Friday, November 22, 2024
33.7 C
Jayapura

Baju Roh Pengusir Arwah dari Asmat, Tak Sembarang Orang Bisa Memakai

Mengunjungi Museum Lokal Budaya Universitas Cenderawasih

Mengenal peninggalan peradaman nenek moyang, di zaman prasejarah memang penting, tetapi jika hanya melalui cerita tanpa ada jejak  fosil atau artefak yang ditinggalkan rasanya belum lengkap. Untuk itu sangat diperlukan adanya museum agar generasi muda bisa mempelajari dan mengetahui peninggalan di zaman pra sejarah.

Laporan: Yohana-Jayapura

Museum Lokal Budaya milik Universitas Cenderawasih, menyimpan banyak artefak, fosil yang masih dirawat dan tertata rapi di museum tersebut.Dari sebagian koleksi artefak dan fosil rata-rata ada yang sudah berumur ratusan tahun, ada yang bisa direplikasi ada juga yang sudah tidak dapat direplikasi.

  Jika kita berkunjung ke Museum Lokal Budaya Uncen, begitu masuk di loby, kita sudah disuguhkan dengan fosil burung cenderawasih, yang terdiri dari beberapa jenis, noken dari Wamena, beberapa pahatan yang tersedia di ruangan berbeda.

  Selain itu, di ruangan utama kita bisa langsung menjumpai berbagai artefak dari beberapa daerah yang tersedia di dalamnya. Tidak hanya artefak seperti patung, tifa, ukiran, piring besar, batu bahkan ada juga fosil tengkorak manusia.

  Yang mana setiap benda juga dilengkapi dengan cerita singkat, terkait asal muasal dan kegunaanya, diperuntukan untuk apa. Bahkan sebagian lagi akan dijelaskan sama pemandu museum. Kolekssi di museum ini juga  terlihat cukup lengkap. Museum ini  dibangun pada tahun 1970 dan diresmikan oleh Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada masa itu, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada 1 Oktober 1973.

Baca Juga :  Kasus Cenderung Meningkat, Perlu Penanganan dan Pencegahan yang Lebih Serius

  Setelah diresmikan pengelolaannya cukup baik, tetapi sampai dengan saat ini pengelolaan museum tersebut tidak begitu baik, dimana SDM pengelola museum juga mengalami kekurangan.

  Tata Usaha Museum Lokal Budaya Uncen, Soleman Soendemi menjelaskan untuk saat ini Museum Uncen masih membutuhkan tenaga SDM, baik dari segi perawatan benda-benda bersejarah, pemandu museum sampai dengan staf.

   Dengan demikian museum yang menampung benda-benda sejarah purba ini, lebih berkesan seperti tidak dikelola dengan baik, bahkan ada beberapa  barang peninggalan  bersejarah yang rusak karena tidak dikelola dengan baik.

  Tidak hanya itu, jika benda-benda bersejarah ini dibiarkan, secara otomatis pasti akan hilang dan tidak dapat dinikmati oleh generasi penerus kita. Di dalam museum Uncen, ada beberapa benda bersejarah yang juga masih mengandung mistis, salah satunya adalah Pakaian Topeng (Jepae) atau Baju Roh dari Asmat, ini merupakan baju yang digunakan untuk mengusir arwah orang mati, atau para leluhur.

  “Baju ini dibuat dengan penuh kerahasiaan, digunakan hanya pada sore hari ketika akan melakukan prosesi pengusiran arwah dari desa atau kampung, itu pun tidak semua orang boleh menggunakannya,” kata Soleman, saat menjelaskan cerita singkat pakaian pengusir roh tersebut.

  Menurutnya, sampai dengan saat ini, baju tersebut tidak dapat direplikasi kembali, karena anak-anak muda maupun orang-orang tua di generasi mendatang ini sudah banyak yang tidak tertarik dengan hal-hal seperti demikian.

Baca Juga :  Generasi Muda Papua Harus Budayakan Menulis dan Membaca

  Kalau pun ada, namun hasilnya tidak sama seperti yang dibuat para leluhur.  Bahkan kalau mau dilihat sampai saat ini generasi muda Papua juga lebih tertarik dengan mempelajari budaya luar dari pada budaya sendiri.

  Mulai dari karakter, bahasa, pola hidup semuanya sudah berbeda, bahasa daerah juga sebagian besar pasti sudah tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri. Jika ini dibiarkan, sejarah dan budaya bisa dilupakan. Keberadaan museum-museum seperti yang dimiliki Uncen ini sangat penting, dimana merupakan salah satu museum yang ada di Kota Jayapura, dengan tujuan bisa mengali kembali cerita dan sejarah purba kala yang tidak sempat kita jumpai di era saat ini.

  “Kami di Uncen juga menyediakan mata kuliah yang mengajak mahasiswa mempelajari sejarah dari kabupaten/kita yang ada di Papua, bahkan Uncen juga pernah melakukan penelitian untuk mengetahui situs-situs sejarah di Papua,” tambahnya.

  Bahkan para peneliti terdahulu yang sudah melakukan penelitian, benda-benda sejarah yang ditemukan, disumbangkan ke Museum Lokal Budaya Uncen untuk dipelajari dan menjadi bahan pembelajaran bagi generasi penerus.

  Beliau juga mengakui, bahwa sudah lebih dari 10 tahun, tidak ada penelitian lagi yang dilakukan, sehingga tidak ditemukan penemuan-penemuan baru. “Namun kami berharap kedepannya ada peneliti baru yang bisa melibatkan pihak Uncen untuk melakukan penelitian terkait situs-situs sejarah, sehingga bisa menambah koleksi artefak maupun fosil baru di Museum Uncen,” tambahnya. (*/tri)

Mengunjungi Museum Lokal Budaya Universitas Cenderawasih

Mengenal peninggalan peradaman nenek moyang, di zaman prasejarah memang penting, tetapi jika hanya melalui cerita tanpa ada jejak  fosil atau artefak yang ditinggalkan rasanya belum lengkap. Untuk itu sangat diperlukan adanya museum agar generasi muda bisa mempelajari dan mengetahui peninggalan di zaman pra sejarah.

