Sarono menyebut bahwa umat Buddha, khususnya dari Jawa ini dulu masuk ke Papua lewat program Transmigrasi. Dimana ada beberapa lokasi yang ada umat Buddha hingga saat ini, seperti di Nimbokrang, Kertosari dan di Muting Merauke.
“Di Nimbokrang, umat Buddha ini sudah turun drastis, dulu ada sekitar 11 KK atau sekitar 30 jiwa, tapi sekarang ini tinggal 4 KK, 6-7 orang sudah jadi kakek nenek. Generasi penerusnya banyak yang pindah ke Islam atau Kristen,” ungkapnya.
Diakui hal ini juga tidak terlepas dari sikap fleksibilitas dari umat Buddha. Dimana diyakini bahwa kebenaran di Buddha ibaratnya baru segenggam daun, masih banyak daun kebenaran di luar Buddha. Selain itu, faktor kondisi lingkungan masyarakat, faktor menikah untuk melanjutkan keturunan, juga sangat mempengaruhi jumlah umat Buddha yang ada saat ini.
“Biasanya umat Buddha ini, di KTP-nya Islam atau Kristen ikut mayoritas di lingkungannya, karena kondisi yang tidak memungkinkan ini, sehingga ini juga mempengaruhi statistik jumlah umat Buddha di Papua saat ini,” ujarnya.
Oleh karena itu, Sarono berharap ada perhatian pemerintah untuk penyediaan guru agama Buddha di Papua yang saat ini masih sangat kurang. Terutama untuk mengajarkan agama Buddha sejak dini. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos