“Kami tidak pernah dengar ayahnya marah, kami pun kaget kalau pelakunya itu ayahnya,” tutur warga.
Kini, Tapasya telah pergi untuk selamanya meninggalkan luka mendalam, tak hanya bagi keluarga, tapi juga masyarakat yang mengenalnya. Ia adalah potret anak perempuan yang luar biasa dewasa sebelum waktunya, penuh tanggung jawab, dan penuh kasih.
Masyarakat Jayapura berduka. Dan mungkin, selamanya akan mengenang Tapasya bukan sebagai korban kekerasan, tetapi sebagai simbol kecil dari ketulusan dan ketangguhan yang tak sempat tumbuh dewasa. Ia juga mewakili generasinya menyentil para orang tua untuk bisa memberikan perhatian yang tulus mengawal pertumbuhan anak tanpa harus tergadai kesibukan pribadi. (*)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos