Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Sepi Pengunjung, Siap Promosikan Agar Generasi Muda Paham Warisan Budaya 

Mengunjungi Museum Noken  Papua di Kawasan Expo Waena

Setelah lama vakum tidak beroperasional, kini Musem Noken Papua yang terletak di Kawasan Expo Waena, kembali dibuka untuk umum. Lantas seperti apa koleksi di Museum tersebut  dan upaya mendorong generasi muda untuk memahami dan mencintai warisan budaya asli Papua ini?

Laporan: Carolus_Daot-Jayapura

Senin (18/9) siang, suasana di sekitar Museum Noken yang terletak di Kawasan Ekpo Waena, Distrik Heram Kota Jayapura tampak sepi. Di dalam gedung museum juga sama sekali tidak ada pegawai yang beraktifitas. Namun di luar gedung, beberapa petugas sedang duduk santai sembari menunggu waktu pulang.

   Walaupun tidak ada aktifitas, di dalam Gedung, namun Cenderawasih Pos masih sempat berbincang-bincang dengan Kepala Seksi Pembina dan Pelatihan UPTD Noken Papua, Moses Albert yang ketika itu   mengaku baru tiba dari luar daerah, sehingga tidak sempat masuk ke dalam kantor.

  Moses mengatakan Museum Noken tersebut hanya menyimpan Noken asli, atau warisan budaya tak benda. “Kenapa disebut sebagai warisan budaya  tak benda, karena dulunya mama Papua, tidak sekolah, tapi secara otodidak mereka merajut bahan lokal menjadi Noken, itulah makanya disebut Noken sebagai warisan budaya tak benda,” jelasnya.

Kepala Seksi Pembina dan Pelatihan UPTD Noken Papua, Moses Albert.

   Sehingga untuk melestarikan itu, maka perlu disimpan pada tempat yang khusus.

Hal ini dimaksudkan agar bisa dikenalkan pada generasi penerus yang ada di Papua, juga kepada bangsa dan umumnya kepada dunia.

  Di Museum Noken, saat ini hanya mengkoleksi Noken dari 7 wilayah adat yang ada di Papua, diantaranya Noken dari wilayah adat Mamta, Saireri, Animha, La Pago, Mee Pago, Domberai, dan wilayah adat Bomberai. Dengan jumlah Noken yang dikoleksikan saat ini sekitar 80 Noken.

  Untuk itulah, noken yang dikoleksikan di Musuem ini, bukan sembarang noken, tapi noken yang dirajut dengan berbagai bentuk, dan ciri khas sesuai dengan rupa dari masing masing wilayah adat.

Baca Juga :  Warga Pastikan Rumah dan Kompor Kondisi Aman Saat Ditinggal Mudik

  “Sebenarnya kita mau koleksi lebih banyak lagi Noken, yang nantinya dari masing masing wilayah adat diwajibkan koleksi noken yang ada dari setiap masyarakat adat yang ada di dalamnya,” kata Moses.

  Selain itu noken yang dikoleksi di museum tersebut memiliki nilai sejarah, dan budaya yang tinggi. “Kalau kita lihat sekarang di pasar-pasar, Noken yang dijual itu sudah moderen, karena dirajut dari benang, sehingga sama sekali tidak punya nilai sejarahnya,” kata Moses.

  Namun noken yang tersimpan di Museum, semuanya dirajut sesuai dengan sejarah dan nilai budaya adat yang ada di Papua. “Noken yang dikolekasi di sini, tidak bisa dibawa keluar, karena ada hal yang harus kita jaga,” ujarnya.

  Selain itu tujuan dari koleksi noken ini, untuk mempromosikan kepada khalayak luas, bahwasannya noken yang dijadikan sebagai warisan dunia tak benda itu, tidak seperti noken yang dijual di pasaran, namun Noken yang dikoleksikan itu, betul betul noken yang dirajut menggunakan bahan dasar lokal.

  Selain itu dari masing-masing noken yang dikoleksi, semuanya memiliki nilai dan sejarahnya di masing masing wilayah adat. “Dari tujuh wilayah adat  yang ada, masing masing punya cara dan bentuknya, pun juga bahan pembuatan nokennya juga tidak sama, sehingga hal inilah yang perlu kita lestarikan kepada anak cucu kita,” ujarnya.

  Lebih lanjut dia sampaikam tujuan dari Museum Noken tersebut selain untuk melestarikan warisan dunia tak benda, tapi juga memberi kontribusi untuk menunjang pendapatan daerah (PAD), sebab dengan adanya pemekaran DOB, tentu objek yang berpotensi untuk meningkatkan PAD di Provinsi Papua, akan berkurang.

  “Nantinya kita akan promosikan Noken ini melaui media sosial, tentunya dengan begitu ada kontribusi untuk PAD kita,” ujarnya.

  Untuk pengunjung, diakuinya saat ini memang masih kurang, namun kedepannya akan terus dipromosikan melalui media masa, sehingga masyarakat akan semakin mengenal dengan Sejarah Noken.

Baca Juga :  1 April, TPU Kristen Buper Dioperasionalkan

  Selain memberikan kontribusi untuk PAD, tapi juga keberadaan Museum Noken memberi dampak pada perkembangan nilai sejarah yang ada di Papua. Dimana di Museum noken tidak hanya menyimpan Noken, tapi juga mereka menyiapkan instruktur  bagi pengunjung. Sehingga setiap ada pengunjung yang datang akan diberikan pemahaman terkait dasar dari pada penyimpanan noken di museum tersebut.

  “Saat ini paling banyak dikunjungi hanya mahasiswa, kita akui itu karena memang selama pandemi Covid 19, tidak dioperasikan, sehingga masyarakat jarang ada yang tau,” tuturnya.

  Diapun mengatakan rendahnya   minat masyarakat berkunjung ke Museum Noken, karena terkendala dengan fasilitas yang kurang lengkap, serta kurang dipromosikan ke media sosial. Sehingga tidak jarang masyarakat tidak mengetahui keberadaan Museum Noken.

  “Tapi kedepannya kami akan masifkan promosi ini ke media sosial, karena keberadaan Museum Noken ini tidak semata hanya untuk menyimpan warisan, tapi ada nilai pendidikan di dalamnya,” kata Moses.

  Sehingga langkah yang didorong saat ini, dengan aktif mengikuti pameran, baik yang digagas pemerintah maupun swasta. “Kalau ada pameran kita selalu ada, di acara pameran itu kita promosikan noken ini,” ujarnya.

  Karena museum noken ini berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Papua, maka pengunjung yang datang tidak dipungut biaya. “Hanya nantinya kami mau buatkan tempat parkir, nantinya dari hasil uang parkir itulah yang kita berikan untuk PAD kita,” ujarnya.

  Moses mengharapkan dengan adanya museum Noken itu, masyarakat dapat semakin mengenal akan sejarah dan nilai budaya yang ada di Papua. Sebab Noken merupakan identitas yang diwariskan leluhur untuk anak cucu orang Papua.

  “Noken itu identitas kita, mari kita jaga dan lestarikan, kami harap masyarakat bisa datang dan melihat koleksi noken yang ada di Museum Noken ini,” pungkasnya (*)

Mengunjungi Museum Noken  Papua di Kawasan Expo Waena

Setelah lama vakum tidak beroperasional, kini Musem Noken Papua yang terletak di Kawasan Expo Waena, kembali dibuka untuk umum. Lantas seperti apa koleksi di Museum tersebut  dan upaya mendorong generasi muda untuk memahami dan mencintai warisan budaya asli Papua ini?

Laporan: Carolus_Daot-Jayapura

Senin (18/9) siang, suasana di sekitar Museum Noken yang terletak di Kawasan Ekpo Waena, Distrik Heram Kota Jayapura tampak sepi. Di dalam gedung museum juga sama sekali tidak ada pegawai yang beraktifitas. Namun di luar gedung, beberapa petugas sedang duduk santai sembari menunggu waktu pulang.

   Walaupun tidak ada aktifitas, di dalam Gedung, namun Cenderawasih Pos masih sempat berbincang-bincang dengan Kepala Seksi Pembina dan Pelatihan UPTD Noken Papua, Moses Albert yang ketika itu   mengaku baru tiba dari luar daerah, sehingga tidak sempat masuk ke dalam kantor.

  Moses mengatakan Museum Noken tersebut hanya menyimpan Noken asli, atau warisan budaya tak benda. “Kenapa disebut sebagai warisan budaya  tak benda, karena dulunya mama Papua, tidak sekolah, tapi secara otodidak mereka merajut bahan lokal menjadi Noken, itulah makanya disebut Noken sebagai warisan budaya tak benda,” jelasnya.

Kepala Seksi Pembina dan Pelatihan UPTD Noken Papua, Moses Albert.

   Sehingga untuk melestarikan itu, maka perlu disimpan pada tempat yang khusus.

Hal ini dimaksudkan agar bisa dikenalkan pada generasi penerus yang ada di Papua, juga kepada bangsa dan umumnya kepada dunia.

  Di Museum Noken, saat ini hanya mengkoleksi Noken dari 7 wilayah adat yang ada di Papua, diantaranya Noken dari wilayah adat Mamta, Saireri, Animha, La Pago, Mee Pago, Domberai, dan wilayah adat Bomberai. Dengan jumlah Noken yang dikoleksikan saat ini sekitar 80 Noken.

  Untuk itulah, noken yang dikoleksikan di Musuem ini, bukan sembarang noken, tapi noken yang dirajut dengan berbagai bentuk, dan ciri khas sesuai dengan rupa dari masing masing wilayah adat.

Baca Juga :  Makam Dibangun Mewah,  Beri Rasa Tenang dan Melepas Rindu Bagi Peziarah

  “Sebenarnya kita mau koleksi lebih banyak lagi Noken, yang nantinya dari masing masing wilayah adat diwajibkan koleksi noken yang ada dari setiap masyarakat adat yang ada di dalamnya,” kata Moses.

  Selain itu noken yang dikoleksi di museum tersebut memiliki nilai sejarah, dan budaya yang tinggi. “Kalau kita lihat sekarang di pasar-pasar, Noken yang dijual itu sudah moderen, karena dirajut dari benang, sehingga sama sekali tidak punya nilai sejarahnya,” kata Moses.

  Namun noken yang tersimpan di Museum, semuanya dirajut sesuai dengan sejarah dan nilai budaya adat yang ada di Papua. “Noken yang dikolekasi di sini, tidak bisa dibawa keluar, karena ada hal yang harus kita jaga,” ujarnya.

  Selain itu tujuan dari koleksi noken ini, untuk mempromosikan kepada khalayak luas, bahwasannya noken yang dijadikan sebagai warisan dunia tak benda itu, tidak seperti noken yang dijual di pasaran, namun Noken yang dikoleksikan itu, betul betul noken yang dirajut menggunakan bahan dasar lokal.

  Selain itu dari masing-masing noken yang dikoleksi, semuanya memiliki nilai dan sejarahnya di masing masing wilayah adat. “Dari tujuh wilayah adat  yang ada, masing masing punya cara dan bentuknya, pun juga bahan pembuatan nokennya juga tidak sama, sehingga hal inilah yang perlu kita lestarikan kepada anak cucu kita,” ujarnya.

  Lebih lanjut dia sampaikam tujuan dari Museum Noken tersebut selain untuk melestarikan warisan dunia tak benda, tapi juga memberi kontribusi untuk menunjang pendapatan daerah (PAD), sebab dengan adanya pemekaran DOB, tentu objek yang berpotensi untuk meningkatkan PAD di Provinsi Papua, akan berkurang.

  “Nantinya kita akan promosikan Noken ini melaui media sosial, tentunya dengan begitu ada kontribusi untuk PAD kita,” ujarnya.

  Untuk pengunjung, diakuinya saat ini memang masih kurang, namun kedepannya akan terus dipromosikan melalui media masa, sehingga masyarakat akan semakin mengenal dengan Sejarah Noken.

Baca Juga :  Tak Indahkan Imbauan, Pria Penjual Balo Diamankan

  Selain memberikan kontribusi untuk PAD, tapi juga keberadaan Museum Noken memberi dampak pada perkembangan nilai sejarah yang ada di Papua. Dimana di Museum noken tidak hanya menyimpan Noken, tapi juga mereka menyiapkan instruktur  bagi pengunjung. Sehingga setiap ada pengunjung yang datang akan diberikan pemahaman terkait dasar dari pada penyimpanan noken di museum tersebut.

  “Saat ini paling banyak dikunjungi hanya mahasiswa, kita akui itu karena memang selama pandemi Covid 19, tidak dioperasikan, sehingga masyarakat jarang ada yang tau,” tuturnya.

  Diapun mengatakan rendahnya   minat masyarakat berkunjung ke Museum Noken, karena terkendala dengan fasilitas yang kurang lengkap, serta kurang dipromosikan ke media sosial. Sehingga tidak jarang masyarakat tidak mengetahui keberadaan Museum Noken.

  “Tapi kedepannya kami akan masifkan promosi ini ke media sosial, karena keberadaan Museum Noken ini tidak semata hanya untuk menyimpan warisan, tapi ada nilai pendidikan di dalamnya,” kata Moses.

  Sehingga langkah yang didorong saat ini, dengan aktif mengikuti pameran, baik yang digagas pemerintah maupun swasta. “Kalau ada pameran kita selalu ada, di acara pameran itu kita promosikan noken ini,” ujarnya.

  Karena museum noken ini berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Papua, maka pengunjung yang datang tidak dipungut biaya. “Hanya nantinya kami mau buatkan tempat parkir, nantinya dari hasil uang parkir itulah yang kita berikan untuk PAD kita,” ujarnya.

  Moses mengharapkan dengan adanya museum Noken itu, masyarakat dapat semakin mengenal akan sejarah dan nilai budaya yang ada di Papua. Sebab Noken merupakan identitas yang diwariskan leluhur untuk anak cucu orang Papua.

  “Noken itu identitas kita, mari kita jaga dan lestarikan, kami harap masyarakat bisa datang dan melihat koleksi noken yang ada di Museum Noken ini,” pungkasnya (*)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya