Dari sepuluh karung tanah, rata-rata hanya didapatkan emas sekitar setengah gram kadang lebih, kadang kurang tapi hampir selalu ada. “Bohong kalau ada yang bilang tidak dapat emas. Setiap hari pasti ada, walau sedikit,” katanya.
Maklon Woru sendiri sudah empat bulan mendulang emas. Selama itu, ia telah mengumpulkan sekitar Rp 7 juta. Capaian ini diperoleh karena waktu kerjanya yang tidak setiap hari. Sebab itu bukan pekerjaan utamanya.
“Karena kalau saya, ketika dapat emas kadang tidak langsung jual, nanti tunggu satu gram baru jual, atau tergantung harga emas di pasaran,” jelasnya.
Ia mengaku juga bekerja sebagai buruh kapal. Sehingga kadang mendulang tergantung ada waku luang. Hal ini membuatnya harus membagi waktu. Tapi bagi dia, ini langkah yang baik untuk bertahan hidup di usia senjanya.
“Kami ini sudah tua. Kerja seperti ini cocok, walau resikonya tinggi, berendam di air tiap hari. Tapi daripada minta-minta, lebih baik kerja,” tuturnya.
Meski usia sudah usia senja, Maklon merasa pekerjaan mendulang emas masih layak dijalani, apalagi dibanding harus meminta-minta.
“Kami ini sudah tua, kerja begini lebih baik daripada mengemis. Meski resikonya harus berendam di air tiap hari,” ujarnya.
Ia juga menitip pesan bagi generasi muda Papua agar tidak malu bekerja keras dan menjauhi kegiatan negatif.
“Tanah Papua ini kaya, Tuhan sudah kasih alam yang luar biasa. Tinggal bagaimana kita mengelolanya. Daripada minta-minta, lebih baik kerja sendiri,” pesannya. (*/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos