebih. Namun, hati dan pengabdiannya tetap tertambat di tanah Papua.

Sejak dulu ia selalu pakai peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Menurutnya filosofi ini memiliki arti bahwa seseorang harus menghormati dan mengikuti adat istiadat, norma, serta aturan yang berlaku di tempat di mana ia berada atau tinggal.
Ini adalah prinsip penting dalam budaya Indonesia, menekankan pentingnya adaptasi dan respek terhadap lingkungan baru.

“Dengan begitu, dimana pun saya bertugas selalu mendapatkan respon positif dari masyarakat,” tuturnya.

Ia kembali ke Papua, dan kali ini dengan amanah baru menjadi Kabid Humas Polda Papua. Sebagai juru bicara, tugas Kombes Cahyo tak kalah penting. Ia harus mampu menjembatani informasi antara institusi dan masyarakat, menjaga akurasi, kecepatan, dan objektivitas. Apalagi, Polda Papua kini menaungi tiga provinsi sekaligus di tengah dinamika keamanan yang terus berkembang.

“Tugas saya pertama adalah memotret kekuatan internal, SDM, operasional, dan kesiapan lainnya. Setelah itu, menjalin kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, khususnya media,” ungkapnya.

Ia menyadari bahwa di era digital, informasi menyebar dengan cepat. Oleh karena itu, tugas kehumasan harus bisa mengimbangi derasnya arus informasi dengan narasi yang benar dan tidak menyesatkan.

“Saya tidak bisa kerja sendiri. Kita harus bersama-sama menyajikan informasi yang valid kepada masyarakat agar situasi kamtibmas tetap kondusif,” tuturnya.

Pada tahun 2020, ia menempuh pendidikan Sespimen Polri di Palembang. Setelah satu tahun, ia kembali ke Papua dan dipercaya mengisi posisi sebagai Kasubdit 3 Jatanras Ditreskrimum. Tak lama berselang, pada tahun 2021, tantangan baru datang, ia dipercaya menjadi Kapolres Pegunungan Bintang (Pegubin).

Menjadi Kapolres di wilayah perbatasan RI Papua Nugini bukan perkara mudah. Pegubin dikenal dengan medannya yang berat, dikelilingi hutan belantara, dan sering menjadi target gangguan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

“Waktu saya pimpin Pegubin, jumlah personel hanya 128 orang. Tapi dengan tantangan yang besar, kami tetap laksanakan tugas dengan maksimal,” ujarnya mengenang.

Salah satu peristiwa paling menyedihkan baginya adalah saat salah satu anggota gugur akibat serangan KKB. Tidak hanya soal keamanan, Pegubin juga menghadirkan tantangan distribusi logistik.

Harga kebutuhan pokok, termasuk air mineral, bisa berkali-kali lipat dibandingkan kota. Tapi itu semua tak memadamkan semangatnya dalam mengelola operasional dan menjaga moral anak buah. Hingga akhir tahun 2022, Pegubin tetap kondusif.

“Kuncinya adalah manajemen dan semangat. Kita harus bisa memotivasi personel agar tetap solid di tengah keterbatasan,” katanya.

Pengabdiannya membuahkan hasil. Ia dipromosikan menjadi Komisaris Besar Polisi dan menjabat sebagai Dirpamobvit Polda Maluku selama sembilan bulan lebih. Namun, hati dan pengabdiannya tetap tertambat di tanah Papua.

Sejak dulu ia selalu pakai peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”. Menurutnya filosofi ini memiliki arti bahwa seseorang harus menghormati dan mengikuti adat istiadat, norma, serta aturan yang berlaku di tempat di mana ia berada atau tinggal.
Ini adalah prinsip penting dalam budaya Indonesia, menekankan pentingnya adaptasi dan respek terhadap lingkungan baru.

“Dengan begitu, dimana pun saya bertugas selalu mendapatkan respon positif dari masyarakat,” tuturnya.

Ia kembali ke Papua, dan kali ini dengan amanah baru menjadi Kabid Humas Polda Papua. Sebagai juru bicara, tugas Kombes Cahyo tak kalah penting. Ia harus mampu menjembatani informasi antara institusi dan masyarakat, menjaga akurasi, kecepatan, dan objektivitas. Apalagi, Polda Papua kini menaungi tiga provinsi sekaligus di tengah dinamika keamanan yang terus berkembang.

“Tugas saya pertama adalah memotret kekuatan internal, SDM, operasional, dan kesiapan lainnya. Setelah itu, menjalin kolaborasi dengan para pemangku kepentingan, khususnya media,” ungkapnya.

Ia menyadari bahwa di era digital, informasi menyebar dengan cepat. Oleh karena itu, tugas kehumasan harus bisa mengimbangi derasnya arus informasi dengan narasi yang benar dan tidak menyesatkan.

“Saya tidak bisa kerja sendiri. Kita harus bersama-sama menyajikan informasi yang valid kepada masyarakat agar situasi kamtibmas tetap kondusif,” tuturnya.