Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN Nugroho Dwi Hananto mengatakan ada 39 orang peneliti Indonesia yang terlibat dalam misi penelitian di kapal OceanXplorer tersebut. ’’Mereka tidak hanya dari BRIN,’’ katanya. Tetapi juga dari sejumlah perguruan tinggi. Sejak tahun lalu, BRIN membuka sayembara riset kelautan. Proposal yang lolos, penelitinya bisa ikut berlayar di kapal OceanXplorer untuk eksekusi penelitiannya.
Nugroho menceritakan kapal OceanXplorer tersebut mulai beroperasi di Indonesia pada Mei lalu. Mereka berada di Indonesia sampai Agustus depan. Dia menjelaskan peneliti yang tergabung dalam Misi Indonesia (Mission Indonesia) 2024 berhasil mengumpulkan sekitar 500 sampel. Dia memastikan semua data survei aman dan menjadi kekayaan intelektual dari BRIN. Seluruh sampel dan data disimpan di fasilitas riset BRIN yang ada di Kawasan Sains Terpadu (KST) Soekarno di Cibinong, Bogor.
Penelitian lebih lanjut melibatkan fasilitas pengelolaan koleksi ilmiah keanekaragaman hayati (Kehati), laboratorium InaCC, laboratorium Genomik, dan High Performance Computer.
Nugroho mengatakan pemerintah Indonesia akan menggunakan data dan temuan penelitian tersebut untuk mendesain dan penempatan area konservasi laut. Kemudian juga untuk manajemen pengelolaan perikanan serta mitigasi bencana terkait gempa bumi dan tsunami.
Dia menjelaskan hasil penelitian itu juga akan mendukung visi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Yaitu penciptaan kawasan konservasi laut di 30 persen wilayah perairan Indonesia. Kemudian kebijakan perikanan berbasis kuota. ’’(data) Geosains dan informasi yang diperoleh akan digunakan dalam mitigasi, adaptasi, pemantauan dan pengawasan iklim,’’ tandasnya.
Diantara peneliti BRIN yang bergabung di OceanXplorer adalah Ariani Hatmanti. Diantaranya dia menjelaskan rute ekspedisi OceanXplorer leg 2 yaitu dari Selat Malaka, laut Andaman di utara Aceh, dan beberapa titik lainnya. Timnya terdiri dari tujuh orang dari BRIN, kemudian peneliti lainnya dari Universitas Syiah Kuala Aceh, IPB, dan ITB.
’’Sebelum melakukan penelitian, kami selalu mengawali dengan diskusi setiap pukul 5 sore,’’ tuturnya saat diskusi di aula @america Pacific Place Mall di Jakarta pada Selasa (9/7). Diskusi dilakukan di banyak tempat, tidak hanya di laboratorium. Tetapi juga di meja makan malam. Diskusi juga terkadang dilakukan di sambil makan siang. Dia merasakan pengalaman riset yang luar biasa. Karena perlengkapannya cukup komplit.
Ariani mengatakan bisa bergabung melakukan penelitian di kapal OceanXplorer adalah pengalaman luar biasa dan langka. Pasalnya ekspedisi oleh lembaga OceanX dilakukan setiap 5-10 tahun sekali. Sehingga ada proses seleksi yang ketat untuk peneliti yang bisa terlibat di dalamnya.
Dia mengatakan sudah mendaftar untuk ikut penelitian di OceanX sejak 2012 lalu. ’’Alhamdulillah awal Januari 2024 saya menerima kabar baik,’’ tuturnya. Dia memanfaatkan kesempatan itu semaksimal mungkin.
Diantara penelitian yang Ariani lakukan adalah mengambil sampel air dengan Niskin Bottle. Total ada 24 tabung dengan kapasitas masing-masing 10 liter air yang diterjunkan sampai ke dasar laut. Setelah tabung sampai di permukaan, sampel air disimpan untuk dianalisis. Sampel air tersebut terkandung informasi diantaranya tentang klorofil untuk nutrisi, kandungan mikroplastik, dan kandungan metal lainnya.
Ariani juga menceritakan pengalamannya mengambil sampel dengan bantuan robot penyelam (ROV). Sampel yang diambil diantaranya adalah pasir dan sejenisnya di laut dalam. Dia tidak langsung mengoperasikan ROV tersebut. Tetapi sebatas mendampingi operator ROV untuk teknis pengambilannya. Dari video yang ia tayangkan, terlihat tangan ROV sangat luwes mengambil sampel kemudian ditempatkan di sebuah tabung. Sebagai peneliti kelautan, dia berharap Indonesia memiliki kapal riset yang canggih seperti OceanXplorer itu. (*)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos