Sunday, November 24, 2024
30.7 C
Jayapura

Bayar Retribusi Tiap Bulan, Giliran Banjir Sampah Tak Kunjung Dibersihkan

Di atas tumpukan sampah, para pedagang membangun kembali tempat usaha mereka, Selasa (18/1). (FOTO: Elfira/Cepos)

Di Atas Tumpukan Sampah, Pedagang Pasar Youtefa Berusaha Bangkitkan Usaha

Meski sebagian besar pedagang Pasar Youtefa sudah dipindahkan ke Pasar Baru Kotaraja, namun sejumlah pedagang yang mengaku belum dapat tempat, terpaksa bertahan di tempat lama meski hampir setiap tahunnya terendam banjir.

Laporan: Elfira_Jayapura

Hujan turun di Pasar Youtefa, Selasa (18/1) pagi.  Meski tidak begitu deras, namun cukup menganggu aktifitas di pasar yang terlihat becek di sana-sini.  Sebagian pedagang  terlihat sibuk berbenah, ada yang membangun kembali tempat usaha mereka, ada juga yang menunggu kedatangan pembeli.

  Di lain sudut, sampah sampah pasca banjir menumpuk mengeluarkan aroma tak sedap. Para pedagang pasrah menghirup aroma dari tumpukan sampah tersebut, sembari menunggu pemerintah datang membersihkan.

   Bahkan, sebagian pedagang memilih berjualan di atas tumpukan sampah. Anak anak juga bermain di atas tumpukan sampah, tak peduli dengan kesehatan mereka. Di beberapa blok di Pasar Youtefa memang sudah dibersihkan, hanya saja, ada blok blok tertentu yang belum dibersihkan seperti blok D, Blok E termasuk jalan Poros dari Pasar Ikan keluar ke terminal Pasar Youtefa.

Baca Juga :  Dimasak Tiga Hari sebagai Pengganti Daun Jati

  Kendati penuh tumpukan sampah dan kondisi becek, para pedang masih ingin membangun kembali tempat usaha mereka yang rusak akibat banjir. Ramli misalkan, seorang penjual gorengan yang ingin kembali membangun tempat usahanya.

   “Belum pindah dari sini (Pasar Youtefa-red) lantaran kami belum diberikan tempat di Pasar yang berada di Otonom,” terangnya.

   Ia berharap, pemerintah bisa segera membersihkan sampah yang ada di Pasar Youtefa sehingga mereka kembali berjualan. Pasalnya, satu satunya mata pencaharian pria 3 anak itu adalah berjualan gorengan di pasar.

  “Sejak banjir hingga saat ini, saya dan keluarga tetap di rumah sembari datang mengecek lokasi jualan. Berharap pemerintah segera mengangkat sampah yang ada di Pasar Youtefa,” harapnya.

   Ramli sendiri membayar retribusi setiap bulannya Rp 500 ribu, dengan kondisi saat ini. Ia menyampaikan belum akan membayar retribusi bulan ini karena tempat jualannya rusak parah dan tidak punya pemasukan.

   Pedagang lainnya Farida, setiap hari pasca banjir mendatangi Pasar Youtefa hanya untuk memastikan tempat jualannya sudah dibersihkan dari tumpukan sampah atau belum. Hanya saja, hingga saat ini tumpukan sampah yang ada di tempat jualannya belum juga dibersihkan.   

Baca Juga :  Berawal dari Gagal di Pleg, Tiga Kali Seleksi Langsung Jadi ketua

   “Kalau pemerintah tidak ingin bersihkan, kami akan bersihkan sendiri. Akan menggaji gerobak untuk mengangkat sampah. Saya harus jualan, sebab mata pencaharian saya ada di Pasar,” ungkapnya.

  Farida berjualan sejak tahun 2004 di Pasar Yaoutefa, saat banjir kemarin. Bukan hanya tempat usahanya yang banjir melainkan rumahnya juga terendam air setinggi 2 meter. “Kini saya harus utang hanya untuk kebutuhan kami, karena sudah berapa minggu tak ada pemasukan,” ungkap ibu dua anak ini.

   Ia berharap Pemerintah segera membersihkan tempat jualan mereka. Farida sendiri hampir tak pernah alpa membayar retribusi. Bahkan, dalam sebulan ia membayar retribusi Rp 500 ribu. Belum lagi membayar tagihan karcis berupa uang sampah dan keamanan yang ia bayar Rp 6 ribu per harinya dengan total 6 karcis ia terima.

