Jeritan hati para sopir yang berjuang mendapatkan solar bersubsidi
Antrian solar bukanlah hal baru yang terjadi di Kabupaten Jayapura, setiap menjelang akhir tahun, para supir truk dan angkutan umum mengeluhkan kondisi tersebut, berikut laporan.
Laporan : YOHANA_SENTANI
Deretan panjang truk dan mobil angkutan umum itu bagaikan seekor ular raksasa yang sedang beristirahat di tepi jalan raya SPBU Hawai Sentani, Senin (13/10) siang itu.
Antrean kendaraan roda empat dan roda enam tersebut kembali menjadi pemandangan pilu yang tak asing lagi. Di balik kemudi, para supir memilih bersabar, mengorbankan waktu kerja, demi setetes solar bersubsidi yang harganya jauh lebih ramah di kantong.
Ini bukan kisah baru, setiap menjelang akhir tahun saat proyek-proyek mulai dikebut dan permintaan melambung, pemandangan ini pasti terulang.
Bagi para supir, antrean solar adalah ritual pahit yang menguras energi dan waktu, tetapi tak terhindarkan. Bahkan rela menukar penghasilan sehari dengan 60 liter solar subsidi yang bisa dikatakan “emas hitam” itu.
Samuel Toam, seorang supir truk litas jalan trans, telah menjadi bagian dari ular raksasa itu sejak Minggu (12/10) sore. Di bawah terik matahari, ia menanti giliran yang entah kapan tiba.
“Satu hari, satu kali antri, kami dijatah 60 liter. Untuk tangki penuh, harus dua kali antri, apalagi kalau mau lari jauh seperti Wamena-Jayapura, harus lebih dari dua kali antri,” jelasnya.