“Saya dengar dari Pak Lukas bahwa memang tak murah untuk menghidupkan sepakbola namun kami ingin kampung ini jadi pusat pembinaan sekolah sepakbola. Dan karena kami yakin ini baik untuk menjauhkan anak-anak dari narkoba, ganja dan miras maka saya minta bagaimana bisa diawali. Kami bermodal semangat saja dulu karena memang belum punya apa-apa,” beber Pastor.
Pastor menginginkan anak-anak di Koya Tengah ini bisa mendapatkan pembelajaran yang positif agar menjadi bekal dikemudian hari. Hanya saja ia mengaku cukup kesulitan jika menangani sendiri sebab untuk menyiapkan makan bubur secara gratis bagi 100 lebih anak usia dini dikatakan bukan hal yang mudah. Karenanya ia berharap agar pemerintah bisa ikut andil untuk membantu dalam hal makan bubur setiap pulang berolahraga.
Pastor menaruh harap agar jangan karena minimnya dukungan akhirnya memupuskan anak-anak untuk mendapatkan makanan yang memang diharapkan. “Agak repot juga sehingga saya berharap ada pihak yang anak membantu,” imbuhnya. Untungnya pastor juga memonitor yang namanya makan bergizi gratis dimana menurutnya meski melahirkan banyak kabar kontra.
Pastor juga melihat bahwa ada hal yang bisa dimanfaatkan dari program pemerintah saat ini terutama yang berkaitan dengan makan gratis. Konsepnya adalah anak-anak tinggal sekolah, olahraga dan disiapkan makanannya. Jadi anak-anak Gen Z ini hanya fokus pada sekolah dan menyiapkan masa depannya. Lalu harapan lain dari sepakbola adalah membentuk karakter.
Dalam sepakbola bisa membangun kerjasama, tidak egois dan saling menguji kemampuan dan dengan olahraga bisa membentuk karakter dari keluarga sampai lapangan atau dari lapangan ke keluarga. “Kami sudah bertemu keluarga dan meminta orang tua juga ikut mengawal tumbuh kembang anak terlebih berkaitan dengan disiplin anak. Saya juga bilang ke mereka (orang tua) jika ada uang lebih dari jualan pinang itu disisipkan sedikit untuk membeli sepatu atau kaos olahraga karena saya yakin semangatnya akan semakin besar,” harap pastor.
“Kadang saya juga sampaikan jika ada uang hasil menjual hasil buruan itu sebisa mungkin ada yang ditabung untuk membelikan perlengkapan olahraga anak-anak. Kalau saya sendiri yang menanggung itu sulit, untuk makan saja kadang kami masih dibantu. Agak kewalahan,” ceritanya. Jadi Pastor Jhon berpendapat bahwa jika program makan bergizi ini bisa diterapkan di lingkungan Koya Tengah tentu memiliki double impact.