Laporan: Yohana-Jayapura

Museum Lokal Budaya milik Universitas Cenderawasih, menyimpan banyak artefak, fosil yang masih dirawat dan tertata rapi di museum tersebut.Dari sebagian koleksi artefak dan fosil rata-rata ada yang sudah berumur ratusan tahun, ada yang bisa direplikasi ada juga yang sudah tidak dapat direplikasi.

  Jika kita berkunjung ke Museum Lokal Budaya Uncen, begitu masuk di loby, kita sudah disuguhkan dengan fosil burung cenderawasih, yang terdiri dari beberapa jenis, noken dari Wamena, beberapa pahatan yang tersedia di ruangan berbeda.

  Selain itu, di ruangan utama kita bisa langsung menjumpai berbagai artefak dari beberapa daerah yang tersedia di dalamnya. Tidak hanya artefak seperti patung, tifa, ukiran, piring besar, batu bahkan ada juga fosil tengkorak manusia.

  Yang mana setiap benda juga dilengkapi dengan cerita singkat, terkait asal muasal dan kegunaanya, diperuntukan untuk apa. Bahkan sebagian lagi akan dijelaskan sama pemandu museum. Kolekssi di museum ini juga  terlihat cukup lengkap. Museum ini  dibangun pada tahun 1970 dan diresmikan oleh Dirjen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada masa itu, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra pada 1 Oktober 1973.

Baca Juga :  Butuhkan KIS dan KIP Untuk Jaminan Pendidikan dan Kesehatan 

  Setelah diresmikan pengelolaannya cukup baik, tetapi sampai dengan saat ini pengelolaan museum tersebut tidak begitu baik, dimana SDM pengelola museum juga mengalami kekurangan.

  Tata Usaha Museum Lokal Budaya Uncen, Soleman Soendemi menjelaskan untuk saat ini Museum Uncen masih membutuhkan tenaga SDM, baik dari segi perawatan benda-benda bersejarah, pemandu museum sampai dengan staf.

   Dengan demikian museum yang menampung benda-benda sejarah purba ini, lebih berkesan seperti tidak dikelola dengan baik, bahkan ada beberapa  barang peninggalan  bersejarah yang rusak karena tidak dikelola dengan baik.

  Tidak hanya itu, jika benda-benda bersejarah ini dibiarkan, secara otomatis pasti akan hilang dan tidak dapat dinikmati oleh generasi penerus kita. Di dalam museum Uncen, ada beberapa benda bersejarah yang juga masih mengandung mistis, salah satunya adalah Pakaian Topeng (Jepae) atau Baju Roh dari Asmat, ini merupakan baju yang digunakan untuk mengusir arwah orang mati, atau para leluhur.

  “Baju ini dibuat dengan penuh kerahasiaan, digunakan hanya pada sore hari ketika akan melakukan prosesi pengusiran arwah dari desa atau kampung, itu pun tidak semua orang boleh menggunakannya,” kata Soleman, saat menjelaskan cerita singkat pakaian pengusir roh tersebut.

  Menurutnya, sampai dengan saat ini, baju tersebut tidak dapat direplikasi kembali, karena anak-anak muda maupun orang-orang tua di generasi mendatang ini sudah banyak yang tidak tertarik dengan hal-hal seperti demikian.

Baca Juga :  Biasanya, Bulan Begini Ini Kami Megang Banyak Lembaran Duit Abang

  Kalau pun ada, namun hasilnya tidak sama seperti yang dibuat para leluhur.  Bahkan kalau mau dilihat sampai saat ini generasi muda Papua juga lebih tertarik dengan mempelajari budaya luar dari pada budaya sendiri.

  Mulai dari karakter, bahasa, pola hidup semuanya sudah berbeda, bahasa daerah juga sebagian besar pasti sudah tidak mengetahui bahasa daerahnya sendiri. Jika ini dibiarkan, sejarah dan budaya bisa dilupakan. Keberadaan museum-museum seperti yang dimiliki Uncen ini sangat penting, dimana merupakan salah satu museum yang ada di Kota Jayapura, dengan tujuan bisa mengali kembali cerita dan sejarah purba kala yang tidak sempat kita jumpai di era saat ini.

  “Kami di Uncen juga menyediakan mata kuliah yang mengajak mahasiswa mempelajari sejarah dari kabupaten/kita yang ada di Papua, bahkan Uncen juga pernah melakukan penelitian untuk mengetahui situs-situs sejarah di Papua,” tambahnya.

  Bahkan para peneliti terdahulu yang sudah melakukan penelitian, benda-benda sejarah yang ditemukan, disumbangkan ke Museum Lokal Budaya Uncen untuk dipelajari dan menjadi bahan pembelajaran bagi generasi penerus.

  Beliau juga mengakui, bahwa sudah lebih dari 10 tahun, tidak ada penelitian lagi yang dilakukan, sehingga tidak ditemukan penemuan-penemuan baru. “Namun kami berharap kedepannya ada peneliti baru yang bisa melibatkan pihak Uncen untuk melakukan penelitian terkait situs-situs sejarah, sehingga bisa menambah koleksi artefak maupun fosil baru di Museum Uncen,” tambahnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Belasan Orang Hilang Hingga November 2024

Jangan Ada PSU Maupun Gugatan di MK

DPTb Kota Jayapura 21 Orang

Artikel Lainnya