Thursday, December 25, 2025
26.1 C
Jayapura

Tak Hanya Melahirkan, Seorang Ibu juga Mampu Merangkap Peran Ayah

Dalam dunia anaknya, Iyuth hadir sebagai tempat pulang. Ketika anaknya menghadapi perundungan di sekolah, ia menjadi pengayom. Ketika anaknya butuh bicara, ia menjadi teman. Ia memilih membangun hubungan yang setara, hangat, dan penuh kepercayaan.

“Makna ibu bagi saya adalah menjadi teman bagi anak saya,” tuturnya.

Dari sana, ia belajar bahwa Hari Ibu seharusnya tidak berhenti pada perayaan simbolik. Hari Ibu adalah kesadaran harian tentang menghormati orang tua, mendengar nasihat, dan menahan diri untuk tidak melawan, terutama kepada ibu.

“Jangan marah-marah kepada orang tua, apalagi mama. Supaya umur panjang dan rezeki dilimpahkan,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca sembari tersenyum.
Pandangan itu sejalan dengan refleksi Direktur LBH Apik Jayapura, Nur Aida Duwila.

Baca Juga :  Ada 10 OPD Realisasi Fisik di Bawah 30 Persen, Terkendala Pencairan Dana

Menurutnya, Hari Ibu tidak bisa dimaknai secara sempit. “Hari Ibu berarti berbicara tentang perempuan secara keseluruhan. Perempuan yang telah menjadi ibu, yang siap menjadi ibu, bahkan perempuan yang tidak menjadi ibu biologis, tetapi berperan sebagai ibu bagi bangsa ini,” katanya.

Ia menegaskan, perempuan dimuliakan karena dari rahim dan pengasuhan merekalah lahir generasi masa depan. Namun peran ibu tidak berhenti pada melahirkan, melainkan pada proses panjang mengasuh, membesarkan, dan mendidik manusia agar menjadi lebih baik bahkan melampaui dirinya sendiri.

“Harapan seorang ibu adalah melahirkan generasi yang lebih baik dari dirinya,” katanya.

Nona menilai, Hari Ibu seharusnya menjadi momentum bersama untuk meninggikan martabat perempuan, sebagaimana peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Momentum untuk menegaskan bahwa perempuan, terutama ibu harus dihormati, dihargai, dan dilindungi dari segala bentuk kekerasan.

Baca Juga :  Harus Dikelola untuk Serap Tenaga Kerja dan Dorong Pertumbuhan Ekononomi

Dalam dunia anaknya, Iyuth hadir sebagai tempat pulang. Ketika anaknya menghadapi perundungan di sekolah, ia menjadi pengayom. Ketika anaknya butuh bicara, ia menjadi teman. Ia memilih membangun hubungan yang setara, hangat, dan penuh kepercayaan.

“Makna ibu bagi saya adalah menjadi teman bagi anak saya,” tuturnya.

Dari sana, ia belajar bahwa Hari Ibu seharusnya tidak berhenti pada perayaan simbolik. Hari Ibu adalah kesadaran harian tentang menghormati orang tua, mendengar nasihat, dan menahan diri untuk tidak melawan, terutama kepada ibu.

“Jangan marah-marah kepada orang tua, apalagi mama. Supaya umur panjang dan rezeki dilimpahkan,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca sembari tersenyum.
Pandangan itu sejalan dengan refleksi Direktur LBH Apik Jayapura, Nur Aida Duwila.

Baca Juga :  Kadispora Ciptakan Pemuda Agen Perdamaian

Menurutnya, Hari Ibu tidak bisa dimaknai secara sempit. “Hari Ibu berarti berbicara tentang perempuan secara keseluruhan. Perempuan yang telah menjadi ibu, yang siap menjadi ibu, bahkan perempuan yang tidak menjadi ibu biologis, tetapi berperan sebagai ibu bagi bangsa ini,” katanya.

Ia menegaskan, perempuan dimuliakan karena dari rahim dan pengasuhan merekalah lahir generasi masa depan. Namun peran ibu tidak berhenti pada melahirkan, melainkan pada proses panjang mengasuh, membesarkan, dan mendidik manusia agar menjadi lebih baik bahkan melampaui dirinya sendiri.

“Harapan seorang ibu adalah melahirkan generasi yang lebih baik dari dirinya,” katanya.

Nona menilai, Hari Ibu seharusnya menjadi momentum bersama untuk meninggikan martabat perempuan, sebagaimana peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Momentum untuk menegaskan bahwa perempuan, terutama ibu harus dihormati, dihargai, dan dilindungi dari segala bentuk kekerasan.

Baca Juga :  Masa Kampanye, Waspadai Peredaran Uang Palsu

Berita Terbaru

Artikel Lainnya