  “Segera dibersihkan, kami tidak bisa berjualan dan tidak ada pembeli yang mau masuk dengan kondisi seperti ini,” ungkapnya. (*/tri)

Di atas tumpukan sampah, para pedagang membangun kembali tempat usaha mereka, Selasa (18/1). (FOTO: Elfira/Cepos)

Di Atas Tumpukan Sampah, Pedagang Pasar Youtefa Berusaha Bangkitkan Usaha

Meski sebagian besar pedagang Pasar Youtefa sudah dipindahkan ke Pasar Baru Kotaraja, namun sejumlah pedagang yang mengaku belum dapat tempat, terpaksa bertahan di tempat lama meski hampir setiap tahunnya terendam banjir.

Laporan: Elfira_Jayapura

Hujan turun di Pasar Youtefa, Selasa (18/1) pagi.  Meski tidak begitu deras, namun cukup menganggu aktifitas di pasar yang terlihat becek di sana-sini.  Sebagian pedagang  terlihat sibuk berbenah, ada yang membangun kembali tempat usaha mereka, ada juga yang menunggu kedatangan pembeli.

  Di lain sudut, sampah sampah pasca banjir menumpuk mengeluarkan aroma tak sedap. Para pedagang pasrah menghirup aroma dari tumpukan sampah tersebut, sembari menunggu pemerintah datang membersihkan.

   Bahkan, sebagian pedagang memilih berjualan di atas tumpukan sampah. Anak anak juga bermain di atas tumpukan sampah, tak peduli dengan kesehatan mereka. Di beberapa blok di Pasar Youtefa memang sudah dibersihkan, hanya saja, ada blok blok tertentu yang belum dibersihkan seperti blok D, Blok E termasuk jalan Poros dari Pasar Ikan keluar ke terminal Pasar Youtefa.

Baca Juga :  Landasan Pacu Sudah 75 Persen, Siapkan Akses Jalan Baru

  Kendati penuh tumpukan sampah dan kondisi becek, para pedang masih ingin membangun kembali tempat usaha mereka yang rusak akibat banjir. Ramli misalkan, seorang penjual gorengan yang ingin kembali membangun tempat usahanya.

   “Belum pindah dari sini (Pasar Youtefa-red) lantaran kami belum diberikan tempat di Pasar yang berada di Otonom,” terangnya.

   Ia berharap, pemerintah bisa segera membersihkan sampah yang ada di Pasar Youtefa sehingga mereka kembali berjualan. Pasalnya, satu satunya mata pencaharian pria 3 anak itu adalah berjualan gorengan di pasar.

  “Sejak banjir hingga saat ini, saya dan keluarga tetap di rumah sembari datang mengecek lokasi jualan. Berharap pemerintah segera mengangkat sampah yang ada di Pasar Youtefa,” harapnya.

   Ramli sendiri membayar retribusi setiap bulannya Rp 500 ribu, dengan kondisi saat ini. Ia menyampaikan belum akan membayar retribusi bulan ini karena tempat jualannya rusak parah dan tidak punya pemasukan.

   Pedagang lainnya Farida, setiap hari pasca banjir mendatangi Pasar Youtefa hanya untuk memastikan tempat jualannya sudah dibersihkan dari tumpukan sampah atau belum. Hanya saja, hingga saat ini tumpukan sampah yang ada di tempat jualannya belum juga dibersihkan.   

Baca Juga :  Sebelum Dikerjakan Harusnya Ada Izin dan Tangggung Jawab Terkait Dampaknya

   “Kalau pemerintah tidak ingin bersihkan, kami akan bersihkan sendiri. Akan menggaji gerobak untuk mengangkat sampah. Saya harus jualan, sebab mata pencaharian saya ada di Pasar,” ungkapnya.

  Farida berjualan sejak tahun 2004 di Pasar Yaoutefa, saat banjir kemarin. Bukan hanya tempat usahanya yang banjir melainkan rumahnya juga terendam air setinggi 2 meter. “Kini saya harus utang hanya untuk kebutuhan kami, karena sudah berapa minggu tak ada pemasukan,” ungkap ibu dua anak ini.

   Ia berharap Pemerintah segera membersihkan tempat jualan mereka. Farida sendiri hampir tak pernah alpa membayar retribusi. Bahkan, dalam sebulan ia membayar retribusi Rp 500 ribu. Belum lagi membayar tagihan karcis berupa uang sampah dan keamanan yang ia bayar Rp 6 ribu per harinya dengan total 6 karcis ia terima.

  “Segera dibersihkan, kami tidak bisa berjualan dan tidak ada pembeli yang mau masuk dengan kondisi seperti ini,” ungkapnya. (*/tri)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya