Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Kaum Rentan yang Diangggap Lemah, Namun Seringkali Justru Memikul Beban Ganda

Mendengar Cerita para Ibu di Momen Peringatan Hari Ibu

Hari Ibu di Indonesia diperingati pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Namun karena sudah memasuki libur jelang natal, peringatan sebagai bentuk penghargaan atas peran besar dari sosok seorang ibu kurang terasa.

Laporan: Elfira_Jayapura

Penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu merujuk pada tanggal digelarnya Kongres Perempuan Indonesia pertama, yaitu pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres tersebut menjadi tonggak sejarah yang menandai pergerakan perempuan di Tanah Air.

  Kendati ada peringatan Hari Ibu, namun ada sebagian para ibu yang belum tahu jika tanggal 22 Desember merupakan Hari Ibu. Seperti Labe, perempuan 42 tahun yang mengaku tidak tahu jika ada peringatan Hari Ibu.

  “Oh, ada hari Ibu ? Saya tidak tahu, dan ini baru dengar. Maklumlah, sibuk jualan di pasar,” tutur perempuan tiga anak itu saat ditemui Cenderawasih Pos, di tempat jualannya di Pasar Youtefa, Rabu (20/12) petang.

Baca Juga :  Siapkan 9 Panti Asuhan Untuk Tampung Anak Jalanan

  Meski tak tahu adanya peringatan Hari Ibu, namun perempuan 42 tahun ini terbilang sukses menjalankan perannya. Mencari nafkah, mengurus tiga anaknya, memasak, dan bahkan mampu membawa anak anaknya untuk menempuh pendidikan.

  Anak pertama Ibu Labe sudah selesai kuliah dan kini sudah bekerja, anak kedua dan ketiga saat ini sedang menempuh pendidikan.

  “Sekali pun saya jualan di pasar, namun tidak melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Merawat anak anak, serta mencari nafkah,” ucapnya semberi menjelaskan, bahwa antara dia dan suaminya saling berbagi peran.

  Sementara, Ibu Isa (42), menyebut sosok ibu adalah perempuan tangguh, kuat dan tegar. Baginya, apapun yang  terjadi, seorang Ibu harus kuat di depan anak anaknya.

Baca Juga :  Muhammadiyah Mitra Pembangunan Pemkot Jayapura

  “Seorang ibu harus tegas, jangan pernah menampakkan di depan anak kalau kita sedang susah,” ucap perempuan dengan enam anak ini.

  Isa mengaku betapa hebatnya menjadi seorang ibu, memiliki perasaan yang campur aduk. Ada senang juga sedih.

  “Tinggal dijalani saja, namun kebanyakan senangnya kalau bersama anak anak. Terlebih saat kumpul semua,” ucap pedagang musiman ini.

  Bagi Isa, anak adalah nomor satu. Kendati marah, namun selalu luluh jika melihat tingkah enam anaknya. Ada yang sudah bekerja, kuliah dan sekolah. “Sebagai seoran ibu, anak adalah nomor satu. Seorang Ibu akan menanggung kerinduan yang mendalam jika anak sudah jauh dari rumah,” ucapnya.

Mendengar Cerita para Ibu di Momen Peringatan Hari Ibu

Hari Ibu di Indonesia diperingati pada tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Namun karena sudah memasuki libur jelang natal, peringatan sebagai bentuk penghargaan atas peran besar dari sosok seorang ibu kurang terasa.

Laporan: Elfira_Jayapura

Penetapan 22 Desember sebagai Hari Ibu merujuk pada tanggal digelarnya Kongres Perempuan Indonesia pertama, yaitu pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres tersebut menjadi tonggak sejarah yang menandai pergerakan perempuan di Tanah Air.

  Kendati ada peringatan Hari Ibu, namun ada sebagian para ibu yang belum tahu jika tanggal 22 Desember merupakan Hari Ibu. Seperti Labe, perempuan 42 tahun yang mengaku tidak tahu jika ada peringatan Hari Ibu.

  “Oh, ada hari Ibu ? Saya tidak tahu, dan ini baru dengar. Maklumlah, sibuk jualan di pasar,” tutur perempuan tiga anak itu saat ditemui Cenderawasih Pos, di tempat jualannya di Pasar Youtefa, Rabu (20/12) petang.

Baca Juga :  Jadi Kunci Terciptanya Toleransi dan Kerukunan di Semua Tingkatan

  Meski tak tahu adanya peringatan Hari Ibu, namun perempuan 42 tahun ini terbilang sukses menjalankan perannya. Mencari nafkah, mengurus tiga anaknya, memasak, dan bahkan mampu membawa anak anaknya untuk menempuh pendidikan.

  Anak pertama Ibu Labe sudah selesai kuliah dan kini sudah bekerja, anak kedua dan ketiga saat ini sedang menempuh pendidikan.

  “Sekali pun saya jualan di pasar, namun tidak melupakan kewajiban sebagai seorang ibu. Merawat anak anak, serta mencari nafkah,” ucapnya semberi menjelaskan, bahwa antara dia dan suaminya saling berbagi peran.

  Sementara, Ibu Isa (42), menyebut sosok ibu adalah perempuan tangguh, kuat dan tegar. Baginya, apapun yang  terjadi, seorang Ibu harus kuat di depan anak anaknya.

Baca Juga :  Ibu yang Cemas Itu Gendong Anaknya Seberangi Sungai

  “Seorang ibu harus tegas, jangan pernah menampakkan di depan anak kalau kita sedang susah,” ucap perempuan dengan enam anak ini.

  Isa mengaku betapa hebatnya menjadi seorang ibu, memiliki perasaan yang campur aduk. Ada senang juga sedih.

  “Tinggal dijalani saja, namun kebanyakan senangnya kalau bersama anak anak. Terlebih saat kumpul semua,” ucap pedagang musiman ini.

  Bagi Isa, anak adalah nomor satu. Kendati marah, namun selalu luluh jika melihat tingkah enam anaknya. Ada yang sudah bekerja, kuliah dan sekolah. “Sebagai seoran ibu, anak adalah nomor satu. Seorang Ibu akan menanggung kerinduan yang mendalam jika anak sudah jauh dari rumah,” ucapnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya