Upaya Pencegahan Kecenderungan Tindak Korupsi di Kalangan Generasi Muda
Layar Tumbuh Papua meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya korupsi, melalui pendekatan film dan budaya komunitas. Melalui ACFFest “Layar Tumbuh Papua” diharapkan dapat memberikan ruang bagi masyarakat Papua untuk menonton, berdiskusi, dan terinspirasi dari kisah nyata dampak korupsi.
Laporan: Jimianus Karlodi_Jayapura
Cahaya temaram di halaman kediaman Indonesia Art Movement (IAM), Entrop, Jayapura Selatan, memantul ke layar putih yang dibentang. Di depannya, ratusan mata menyimak diam-diam, beberapa duduk di tikar, lainnya berdiri di pinggir panggung. Namun bukan sekadar menonton film biasa, tapi mereka sedang menyaksikan sebuah percakapan tentang kejujuran, keberanian, dan harapan.
Itulah yang terjadi pada Sabtu (19/7) malam dalam gelaran titik kedua Movie Day Layar Tumbuh Papua, bagian dari rangkaian Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2025. Program ini ini merupakan bagian sosialisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menghadirkan pesan-pesan integritas melalui pendekatan film dan budaya komunitas.
Sedikitnya ada 150 peserta hadir yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, komunitas seni, orang tua, dan anak-anak. Mereka datang untuk merasakan bahwa nilai-nilai antikorupsi bisa tumbuh dari ruang-ruang yang menyenangkan, dialogis, dan penuh ekspresi. Tidak ada meja seminar atau proyektor formal. Justru suasana santai dan akrab itulah yang menjadi kekuatan.
Film Jual Babi menjadi magnet utama di malam itu. Cerita tentang anak Papua yang harus menjual babi peliharaannya demi melanjutkan kuliah, merupakan potret nyata dari kisah hidup sang sutradara, Natias Mirin. Ia mengangkat pengalaman personal yang sangat sederhana, namun sarat makna, tentang pengorbanan, pilihan, dan nilai yang dibawa dari rumah.